Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ

dokumen-dokumen yang mirip
PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

BAB II LANDASAN TEORI

Standar Akuntansi Keuangan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 30 (Revisi 2007): SEWA IKATAN AKUNTAN INDONESIA

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

BAB II LANDASAN TEORI

Aspek Perpajakan atas Aktiva Tetap

Standar Akuntansi Keuangan

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II LANDASAN TEORI. 4 adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA (LEASING) PADA PT. MAF & MCF BERDASARKAN PSAK NO 30 TAHUN 2012

AKUNTANSI UNTUK LEASING


BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Gerson Philipi Rianto F

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

Accounting for Leases. Chapter. AA YKPN,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

TUGAS TEORI AKUNTANSI CHAPTER 13 LEASES

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN ASET TETAP TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN

AKUNTANSI UNTUK LEASING

EVALUASI ATAS KESESUAIAN PENYAJIAN PENDAPATAN TERHADAP PSAK NO. 30 Studi Kasus pada Perusahaan Leasing PT. Swardharma Indotama Finance

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

AKUNTANSI UNTUK LEASE (Accounting For Leases)

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

BAGIAN IX ASET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

KUIS & SOAL AKUNTANSI SEWA. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 11. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II LANDASAN TEORI

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

KESESUAIAN PENGAKUAN PEMBELIAN KREDIT ALAT BERAT X PT MALIKINDO PERKASA DENGAN PSAK 55 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PT Intraco Penta Tbk dan Entitas anak

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

EVALUASI PENERAPAN PSAK 30 TENTANG SEWA PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA ASTRA CREDIT COMPANIES (ACC) DI MANADO

Analisis Aktivitas Pendanaan

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

SEWA DE PSAK 73. Tanggapan tertulis atas draf eksposur paling lambat diterima pada tanggal 21 Juli Tanggapan dikirimkan ke:

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARUS KAS DAN KESESUAIAN LAPORAN ARUS KAS BERDASARKAN PSAK NO 2 PADA PT PETROSINDO KALBAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Report No. Page : : 002/08 63 of /08 63 dari 67. Laporan No. Halaman : :

PENDAPATAN PSAK 23. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 9. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

998 Jurnal EMBA Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

ANALISIS PENURUNAN PEMBIAYAAN KREDIT MOBIL PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

Transkripsi:

Analisis Perlakuan Akuntansi Transaksi Sewa Guna Usaha PT XYZ Nama Mahasiswa Dosen Pembimbing : Mariska Nauli : Dini Marina Abstrak Laporan magang ini berisi tentang analisis perlakuan akuntansi transaksi sewa guna usaha terhadap perusahaan pembiayaan bernama PT XYZ. Kegiatan sewa guna usaha merupakan salah satu kegiatan utama Perseroan. Tujuan utama dari laporan ini adalah mengetahui apakah PT XYZ sudah menerapkan PSAK 30 (Revisi 2011) dalam kegiatan sewa guna usaha. Dalam laporan ini, pembahasan diawali dengan proses awal kegiatan sewa guna usaha yang beroperasi di PT XYZ. Kemudian pembahasan berlanjut pada pencatatan transaksi sewa guna usaha yang dilakukan PT XYZ dan akan dibandingkan dengan PSAK 30 (Revisi 2011). Kesimpulan dari laporan magang ini menunjukkan bahwa kegiatan sewa guna usaha PT XYZ sudah diterapkan sesuai PSAK 30 (Revisi 2011). Kata Kunci: Sewa guna usaha, PSAK 30 (Revisi 2011) Abstract This internship report discusses about accounting treatment analysis of lease transaction in PT XYZ, financing company. Leasing is one of the main businesses of the company. The main purpose of this report was to know whether PT XYZ has implemented PSAK 30 (Revisi 2011) in the activities of the lease. In this report, the discussion begins with the initial process of lease in PT XYZ. The reports also discuss the recording of lease transaction in PT XYZ and will be compared with PSAK 30 (Revisi 2011). In conclusion, the company follows PSAK 30 (Revisi 2011). Keyword: Lease, PSAK 30 (Revisi 2011) Pendahuluan Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang ketat, perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk barang modal. Kebutuhan perusahaan akan barang modal dapat diperoleh dengan berbagai cara. Salah satu caranya dengan membeli barang modal tersebut secara langsung. Namun cara ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan terutama menyangkut kegiatan pembelanjaan, karena cara ini dapat menguntungkan bagi perusahaan, atau dapat juga merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan dana yang ada dalam memperoleh aktiva tetap. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengandalkan lembaga keuangan yaitu bank, dalam bentuk pinjaman jangka panjang. Namun

dikarenakan prosedur yang cukup sulit untuk mendapatkan pinjaman, maka ada sumber pembiayaan alternatif. Sumber pembiayaan alternatif tersebut adalah leasing (kegiatan sewa guna usaha). Pembiayaan barang modal melalui leasing lebih memberikan kemudahan dibandingkan dengan membeli secara tunai atau melalui pinjaman dari bank. Pembiayaan ini tidak memerlukan adanya jaminan karena aktiva tetap yang diperoleh dari leasing merupakan jaminan bagi perusahaan leasing. Melihat perkembangan perusahaan sewa guna usaha yang pesat, atas dasar kebutuhan inilah dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tahun 1994 tentang Akuntansi Sewa Guna usaha. Dengan dikeluarkannya pernyataan ini, maka setiap perusahaan leasing yang ada di Indonesia harus melakukan pencatatan dan pelaporan atas transaksi sewa guna usaha yang dilakukannya sesuai dengan PSAK 30. Saat ini standar akuntansi sewa yang digunakan adalah PSAK 30 (Revisi 2011) tentang sewa yang menggantikan PSAK 30 (Revisi 2007). Hal ini bertujuan agar data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan tertarik untuk membahas pencatatan akuntansi sewa guna usaha (leasing) di Indonesia terutama di PT XYZ dimana penulis melaksanakan magang. Laporan magang ini akan ditinjau dari sisi perusahaan sewa guna usaha (lessor) yaitu PT XYZ. Untuk itu, penulis memilih judul ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA PT XYZ untuk mengetahui apakah perusahaan leasing tersebut sudah menerapkan PSAK 30 (Revisi 2011) dengan baik dan sesuai. Laporan magang ini dibahas dengan tujuan antara lain: Memberikan gambaran mengenai aktivitas penulis selama pelaksanaan magang di PT XYZ. Memberikan informasi mengenai proses kegiatan sewa guna usaha (leasing) di PT XYZ. Melakukan suatu analisis dan pembahasan mengenai pelaksanaan kegiatan sewa guna usaha pada PT XYZ.

Tinjauan Teoritis Definisi mengenai sewa (lease) dikemukakan di PSAK 30 (Revisi 2011) bahwa sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Biasanya lessor merupakan perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang telah memperoleh ijin dari Menteri Keuangan dan memiliki aset sewaan yang hak sewanya akan diberikan kepada lessee. Sedangkan lessee merupakan perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari lessor. Dijelaskan dalam PSAK 30 (revisi 2011) tentang sewa, bahwa sewa tidak dapat dibatalkan (non-cancleable lease). Sewa yang hanya dapat dibatalkan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: 1. Terjadinya kondisi kontijensi yang kemungkinan terjadinya sangat kecil 2. Adanya persetujuan lessor 3. Jika lessee mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang setara dengan lessor yang sama 4. Adanya pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee sehingga secara ekonomis dapat dipastikan bahwa tidak akan ada pembatalan. Awal sewa (inception of the lease) didefinisikan dalam PSAK 30 (Revisi 2011) sebagai tanggal yang lebih awal antara tanggal perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-ketentuan pokok sewa. Pada tanggal tersebut sewa bisa saja telah diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi. Untuk sewa pembiayaan, pada tanggal awal sewa (inception of the lease) jumlah yang diakui sudah ditentukan oleh perusahaan. Jadi di tanggal awal sewa tidak hanya terjadi pengakuan terhadap jumlah tersebut saja, namun bisa saja terjadi pengklasifikasian terhadap sewa tersebut. Sedangkan awal masa sewa (commencement of the lease term) didefinisikan sebagai tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan aset sewaan. Tanggal tersebut merupakan tanggal pertama kali sewa diakui (yaitu pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, atau beban sewa).

masa sewa (lease term) menurut PSAK 30 (Revisi 2011) adalah periode yang tidak dapat dibatalkan dimana pihak lessee telah menyepakati perjanjian sewa untuk menyewa aset ditambah dengan persyaratan lain dimana pihak lessee memiliki opsi untuk melanjutkan sewa tersebut, dengan atau tanpa pembayaran lebih lanjut, jika pada awal sewa hampir pasti pihak lessee akan melaksanakan opsi tersebut. Menurut PSAK 30 (Revisi 2011) maupun IAS 17, pengklasifikasian sewa didasarkan atas sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilkan aset sewaan berada pada lessor dan lessee. Risiko kepemilikan aset sewaan ini termasuk kemungkinan rugi dari kapasitas tidak terpakai atau keusangan teknologi dan variasi imbal hasil karena perubahan ekonomi. Sedangkan manfaat terkait kepemilikan aset sewaan dapat tercermin dari ekspektasi operasi yang menguntungkan selama umur ekonomis dan laba dari kenaikan nilai atau realisasi dari nilai residu. Pengklasifikasian sewa yang berdasarkan pada perjanjian sewa antara lessor dan lessee ini dapat saja diklasifikasikan berbeda apabila keadaannya berbeda. PSAK 30 (Revisi 2011) dan IAS 17 memberikan penjelasan melalui beberapa contoh dari situasi yang secara individual atau gabungan pada umumnya mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan yaitu: 1. Adanya pengalihan sewa kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa. 2. Pihak lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar (fair value) pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa (inception of the lease) dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan. 3. Periode masa sewa (lease term) dari aset tersebut adalah sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik tidak dialihkan. 4. Pada awal sewa (inception of the lease), nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan. 5. Aset yang disewa oleh lessee bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakan tanpa perlu modifikasi secara material. Menurut Kieso Weygandt, dan Warfield (2011) dalam bukunya edisi IFRS, apabila sewa telah memenuhi salah satu dari lima indikator diatas, maka sewa tersebut diklasifikasikan sebagai finance lease. Apabila tidak memenuhi kelima indikator tersebut, maka sewa diklasifikasikan

sebagai operating lease. Namun dari finance lease sendiri beberapa indikator dapat juga mengarahkan suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan yaitu: 6. Apabila terjadi pembatalan sewa yang dilakukan lessee, maka kerugian yang dialami lessor terkait dengan pembatalan ditanggung oleh lessee. 7. Apabila terjadi untung dan rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee (contohnya, dalam bentuk potongan harga rental dan yang setara dengan sebagian besar hasil penjualan residu pada akhir sewa) 8. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental. AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA DARI SISI LESSOR Pengklasifikasian sewa menurut PSAK 30 (Revisi 2011) dibagi menjadi dua, yaitu: finance lease dan operating lease. Pada laporan magang ini, penulis akan membahas klasifikasi sewa pembiayaan saja. Dalam sewa pembiayaan, secara substansial lessor mengalihkan seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset kepada lessee. Aset sewaan berupa piutang sewa pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto (net investment) tersebut. Investasi sewa neto (net investment in the lease) merupakan investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan tingkat bunga implisit dalam sewa (interest rate implicit in the lease). Investasi sewa bruto (gross investment in the lease) adalah penjumlahan agregat dari pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor berdasarkan sewa pembiayaan (financing lease) dan nilai residu tidak dijamin (unguaranteed residual value) yang menjadi hak lessor. Perbedaan antara investasi sewa bruto dan investasi sewa neto mencerminkan penghasilan pembiayaan tangguhan dalam sewa (unearned finance income in the lease). Lessor sering kali mengeluarkan initial direct cost yang meliputi antara lain komisi, biaya legal, dan biaya internal yang inkremental dan dapat diatribusikan langsung dengan proses negosiasi dan pengaturan suatu sewa. Biaya langsung awal tidak termasuk biaya umum. Lessor mengalokasikan penghasilan pembiayaan selama masa sewa dengan dasar sistematis dan rasional. Alokasi penghasilan ini didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa

pembiayaan. Pembayaran sewa dalam suatu periode, di luar biaya jasa, diterapkan atas investasi sewa bruto untuk mengurangi pokok dan penghasilan pembiayaan tangguhan. Menurut PSAK 30 (Revisi 2011), selain mengungkapkan hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 60 tentang akuntansi investasi efek tertentu, lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa pembiayaan: 1. Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini dari lease receivable (piutang pembayaran sewa minimum) pada tanggal neraca serta mengungkapkan untuk setiap periode berikut: kurang dari satu tahun; lebih dari satu tahun sampai lima tahun. 2. Penghasilan pembiayaan tangguhan (unearned finance income). 3. Nilai residu yang tidak dijamin (unguaranteed residual value) yang telah di accrue sebagai laba lessor. 4. Akumulasi penyisihan piutang tak tertagih (provision for doubtful account) atas pembayaran sewa minimum. 5. Rental kontijen (contingent rent) yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan. 6. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material. Sebagai suatu indikator pembukuan, sangat berguna untuk mengungkapkan investasi sewa bruto dikurangi pendapatan pembiayaan tangguhan didalam usaha baru yang ditambahkan selama periode tersebut, setelah dikurangi jumlah yang relevan untuk sewa-sewa yang dibatalkan. Gambaran Umum Perusahaan Sejak awal Juli 2012 hingga September 2012, penulis mengikuti program magang di sebuah perusahaan di daerah TB Simatupang, Jakarta yaitu PT XYZ. Perseroan berkedudukan di Jakarta, pertama kali didirikan pada tanggal 15 Juli 1982. Perseroan memperoleh ijin usaha untuk beroperasi sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, sewa guna usaha, anjak piutang dan kartu kredit dari Menteri Keuangan berdasarkan surat keputusan No. 1093/KMK.013/1989 tertanggal 26 September 1989. Untuk mencapai maksud dan tujuan perseroan, bidang usaha Perseroan mengutamakan pada kegiatan pembiayaan konsumen yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian kendaraan bermotor dengan pembayaran secara angsuran oleh konsumen. Perseroan pada saat

ini bergerak dalam bidang usaha pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha, terutama untuk kepemilikan kendaraan bermotor. Semua transaksi kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing) yang dilakukan PT XYZ dilakukan dengan cara finance lease. Hal ini dikarenakan Perseroan bergerak di bidang perusahaan pembiayaan atau jasa. Sehingga Perseroan tidak memiliki barang yang dapat diperjualbelikan maupun disewakan. Pada tahun 2002, Perseroan telah memulai kegiatan sewa pembiayaannya (finance lease). Leasing di PT XYZ hanya diperuntukan untuk fleet saja. Fleet merupakan kendaraan atau peralatan yang digunakan untuk kegiatan komersil seperti alat berat, kendaraan transportasi dan distribusi perusahaan, COP (Car Ownership Program) perusahaan, alat bantu industri dan manufaktur (forklift, traktor, dan lain-lain). Fleet PT XYZ mendukung industri seperti agribusiness, construction, distribution, transporter, mining, rental, service, manufacturing, logging, dan public transportation. Pencatatan akuntansi sewa guna usaha (leasing) yang dilakukan PT XYZ dikelompokan sebagai sewa pembiayaan (financing lease). Pendapatan sewa guna usaha dihitung dengan metode pembiayaan (financing method). Lessee akan melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala selama masa sewa guna usaha. Pembiayaan yang dilakukan PT XYZ pada umumnya sebesar 80% dari harga perolehan yang disewakan, sedangkan sisa dari nilai aktiva yang disewakan tidak dibiayai oleh lessor namun dibayarkan oleh lessee sebagai initial direct cost. Dalam memberikan jasa pembayaran leasing fleet, PT XYZ menggunakan angsuran dibayar di muka (Payment in Advance) dimana lessee harus membayar first payment bersamaan dengan angsuran pertama sehingga sisa periode kredit berkurang satu bulan. First payment merupakan penjumlahan dari down payment, angsuran pertama, biaya asuransi, biaya polis dan biaya provisi / administrasi. Untuk seluruh pembayaran sewa guna usaha, lessee wajib menggunakan giro. Giro tersebut nantinya akan diuangkan oleh Perseroan pada saat jatuh tempo pembayaran leasing.

Sebagai gambaran perlakuan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan, berikut PT XYZ memberikan contoh transaksi sewa guna usaha. PT XYZ sebagai lessor melakukan perjanjian kontrak sewa guna usaha dengan PT A sebagai lessee. Data-data yang berhubungan dengan perjanjian tersebut: PT A membeli empat unit traktor tahun 2011 dengan fasilitas sewa guna usaha dari PT XYZ melalui dealer PT B. PT XYZ memberikan term & condition sebagai berikut: 1. Harga On The Road truck : Rp 1,504,780,200,- 2. Security Deposit : Rp 300,956,040,- 3. Nilai Pembiayaan : Rp 1,203,824,160,- 4. Bunga flat/efektif : 6.94% / 13.51171% 5. Jangka waktu : 36 bulan 6. Metode pembayaran : Angsuran dibayar dimuka (ADDM) 7. Biaya administrasi : Rp 1,203,824,- (0,1% x nilai pembiayaan) 8. Premi asuransi : 2.55%, 3tahun 9. Angsuran per bulan : Rp 40,402,000,- 10. Pembayaran pertama dilakukan di dealer. Kontrak perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi ditandatangani pada 12 Desember 2011 oleh pihak lessor dan lessee. Pengakuan biaya dan pendapatan dilakukan setiap akhir bulan. Amortisasi pembayaran asuransi dan administrasi dilakukan dengan metode garis lurus. Pada akhir masa kontrak perjanjian SGU lessee menggunakan hak opsi yang dimiliki. Pembayaran pertama yang dilakukan oleh PT A (lessee) diterima langsung oleh PT B (dealer). 1. Security Deposit Rp 300,956,040,- 2. Biaya administrasi Rp 1,203,824,- 3. Premi Asuransi Rp 12,790,632,- 4. Angsuran pertama Rp 40,402,000,- + Total yang dibayar pelanggan Rp 355,352,496,-

Period AR Installment Interest Paid Principal Paid Principal 1 1,414,070,000 40,402,000-40,402,000 1,163,422,160 2 1,373,668,000 40,402,000 13,099,852 27,302,148 1,136,120,012 3 1,333,266,000 40,402,000 12,792,437 27,609,563 1,108,510,449 4 1,292,864,000 40,402,000 12,481,560 27,920,440 1,080,590,009 5 1,252,462,000 40,402,000 12,167,182 28,234,818 1,052,355,191 6 1,212,060,000 40,402,000 11,849,265 28,552,735 1,023,802,456 7 1,171,658,000 40,402,000 11,527,768 28,874,232 994,928,225 8 1,131,256,000 40,402,000 11,202,651 29,199,349 965,728,876 9 1,090,854,000 40,402,000 10,873,874 29,528,126 936,200,750 10 1,050,452,000 40,402,000 10,541,394 29,860,606 906,340,144 11 1,010,050,000 40,402,000 10,205,171 30,196,829 876,143,315 12 969,648,000 40,402,000 9,865,162 30,536,838 845,606,477 13 929,246,000 40,402,000 9,521,325 30,880,675 814,725,802 14 888,844,000 40,402,000 9,173,616 31,228,384 783,497,417 15 848,442,000 40,402,000 8,821,992 31,580,008 751,917,409 16 808,040,000 40,402,000 8,466,408 31,935,592 719,981,817 17 767,638,000 40,402,000 8,106,821 32,295,179 687,686,638 18 727,236,000 40,402,000 7,743,185 32,658,815 655,027,824 19 686,834,000 40,402,000 7,375,455 33,026,545 622,001,279 20 646,432,000 40,402,000 7,003,584 33,398,416 588,602,863 21 606,030,000 40,402,000 6,627,526 33,774,474 554,828,389 22 565,628,000 40,402,000 6,247,234 34,154,766 520,673,622 23 525,226,000 40,402,000 5,862,659 34,539,341 486,134,281 24 484,824,000 40,402,000 5,473,755 34,928,245 451,206,036 25 444,422,000 40,402,000 5,080,471 35,321,529 415,884,507 26 404,020,000 40,402,000 4,682,759 35,719,241 380,165,266 27 363,618,000 40,402,000 4,280,569 36,121,431 344,043,835 28 323,216,000 40,402,000 3,873,850 36,528,150 307,515,685 29 282,814,000 40,402,000 3,462,552 36,939,448 270,576,238 30 242,412,000 40,402,000 3,046,623 37,355,377 233,220,861 31 202,010,000 40,402,000 2,626,011 37,775,989 195,444,871 32 161,608,000 40,402,000 2,200,662 38,201,338 157,243,533 33 121,206,000 40,402,000 1,770,524 38,631,476 118,612,057 34 80,804,000 40,402,000 1,335,543 39,066,457 79,545,601 35 40,402,000 40,402,000 895,664 39,506,336 40,039,265 36-40,402,000 450,832 39,951,168 88,097 25,453,260,000 1,454,472,000 250,735,937 1,203,736,063 Tabel Skedul Amortisasi

Pencatatan SGU dengan hak opsi (financial lease): 1. Pada saat terjadi transaksi sewa pembiayaan Piutang SGU 1,454,472,000 Opsi Beli 300,956,040 Utang Dealer 1,189,829,704 Pendapatan SGU ditangguhkan 250,735,937 Titipan premi asuransi 12,790,632 Pendapatan adminstrasi ditangguhkan 1,203,824 Security Deposit 300,956,040 2. Penerimaan angsuran pertama Utang Dealer 40,402,000 Piutang SGU 40,402,000 3. Pembayaran ke dealer Utang Dealer 1,149,427,704 Bank 1,149,427,704 * 1,189,829,704-40,402,000 = 1,149,427,704 4. Pembayaran ke perusahaan asuransi Titipan premi asuransi 12,790,632 Pendapatan potongan asuransi 3,197,658 Bank 9,592,974 5. Pengakuan/amortisasi bunga dan administrasi Pendapatan SGU ditangguhkan 8,296,573 Pendapatan administrasi ditangguhkan 33,440 Pendapatan SGU 8,330,013 Perhitungan pendapatan dan biaya akhir bulan Pendapatan SGU = 19/360 x (1,203,824,160 40,402,000) x 13.51171% = 8,296,573 Pendapatan administrasi = 1,203,824/ 36 = 33,440

6. Penerimaan angsuran kedua (12 Januari 2012) Bank 40,402,000 Piutang SGU 40,402,000 Pendapatan SGU ditangguhkan 4,803,279 Pendapatan SGU 4,803,279 7. Pada saat berakhirnya kontrak perjanjian di bulan ke 36 Security Deposit 300,956,040 Opsi Beli 300,956,040 Pembahasan Tanggal awal sewa (inception of the lease) terhadap perjanjian sewa antara Perseroan dan lessee berlangsung setelah proses analisis kredit yang dilakukan tim fleet sudah mencapai kesepakatan antara lessor dan lessee. Pada awal sewa pun lessee setuju untuk menggunakan hak opsi beli diakhir periode sehingga sudah terjadi pengklasifikasian terhadap aset sewa. Hal ini sudah sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011) dimana awal sewa (inception of the lease) adalah tanggal perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan pokok sewa. Sedangkan awal masa sewa (commencement of the lease term) merupakan tanggal saat lessee berhak menggunakan aset sewa. Tanggal ini merupakan tanggal dimana sewa diakui. Ketika perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi antara lessor dan lessee sudah disepakati, barang modal telah diterima oleh lessee dari dealer, maka pada saat itu pula tanggal sewa sudah diaktifkan. Sehingga tanggal awal sewa dan awal masa sewa terjadi di tanggal yang sama. Pada saat itu, PT XYZ membuat jurnal saat terjadi transaksi sewa pembiayaan dan aset sewaan juga sudah dipastikan telah sampai kepada lessee, sehingga pada saat itu lessee sudah dapat menggunakan aset sewaan. Dapat disimpulkan berdasarkan analisis diatas bahwa dalam hal penentuan awal sewa dan awal masa sewa, PT XYZ telah memenuhi ketentuan sewa yang ada di PSAK 30 (Revisi 2011) dengan baik.

Pengklasifikasian sewa terhadap perjanjian sewa antara lessor dan lessee dapat diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan (finance lease) yang tertulis di PSAK 30 (Revisi 2011) telah dilakukan oleh PT XYZ. Namun sebenarnya PT XYZ ini tidak pernah menggunakan kriteria pengklasifikasian yang tertulis di PSAK 30 (Revisi 2011). Hal ini disebabkan pengklasifikasian sewa fleet di PT XYZ adalah sewa pembiayaan (finance lease). Kegiatan sewa fleet di Perseroan mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, sehingga sewa yang dilakukan tidak mungkin sewa operasi (operation lease). Penyebab lainnya, Perseroan merupakan perusahaan yang memberikan jasa pembiayaan bagi masyarakat yang membutuhkan uang untuk membeli aset berupa kendaraan, sehingga Perseroan tidak memiliki barang yang dapat diperjualbelikan. Pengertian masa sewa menurut PSAK 30 (Revisi 2011) merupakan jangka waktu sewa guna usaha yang dimulai sejak diterimanya barang modal yang disewa guna usahakan oleh lessee sampai dengan perjanjian sewa guna usaha berakhir. Masa sewa memiliki opsi perpanjangan awal di awal sewa (inception of the lease). Kebijakan di PT XYZ, masa sewa tidak pernah mengalami perpanjangan dari masa sewa yang telah ditetapkan diawal perjanjian. Berdasarkan pencatatan akuntansi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT XYZ, sudah sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011) dimana pembayaran sewa dalam suatu periode di luar biaya jasa dan merupakan hasil dari invesatsi sewa bruto untuk mengurangi pendapatan SGU yang ditangguhkan. Dalam PSAK 30 (Revisi 2011), ada beberapa hal yang harus diungkapkan oleh lessor dalam laporan keungan terkait sewa pembiayaan. Pengungkapan laporan keuangan ini kemudian dianalisis atas penerapannya pada laporan keuangan PT XYZ tahun 2011. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa PT XYZ telah menerapkan hampir semua poin. Namun, Perseroan tidak mengungkapkan 2 poin yaitu mengenai nilai residu tidak dijamin dan rental kontijen. Hal ini dikarenakan PT XYZ tidak memiliki keduanya. Kesimpulan Kegiatan sewa guna usaha (leasing) merupakan salah satu kegiatan usaha utama yang dilakukan PT XYZ berupa penyediaan dana, dimana dari kegiatan ini Perseroan mendapatkan pendapatan sewa guna usaha secara berkala. Sebagai perusahaan pembiayaan atau jasa, semua transaksi kegiatan sewa guna usaha (leasing) dilakukan dengan cara sewa pembiayaan

(finance lease). Hal ini disebabkan tidak adanya barang yang dapat diperjualbelikan maupun disewakan oleh PT XYZ. Selama beroperasi, PT XYZ tidak pernah menyimpan aset sewaan, jika masa sewa berakhir, maka lessee akan memiliki aset sewa tersebut. Kebijakan akuntansi dan pengungkapan kegiatan sewa guna usaha di PT XYZ telah menerapkan PSAK 30 (Revisi 2011) yang berlaku di Indonesia. Saran Saran penulis bagi PT XYZ agar tetap mempertahankan proses transaksi sewa guna usaha fleet dari awal kontrak sewa guna usaha fleet hingga pencatatan di laporan keuangan yang sudah dijalankan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK 30 (Revisi 2011). Diharapkan PT XYZ selalu mengikuti perkembangan standar akuntansi yang berjalan di Indonesia untuk menunjang kegiatan perusahaan. Saran bagi penelitian selanjutnya, semoga laporan magang ini dapat membantu dalam penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan lebih dalam dan lebih detail. Kepustakaan Ikatan Akuntansi Indonesia (2012), Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1 Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Juan, Ng Eng, dan Ersa Tri Wahyuni. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Lau, Peter, dan Nelson Lam. (2008). Intermediate Financial reporting: An IFRS Perspective. McGraw-Hill Education Asia. Prospektus Awal bulan Januari Febuari 2012.