PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS

dokumen-dokumen yang mirip
Pengawetan dengan Suhu Tinggi

Teti Estiasih - THP - FTP - UB

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

BLANSING PASTEURISASI DAN STERIISASI

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

TEKNOLOGI HASIL TERNAK. Kuliah ke 2

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

Pengolahan dengan suhu tinggi

Pengolahan dengan Suhu Tinggi

PASTEURISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

PENGAWETAN. Pengawetan Termal Pengawetan Non Thermal. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan Non Thermal 1. Pengolahan Non Thermal

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

VI. PENGAWETAN MAKANAN MENGGUNAKAN SUHU TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasteurisasi dan Pendinginan Secara umum proses pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan yang relatif

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

STERILISASI. Teti Estiasih - THP - FTP - UB 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

Pengeringan Untuk Pengawetan

Latar Belakang : Dasar Tek Pengolahan Pangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGERINGAN SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN

KONTAMINASI DAN FOODBORNE (PERSPEKTIF SANITASI)

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

DASAR KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI LINGKUNGAN. ZAENAB, SKM, M.Kes. HP : /

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

PROSES PENGOLAHAN MAKANAN FERMENTASI - Fermentasi merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan. -Banyak mikroorganisme dimanfaatkan untuk produ

ULAS PANGAN KumpuIan Artikel llmu & Teknologi Pangan

Pengawetan bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

STERILISASI COCKTAIL NENAS DALAM CUP PLASTIK. Fachraniah, Elfiana, dan Elwina *) ABSTRAK

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

ULAS PANGAN KumpuIan Artikel llmu & Teknologi Pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Usus sapi merupakan bagian dalam hewan (jeroan) sapi yang dapat. digunakan sebagai sumber bahan makanan hewani. Sebagian masyarakat

BLANSING. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB

BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP SEL VEGETATIF DAN SPORA

PENGENDALIAN HACCP PADA PENGALENGAN IKAN

BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN

1. Suhu Rendah 2. Suhu Tinggi 3. Pengeringan 4. Penggunaan BTM 5. Penggunaan asam, Garam, dan gula.

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

Mikrobiologi Industri

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

Blansing kemudian pembekuan Ditambahkan saus, keuntungannya : - memperbaiki flavor - menutupi off flavor - mencegah oksidasi - menambah kemudahan

Pengawetan dengan Suhu Tinggi. Disusun oleh: TIM DASAR THT FAPET UB

PENGEMASAN MAKANAN ZAENAB

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MIKROORGANISME PATOGEN. Prepare by Siti Aminah Kuliah 2. Prinsip Sanitasi Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Prinsip Dasar Pengolahan Pangan. Nyoman Semadi Antara, Ph.D. Pusat Kajian Keamanan Pangan (Center for Study on Food Safety) Universitas Udayana

Nama : Fitriyatun Nur Jannah Nim : Makul : Teknologi Pangan TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI SITI AMINAH FIKKES - UNIMUS

KLASIFIKASI TEKNOLOGI PANGAN KLASIFIKASI BERDASARKAN TUJUAN menciptakan makanan yang aman mengendalikan kontaminasi yaitu mencegah pertumbuhan mikroba atau diproduksinya toksin mencegah kontaminasi

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PANGAN DENGAN PANAS MENGGUNAKAN AIR DAN UAP PANAS BLANCHING PASTEURISASI STERILISASI PANAS EVAPORASI EKSTRUSI MENGGUNAKAN MINYAK PANAS PENGGORENGAN MENGGUNAKAN UDARA PANAS DEHIDRASI BAKING DAN ROASTING MENGGUNAKAN ENERGI RADIASI MICROWAVE RADIASI INFRA MERAH

PERLAKUAN PANAS (YANG MEMBUNUH MIKROBA TERTENTU) Metode pemanasan pemasakan oven/panggang rebus goreng bakar microwave pasteurisasi sterilisasi Media pemanasan air udara air minyak udara radiasi elektromagnetik Penghantar panas/air uap bertekanan

SYARAT PENGAWETAN PANGAN DENGAN PANAS JUMLAH PANAS HARUS : Cukup untuk mematikan mikroba pembusuk dan mikroba patogen yang paling resisten Tidak menyebabkan zat gizi dan cita rasa rusak maka perlu memahami : Kinetika pemusnahan mikroba dan kerusakan mutu (suhu rendah waktu lama dan sebaliknya) Karakteristik penetrasi panas produk yang dipanaskan

tujuan utama proses panas: menghasilkan produk yang aman dikonsumsi. Keamanan pangan karakteristik intrinsik yang dominan mempengaruhi potensi bahaya bahan pangan : nilai aktivitas air (aw) dan keasaman (ph). Berdasarkan pada nilai aw dan ph; bahan pangan dapat dikelompokkan dalam 3 golongan berdasarkan pada tingkat potensi bahayanya

a. b. c. bahan pangan yang mempunyai nilai aw > 0.85 dan ph > 4,5 merupakan bahan pangan dengan potensi bahaya yang tinggi (high, H); sering disebut sebagai potentially hazardous foods; PHF (pengertian lebih detail tentang PHF ini bisa dilihat pada www.ift.org). Dengan karakteristik basah (aw > 0.85) tidak asam (ph > 4,5), produk segar daging, unggas, telur, susu, ikan merupakan produk dengan potensi bahaya yang tinggi.

FOODREVIEW INDONESIA Vol. III No. 5 Mei 2008. Purwiyatno Hariyadi

KLASIFIKASI BAHAN PANGAN UNTUK PROSES THERMAL Faktor yang paling penting: sifat keasaman / ph Sel tahan panas : dekat ph netral Keasaman / kebasaan naik m.o cepat terbunuh Perubahan ke arah asam lebih efektif ph 4,5 sbg batas klasifikasi, dasar : batas Clostridium botulinum tumbuh KLASIFIKASI PANGAN BERDASAR PH ph > 4,5 makanan berasam rendah: jagung, ikan, ayam, susu, wortel ph 4,0-4,5 makanan asam : tomat, nenas, pear ph < 4,0 makanan berasam tinggi : jeruk nipis, jeruk manis, saurkraut

MIKROBA BERDASAR KETAHANAN PANAS Sel vegetatif dan spora yeast dan kapang mati pada suhu 80 oc Spora bakteri tahan pada air mendidih

FAKTOR YANG MEMPENGARHI KETAHANAN PANAS MO 1 2 3 Umur dan ketahanan m.o / spora Komposisi medium (garam, gula, lemak, dll) ph dan Aw media pengawet Suhu pemanas Konsentrasi awal m.o.

MIKROBA PATOGEN YANG DITULARKAN MELALUI MAKANAN YANG BERSIFAT INFEKSIUS Infeksi : Masuk dan berkembangbiak di Salmonella Campylobacter E. coli (jenis tertentu) V. parahaemolyticus V. cholerae Y. enterocolitica A. hydrophila L. monocytogenes dalam tubuh :

BAHAN MAKANAN MENTAH YANG CENDERUNG TERKONTAMINASI SALMONELLA unggas daging susu telur buah-buahan kerang rempah-rempah dan jamu air yang tidak diolah

DAYA TAHAN PANAS SALMONELLA DALAM MAKANAN Salmonella rentan terhadap panas Pasteurisasi cukup untuk membunuh Salmonella pada makanan dengan kelembaban tinggi Pemanasan pada 70 C selama 2 menit biasanya cukup untuk membunuh 106 Salmonella

KOMBINASI WAKTU/SUHU UNTUK PEMUSNAHAN PATOGEN Suhu ( C) 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 Waktu (mnt:dtk) 43:29 33:44 23:16 17:06 12:40 09:18 06:49 05:01 03:43 02:43 02:00 01:28 01:05 Suhu ( C) 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Waktu (mnt:dtk) 00:48 00:35 00:26 00:19 00:14 00:10 00:06 00:05 00:04 00:03 00:02 00:02 00:01

DAYA TAHAN CAMPYLOBACTER Organisma ini sangat rentan, tidak tahan pada lingkungan pemasakan makanan. Peka terhadap panas Peka terhadap pengeringan Tahan pembekuan (beberapa bulan dalam daging dan unggas beku) Lebih tahan pada kondisi dingin daripada suhu kamar

BAHAN MAKANAN MENTAH CENDERUNG TERKONTAMINASI DENGAN PATOGEN Daging Ikan Sayur-sayuran Susu Air tercemar E. COLI

Dosis penularan Makanan Adanya lemak Keasaman

DOSIS PENULARAN MINIMUM ETEC 106 Shigella, EIEC 10-100 EHEC 100 L. monocytogenes Tidak diketahui - mungkin rendah dalam kelompok beresiko Salmonella (tak termasuk typhi ) 1000) 106 ( jumlah yang rendah (mis. 10dapat menyebabkan infeksi pada makanan berlemak seperti keju) coklat & Campylobacter kurang lebih. 500 Salmonella typhi 10-100 EPEC 106 V. cholerae 106

KINETIKA PEMUSNAHAN MIKROBA Faktor yang mempengaruhi resistensi bakteri jumlah populasi Sifat medium untuk pertumbuhan Jenis organisme Suhu pertumbuhan Faktor lain Keasaman (pd media asam m.o lbh peka terhadap panas) Pembentukan kelompok (dlm kelompok m.o lbh resisten) Umur kultur, (sel sedang tumbuh lbh peka)

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI

D-VALUE Ketahanan panas ditentukan berdasarkan Pengurangan desimal waktu D No: Jumlah awal microorganisma N: Jumlah mikroorganisma pada waktu t log N/No 0 T ( C) -1 t = D. log No/N -2-3 D t

Harga D adalah waktu (menit) pada suhu tertentu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% dari jumlah populasi mikroba yang ada. Nilai D menunjukkan berkurangnya populasi MO hidup sebanyak 1 satuan log (1 log cycle)

EXAMPLE Pada t 1:jml 102 pada t2 sisa mikroba 101 mati 90 % Harga D ketahanan MO, D> MO tahan

KETAHANAN TERHADAP PANAS Organisma Vegetatif Escherichia coli Salmonella spp Salmonella typhimurium Salmonella senftenberg Staphylococcus Listeria D-values (min) 55 C 4 0.1 0.02-0.25 0.8-1.0 aureus jejuni 65 C 0.056 0.2-2.0 monocytogenes Campylobacter 60 C 5.0-8.3 1.1

KETAHANAN TERHADAP PANAS (3) Ketahanan terhadap panas ( D-value ) dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni jenis atau or strain mikroorganisma parameter fisik-kimia dari medium yakni aktifitas air, ph, komposisi usia sel atau masa pertumbuhan

PRINSIP PENGOLAHAN /PENGAWETAN PANGAN DENGAN SUHU TINGGI Panas cukup untuk membunuh mikroorganisme perusak dan pathogen dan jumlah panas tidak menurunkan nilai gizi dan cita rasa.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANAS a. b. c. d. e. Umur dan keadaan organisme atau spora sebelum dipanaskan Komposisi medium dimana organisme tumbuh, dipaskan dan masih ada. ph dan aw media pemanasan Suhu pemanasan Konsentrasi awal organisme atau sporanya.

BERDASARKAN NILAI PHNYA BAHAN PANGAN a. b. c. d. Bahan pangan tidak asam : ph diats 5,0 (5,3) Bahan pangan berasam sedang: ph diantara 4,5 dan 5,0 (5,3) Bahan pangan asam : ph diantara (3,7 atau 4,0 dam 4,5) Bahan pangan asam tinggi : ph dibawah 3,7 atau 4,0.

FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PENGOLAHAN DG. PANAS a. b. Daya tahan panas dari mikroroganisme yang paling tahan panas yang mampu menyebabkan pembusukan produk yang disimpan normal atau yang membahayakan konsumen. Kecepatan penetrasi panas kedalam titik dalam wadah yang paling lambat menerima panas ( coll point)

PENETRASI PANAS BAHAN PANGAN konveksi, konduksi radiasi KEDALAM KEMASAN DAN ISI

KECEPATAN PENETRASI PANAS DALAM MAKANAN KALENG DITENTUKAN OLEH: a. b. c. d. ukuran (rasio luas permukaan:volume)sifat asal dan komposisi dari wadah Konsistensi produk Suhu retort an suhu awal dari makanan Rotasi kaleng

LANJUTAN e. Isi dan ruang diatas kaleng (head space) f. Metode pengemasan g. Letak kaleng dalam retort, metode operasi

CARA-CARA PENGAWETAN DENGAN PANAS Sterilisasi : 121 C selama 15 menit Sterilisasi komersiil (commercial sterilization) :terhadap sebagian besar makanan dalam kaleng atau botol.

LANJUTAN Makanan steril secara komersiil berarti semua mikroorganisme penyebab sakit dan pembentuk racun dalam makanan tersebut telah dimatikan. Waktu sterilisasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : ukuran kaleng dan kecepatan perambatan panas.

B. PASTEURISASI Proses pemanasan untuk :bunuh/musnahkan sebagian mikroba, dengan suhu < 100 C Tujuan utama adalah membunuh mikroorganisme patogen. uap, air panas dan panas kering/aliran listrik. perlu dilakukan kombinasi pengawetan yang lain misalnya dengan pendinginan. metode : HTST: 72 C selama 15 dan LTLT: 63 C selama 30 menit.

PASTEURISASAI DIGUNAKAN BILA: a. Komoditi tidak tahan panas tinggi b. Sasaran: membunuh mikroorganisme patogen Mikroorganisme pembusuk yang tidak begitu tahan panas seperti khamir dalam sari buah akan mati. c. Cara pengawetan lain akan dilakukan d. Mikroorganisme saingan akan terbunuh, mikroorganisme yang dikehendaki mampu tumbuh

POLA-POLA PASTEURISASI suhu rendah 63 suhu tinggi 72 C selama 30 menit C selama 15 detik Ultra-high temperature 135 C selama 1 detik

C. BLANCHING pemanasan pendahuluan yang biasa dilakukan untuk buah dan sayur Tujuan: a. Inaktifkan enzim: katalase dan peroksidase tahan panas Blanching dapat dilakukan dengan menggunakan uap maupun air panas, pada suhu 82 93 C selama 3 5 menit.

CARA BLANCHING : MENGGUNAKAN UAP AIR MENGGUNAKAN AIR PANAS Cara blanching kekurangan kelebihan Uap panas Pembersihan terbatas, perlu pembersihan Biaya capital lebih banyak Air panas Komponen larut air banyak hilang Resiko kontaminasi bekteri thermofilik Komponen larut air yg hilang banyak Lbh sdk vol & buangan yg hilang Biaya capital lbh rendah, energi lbh efisien

PENGARUH BLANCHING TERHADAP PANGAN Terhadap gizi Mineral, Vitamin larut air, gula berkurang Faktor yang mempengaruhi : Kematangan pangan Metoda persiapan makanan : (pemotongan, pengirisan) Metoda blanching : uap panas, air panas, uadara panas Perbandingan volume dan luas permukaan Suhu dan waktu blanching Perbandingan air dengan bahan pangan Konsentrasi zart terlarut dlm air panas

PENGARUH BLANCHING TERHADAP PANGAN Terhadap warna dan aroma Warna lbh terang, krn udara dan debu hilang Warna hijau sayur dipertahankan dgn Na karbonat (0,125%w/w) atau Ca oxide Browning dicegah dgn lar garam 2 % w/w Under blanching off flavor pada makanan yang dikeringkan / dibekukan Terhadap tekstur Tekstur lebih lunak tujuan blanching Bila akan dikeringan/dibekukan + Ca Cl2 shg terbentuk Ca pektat yg tdk larut air dan lbh kaku

PEMANASAN PADA SUHU 100 OC Tujuan : membunuh m.o perusak, kecuali bentuk sporanya U/ pemanasan / pengalengan di rumah Cara : mendidihkan makanan berkuah Memasukkan mkn ke dlm wadah penangas air Degan pressure cooker Pembakaran sate, kambing guling suhu bagian dalam 60-80 oc Penggorengan / pembakaran roti suhu bagian dalam + 100 oc

PENGALENGAN Langkah-langkah:: 1. Persiapan bahan 2. Pengisian (filling), 3.Ekshausting 4. Vakum 5. Sterilisasi (processing) 6. Pendinginan 7. Penyimpan

KERUSAKAN MAKANAN KALENG Flat sour : cita rasa produk asam yang : mikroorganisme tahan panas tanpa produksi gas. dicirikan kaleng : tampak datar dan tidak menggembung Swell: penggembungan kaleng yang disebabkan karena terbentuknya gas. Kerusakan ini disebabkan karena underprocessing, kontaminasi mikroorganisme, kaleng bococr

PENGEMBANGAN HIDROGEN (HIDROGEN SWELL) Produksi adalah gas H akibat korosi wadah oleh produk. Produk makanan kelihatan normal, tidak dapat dikonsumsi Penyebab:kemungkinan kaleng yang digunakan telah rusak.

4. STOCK BURN pendinginan kurang sempurna, kaleng belum dingin sudah disimpan. Produk dengan keruskan ini menjadi lunak, gelap dan tidak dapat dikonsumsi. 5. Botulinus Disebabkan karena underprocessed.

PENGARUH PENGOLAHAN PANAS TERHADAP NILAI GIZI mengakibatkan kehilangan beberpa zat gizi terutama zat-zat yang labil seperti asam askorbat, tetapi teknik dan peralatan pengolahan dengan panas yang modern dapat perkecil kehilangan ini