BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 PT. Gudang Garam Tbk. PT Gudang Garam Tbk yang selanjutnya disebut Gudang Garam adalah sebuah perusahaan rokok populer asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan tanggal 26 Juni 1958 oleh Suryo Winowidjojo, yang merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Suryo Winowidjojo keluar dari pabrik rokok dan ia mendirikan perusahaannya sendiri yaitu pabrik rokok Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Gudang Garam didirikannya pada tahun 1958, dan kemudian berkembang pesat dengan jumlah karyawan mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek setiap bulannya. Pada tahun 1958, Gudang Garam telah tercatat sebagai pabrik kretek terbesar di Indonesia. Produk Gudang Garam diantaranya adalah Gudang Garam International, Surya 12, Surya 16, dan lainnya. Pada tahun 1990, Gudang Garam menjadi perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tepatnya 27 Agustus 1990. 1.1.2 PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. atau Sampoerna didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober. Ruang lingkup kegiatan Sampoerna meliputi industri dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Sampoerna merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia. Sampoerna memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang 1
dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek (sebelumnya disebut Sampoerna A Hijau), A Mild, serta Raja Kretek yang legendaris Dji Sam Soe. Sampoerna adalah afiliasi dari PT Philip Morris Indonesia dan bagian dari Philip Morris International, produsen rokok terkemuka di dunia. Sejak tahun 1990 Sampoerna menjadi salah satu perusahaan rokok yang menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, tepatnya 15 Agustus 1990. 1.1.3 PT. Bentoel International Investama Tbk. Bentoel Group adalah industri rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini menjadi produsen pertama di Indonesia untuk menciptakan kretek filter dari mesin. Pabrik ini diawali pada 1930 saat Ong Hok Liong membangun industri rokok rumah miliknya. Lalu di akhir 1960-an Bentoel Group menjadi perusahaan yang memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokok dengan plastik. Inovasi tersebut menjadi standar pada industri tembakau nasional. Keberhasilan perusahaan ini tak lepas dari konsumen dan merek yang diluncurkan serta investasi dalam portofolio perusahaan yang diciptakan untuk menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Merek rokok yang dihasilkan antara lain Tali Jagat, X Mild, Star Mild, Dunhill, Country dan lainnya. Di tahun 1990, tepatnya 15 Maret 1990 Bentoel Group menjadi perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2000, perusahaan Bentoel Group mengubah nama perusahaan menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Selanjutnya pada 2009 British American Tobacco plc. mengakuisisi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. PT Bentoel Internasional Investama Tbk kemudian bergabung dengan PT BAT Indonesia Tbk pada tahun 2010, dengan tetap mempertahankan nama Bentoel. 2
1.1.4 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. PT. Wismilak Inti Makmur Tbk. yang selanjutnya disebut dengan Wismilak merupakan industri rokok terkemuka di Indonesia yang menghasilkan sekitar tiga milya batang sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin dan cerutu. Didirikan pada tahun 1962, saat ini Wismilak memiliki 18 kantor cabang, 4 stock points dan 26 agents yang tersebar di seluruh pilau besar Indonesia. Wismilak meraih sukses dengan ekuitas premium, manajemen berpengalaman lebih dari 30 tahun, kapabilitas keuangan yang solid dan tumbuh pesat, serta pasar rokok Indonesia yang menjanjikan. Di tahun 2012, tepatnya 18 Desember 2013 Wismilak menjadi perusahaan publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. PT Wismilak Inti Makmur Tbk merupakan holding company dari PT Gelora Djaja (produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor). Dengan perjalanan usaha selama lebih dari 50 tahun, Wismilak terus berkembang sebagai perusahaan modern dengan terus mengembangkan teknologi, sumber daya manusia dan upaya pemasarannya, guna mempertahankan posisinya sebagai industry terkemuka. 1.2 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha khususnya dalam perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur sektor rokok di dalam negeri sedang mengalami masa sulit (10/10/2014, detikfinance.com), seperti dikatakan dalam Tempo.co diamana terjadi pemutusan ribuan hubungan kerja terhadap tenaga kerja dari industri rokok PT. Bentoel, PT. Sampoerna, dan kasus terbaru adalah PT. Gudang Garam. Selain itu, dapat juga dilihat dari penurunan pabrik rokok yang ada di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan Agustus 2014. (Tabel 1.1) 3
Tabel 1.1 Jumlah Industri Rokok Di Indonesia Tahun Jumlah Pabrik Rokok 2009 3.225 unit 2010 2.600 unit 2011 2.540 unit 2012 1.000 unit 2013 800 unit Agustus 2014 700 unit Sumber: Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia Tabel 1.1 menjelaskan adanya penurunan pabrik rokok di Indonesia, hal tersebut disebabkan naiknya biaya cukai yang ada di Indonesia, penetapan kebijakan upah yang tinggi dan hambatan ekspor ke negara-negara tujuan semakin sulit akibat regulasi yang memperketat penjualan rokok, seperti adanya ketentuan ekspor rokok ke USA dimana harus mendapat izin dari Departemen kebakaran USA dan harus menggunakan kertas yang memenuhi standar keselamatan dari bahaya kebakaran, selain itu frekuensi konsumsi rokok sudah mulai berkurang karena masalah kesehatan dan lingkungan (Reza Priyambada: 19/05/2014. detikfinance.com). Selain itu pemerintah telah menetapkan, dimana produksi rokok dibatasi sebanyak 260 miliar batang pada tahun 2014 (AMTI, 10/12/2010). Tetapi dilihat dari produksi rokok di dalam negeri masih cukup tinggi, dimana dapat dilihat dari produksi rokok setiap tahunnya yang selalu bertambah, Tabel 1.2, 4
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Industri Rokok Tahun Produksi (milyar batang) 2008 240,0 2009 245,0 2010 249,1 2011 279,4 2012 311,0 2013 348,0 2014 < 260,0 Sumber: Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah produksi setiap tahunnya. Beberapa hal yang menyebabkan produksi rokok tetap meningkat yaitu tingginya pertumbuhan penduduk, tingginya pertumbuhan ekonomi, belum efektifnya kawasan bebas rokok dan lemahnya peraturan tentang pengendalian konsumsi rokok Indonesia. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur sektor rokok yang ada terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Tabel 1.3) Tabel 1.3 Perusahaan Rokok yang Listing di Bursa Efek Indonesia No Perusahaan IPO 1 PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) 27-Aug-90 2 PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) 15-Aug-90 3 PT. Bentoel International Investama Tbk (RMBA) 5-Mar-90 4 PT. Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) 18-Dec-12 Sumber: www.sahamok.com 5
Kinerja penjualan empat perusahaan rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil membukukan pertumbuhan penjualan 12,6 persen hingga 41,9 persen. Total penjualan keempat perusahaan rokok tersebut mencapai 144,32 triliun sepanjang 2013. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIMM) membukukan pertumbuhan penjualan paling tinggi, yaitu 41,9 persen menjadi Rp 1,59 triliun pada tahun 2013. PT Bentoel International Investama Tbk, (RMBA) membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 24,61 persen menjadi Rp12,27 triliun. Penjualan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp55,43 triliun, mengalami peningkatan 13,07 persen dibandingkan tahun 2012. Sementara PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang memimpin pasar dengan nilai penjualan Rp75,02 triliun hanya tumbuh 12,61 persen. Pertumbuhan penjualan empat perusahaan rokok tersebut rata-rata lebih tinggi dari pertumbuhan produksi rokok tahun 2012. Selain itu kinerja perusahaan rokok mengalami peningkatan pendapatan usaha dari tahun 2009 sampai dengan 2013. (Tabel 1.4) Perusahaan Tabel 1.4 Pendapatan Usaha Perusahaan Rokok Tahun 2009-2013 (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 GGRM 32,973,080 37,691,997 41,884,352 49,028,696 55,436,954 HMSP 38,972,186 43,381,658 52,856,708 66,626,123 75,025,207 RMBA 7,255,325 8,904,568 10,070,175 9,850,010 12,273,615 WIIM 1,119,063 1,588,023 Sumber: Laporan Tahunan 2009-2013 Dapat dilihat dalam table 1.4, terjadi kenaikan dan peningkatan pendapatan usaha dari keempat perusahaan rokok tersebut dari setiap 6
tahunnya dan jumlah pendapatan usaha dalam suatu perusahaan yang terus meningkat menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk berinvestasi. Sehingga kinerja keuangan secara keseluruhan juga menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan berinvestasi bagi investor. Kinerja keuangan pada setiap perusahaan rokok dapat juga dilihat dari pertumbuhan laba dari setiap masing masing perusahaan. Pertumbuhan laba masing masing perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 1.5 Jumlah Rugi/Laba Perusahaan (Dalam Juta Rupiah) Tahun Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013 GGRM 3,455,702 4,146,282 4,958,102 4,068,711 4,383,932 HMSP 5,087,339 6,421,429 8,051,057 9,805,421 10,807,957 RMBA 147,943 218,621.00 305,997 (323,351) (1,042,068) WIIM 77,301 132,322 Sumber: Laporan Tahunan 2009-2013 Dilihat dari table 1.5, terjadi peningkatan jumlah rugi/laba pada perusahaan Gudang Garam, Sampoerna, dan Wismilak, berbeda dengan dengan Bentoel, terjadi penurunan jumlah laba rugi dari tahun 2012, hal tersebut dikarenakan perusahaan tersebut melakukan pembelian asset tetap sehingga menyebabkan kerugian di tahun tersebut. Dengan kondisi yang ada, investor dalam berinvestasi melihat kinerja keuangan yaitu laporan keuangan perusahaan. Metode yang telah banyak digunakan untuk menilai kondisi keuangan atau kinerja keuangan suatu perusahaan adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan ini dapat dengan mudah dilakukan dan dalam praktiknya analisis rasio keuangan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi 7
perusahaan dalam mengambil keputusan, tetapi bukan berarti analisis rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keungan yang sesungguhnya (Kasmir, 2010:103). Namun menurut Winarto (2005:4) kelemahan dari metode ini adalah tidak memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan dengan mengabaikan adanya biaya modal, selain itu tidak dapat mengukur kinerja perusahaan dari sisi nilai perusahaan. Rasio keuangan hanya mengukur tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio keuangan, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai tambah (Value Edded) yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). EVA terkadang disebut dengan nilai tambah ekonomi merupakan perbedaan laba usaha setelah pajak (NOPAT) dan beban modal untuk periode tersebut (yaitu, produk dari biaya modal perusahaan dan modal yang diinvestasikan pada awal periode) dan MVA atau nilai tambah pasar merupakan alat untuk mengukur berapa banyak kekayaan suatu perusahaan yang telah diciptakan untuk saat tertentu atau perbedaan nilai pasar antara perusahaan dan modal yang telah diinvestasikan (Keown dkk, 2010:44). Lebih jauh lagi Stern Stewart & Co. menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang bisa dicapai melalui metode EVA, yaitu keuntungan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham, menyejajarkan keputusan dengan kekayaan para pemegang saham, suatu alat ukur keuangan yang mudah dimengerti oleh para manajer lini, dan mengatasi kebingungan terhadap sasaran yang lebih dari satu, sedangkan menurut Keown dkk (2010: 43) dengan metode MVA, dapat mengetahui refleksi dari harapan investor atas total nilai yang mereka harapkan dari perusahaan untuk menciptakan nilai masa depan dengan total modal yang diinvestasikan lebih sedikit di perusahaan. Hubungan antara EVA dan MVA di masa depan sangat penting, karena untuk mengelola nilai pemegang saham memerlukan kenaikan MVA. 8
MVA merupakan nilai sekarang dari seluruh EVA masa depan atas kelangsungan hidup perusahaan. Jadi, mengelola perusahaan dengan cara peningkatkan EVA secara umum akan menimbulkan MVA yang lebih tinggi (Keown dkk, 2010:44). Berdasarkan pemaparan, penulis tertarik meneliti EVA dan MVA pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan judul: Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) (studi pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 berdasarkan Economic Value Edded? 2. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 berdasarkan Market Value Edded? 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 berdasarkan Economic Value Edded. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan rokok yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 berdasarkan Market Value Edded. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi: 9
1. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai analisis Economic Value Added dan Market Value Added, dan pengaplikasiannya. 2. Bagi akademis dan penelitian selanjutnya, penelitian ini sebagai kajian dalam penelitian sejenis dimasa yang akan datang dan dapat memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan serta menambah wawasan mengenai kinerja keuangan dari perusahaan rokok dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berminat untuk memperdalam mengenai masalah kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA dan MVA. 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di ketiga perusahaan rokok tersebut. 4. Bagi industri rokok diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik dalam proses menilai kinerja perusahaan pada aspek keuangan. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penelitian ini dilaporkan secara terperinci dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian secara singkat mengenai sejarah PT. Gudang Garam Tbk, PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan PT. Bantoel International Investama Tbk. Bab ini juga berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. BAB 2 Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian Bab ini menguraikan tinjauan pustaka tentang teori teori yang relevan dengan topik yang dibahas dan penelitian 10
BAB 3 BAB 4 BAB 5 terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis. Bab ini juga berisi mengenai kerangka pemikiran, dan ruang lingkup penelitian. Metode Penelitian Bab ini membahas mengenai jenis penelitian yang digunakan, variable operasional, tahapan penelitian, populasi dan sempel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan secara rinci tentang hasil penelitian yang dilakukan sehingga akan menunjukan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan yang berisi perhitungan dan analisis EVA dan MVA Kesimpulan dan Saran Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang disampaikan penulis kepada pihak industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 11