BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya aparatur. unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan. Sejak dikeluarkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. frame foto kegiatan BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. yang sebaik baiknya untuk bisa melewati segala permasalahan yang akan dialami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kantor Badan Kepegawaian Daerah

profesional, bersih dan berwibawa.

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 1. Oleh : Chandra Mukuan 2 ABSTRAK

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB II PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. baik (good governance). Menurut Thoha dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur

ISU ADMINISTRASI PERKANTORAN. Oleh : MAYA MUTIA, SE, MM Analis Kepegawaian Pertama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SRAGEN DILIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam rangka mewujudkan Good Governance (Tata Pemerintahan

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN. Rappang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar lagi keberadaannya dan mutlak terpenuhi. Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik meliputi antara lain: (1) akuntabilitas (accountability) yang diartikan sebagai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya; (2) keterbukaan dan transparansi (openness and transparancy) dalam arti masyarakat tidak hanya dapat mengakses suatu kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses perumusannya; (3) ketaatan pada hukum, dalam arti seluruh kegiatan didasarkan pada aturan hukum yang berlaku dan aturan hukum tersebut dilaksanakan secara adil dan konsisten; dan (4) partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pemerintahan umum dan pembangunan. Dalam konteks ini, penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan pemerintahan menjadi suatu tuntutan utama, oleh karena masyarakat mulai kritis dalam memonitor dan mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas pelayanan dari instansi pemerintah. Perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap kinerja sektor publik semakin tinggi. Masyarakat semakin berani mengkritisi kinerja sektor publik, disisi lain dengan iklim demokrasi yang baru pemerintah juga semakin terbuka dan menyadari pentingnya inovasi dalam pengelolaan organisasi publik. 1

Dalam rangka perbaikan kinerja sektor publik berbagai upaya telah dilakukan baik dari aspek regulasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana maupun kelembagaannya. Dari aspek regulasi misalnya, pemerintah telah mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang didalamnya mensyaratkan digunakannya anggaran berbasis prestasi kerja (anggaran kerja), PP No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan PP No.3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat. Hal tersebut mengisyaratkan perlunya perencanaan kinerja, anggaran berbasis kinerja serta pelaporan dan evaluasi kinerja. Berbicara mengenai kinerja maka tuntutan terhadap perbaikan kinerja sektor publik semakin tinggi mengingat dalam era demokrasi dan revolusi informasi ini, masyarakat akan semakin cerdas, mudah memperoleh informasi dan semakin banyak tuntutannya. Oleh karena itu, perbaikan kinerja sektor publik perlu terus dikembangkan dan disesuaikan dengan tuntutan masyarakat. Selain itu perhatian terhadap kualitas menjadi sangat penting karena ini akan menggambarkan pencapaian kepuasan pengguna layanan sehingga peningkatan pelayanan sangat terkait dengan peningkatan kinerja. Kinerja (peformance) dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau degree of accoumplishment atau dengan kata lain, kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi (Rue & Byars) 1. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan 1 Harbani Pasolong, 2008, Teori Administrasi Publik, Bandung: Alfabeta, hal 175 2

sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Namun, pengukuran keberhasilan maupun kegagalan sebuah organisasi (instansi pemerintah) dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara obyektif, disebabkan oleh karena belum diterapkannya sistem pengukuran kinerja, yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan secara obyektif dan terukur dari pelaksanaan program-program di suatu instansi pemerintah. Pengukuran kinerja suatu instansi hanyalah ukuran kinerja yang masih bersifat program yang berbasis anggaran. Pengukuran kinerja yang dilakukan cenderung memperhatikan perspektif keuangan saja, walaupun hasil dari program dan kegiatan yang dilaksanakan masih berada di bawah standar. Pengukuran yang hanya memperhatikan perspektif keuangan dikarenakan belum diterapkannya model pengukuran kinerja yang obyektif dan komprehensif. Akibatnya instansi pemerintah lebih cenderung mengabaikan perspektif non keuangan seperti kepuasan pelanggan, kompetensi dan komitmen sumber daya manusia serta inovasi untuk pengembangan pelayanan. Sebuah pendekatan pengukuran kinerja yaitu Balanced Scorecard dari pemikiran Robert S.Kaplan dan David P.Norton kemudian lahir sebagai alat manajemen strategik yang mencoba menilai secara seimbang antara sisi keuangan dan non keuangan, dimana secara spesifik dibagi ke dalam empat 3

perspektif yakni perspektif keuangan, perspektif pelanggan, proses internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan 2. Pembahasan mengenai kinerja organisasi pemerintah menjadi hal yang menarik, karena permasalahan yang muncul kemudian terkait kinerja. Di Indonesia sendiri, organisasi pemerintahan sering di Identikkan dengan pegawai negeri yang lamban dan korup. Berbagai instansi di Indonesia dari tingkat pusat dan daerah bebas mengatur jam kerja. Beberapa loket pelayanan nampak kosong saat masih jam kerja yaitu pukul 14.30 (Kompas, 26 maret 2005 ). Kondisi ini juga tidak jarang bisa dilihat di kantor-kantor instansi, dinas di daerah-daerah dan ini merupakan fenomena lumrah dalam melihat wajah organisasi pemerintahan di Indonesia. Belum lagi image pelayanan publik ditingkatan prosedur/aturan yang memakan waktu dan biaya yang mahal. Begitupun ketika akan dijamin selesai tepat waktu sesuai yang dijanjikan, kebanyakan tidak sesuai harapan. Dalam keadaan ini akan dimanfaatkan terjadinya KKN dimana masyarakat diharuskan membayar lebih mahal dari biaya yang ditetapkan bila ingin mendapat fasilitas ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan. Meluasnya praktik-praktik semacam ini semakin mencoreng image masyarakat terhadap organisasi pemerintah. Sehingga yang muncul adalah ketidakefektifan dan ketidakefisien organisasi pemerintah dalam melayani masyarakat. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh kompas pada 16-17 Maret 2005 dan berbagai jajak pendapat yang dilakukan secara berkala dalam lima tahun 2 Prof. Dr. Moeheriono M.Si, 2009, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Bogor: Ghalia Indonesia, hal 122. 4

terakhir. Hal yang dirasakan masyarakat setiap berurusan dengan organisasi pemerintahan: Waktu relatif lama hampir 50% responden mengatakan kerja aparat pemerintah lambat. Sebanyak 43% berpendapat lain, tidak semua lembaga pemerintah sengaja memperlama proses penyelesaian urusan atau persoalan rakyat (kompas, 23 februari 2005 ). Prosedur yang berbelit-belit, sekitar 45% responden menyatakan prosedur yang mereka tempuh setiap berurusan dengan aparatur pemerintah cukup ringkas. Sebaliknya, hampir separuh responden menyatakan masih berbelit-belit. Hal ini juga dikemukakan oleh Agus Ronaldi dalam jurnal Kinerja organisasi pemerintah, bahwa untuk menjalankan fungsi pelayanan secara baik dan menyentuh kebutuhan pelanggannya, maka diperlukan dukungan berbagai unsur. Seperti prilaku manusia baik individu maupun secara tim kerja, pengaturan dan mekanisme kerja, serta sarana pelayanan dan kualitas personilnya. Namun unsurunsur seperti dikemukakan di atas pada semua jenjang dalam organisasi publik / pemerintahan belum sepenuhnya dimiliki. Hal ini karena masih kurang baiknya perilaku aparat, lemahnya pengaturan dan mekanisme kerja, kurang memadainya sarana pelayanan, kurangnya perhatian pimpinan terhadap bawahan serta kualitas aparat belum memadai seiring perkembangan teknologi. Dengan demikian substansi masalahnya adalah rendahnya kinerja organisasi pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga dalam hal pemberian layanan jika dibandingan dengan sektor swasta, organisasi pemerintah dinilai masih rendah hal ini disebabkan masih 5

banyak kritik akibat ketidakpuasan pengguna layanan. Organisasi pemerintah dinilai masih lamban dalam memberikan pelayanan. Lebih banyak dikarenakan aparatur organisasi pemerintah yang tingkat kedisiplinannya masih rendah, terlebih pelayanan publik di daerah sekarang ini masih banyak menerima berbagai kritik tentang pelayanan yang diberikan, khususnya pelayanan yang bersifat administratif. Penyakit tradisional seperti membingungkan, butuh waktu lama, tidak efisien sepertinya melekat dalam proses pelayanan itu sendiri, yang menjadi persoalan ialah seringkali pada saat kita membutuhkan layanan yang cepat, yang didapatkan malah sebaliknya yakni pelayanan yang lamban (http://tribunnews.com diunduh 6 Januari 2012). Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga teknis daerah yang membidangi manajemen kepegawaian dan peningkatan kualitas sumberdaya aparatur di lingkungan Kabupaten Sidrap, dengan melihat begitu strategisnya peran Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap maka harus mampu melaksanakan dan mempertanggung jawabkan kewenangannya tersebut dalam bentuk peningkatan kinerja dalam arti menjadi lebih efisien, efektif, akuntabel, transparan dan responsif secara berkesinambungan. Dengan mengetahui kinerja bagi organisasi memiliki arti yang sangat penting terutama dalam upaya melakukan perbaikan-perbaikan pada masa yang akan datang. Secara khusus kepegawaian daerah, diatur dalam Pasal 75 sampai dengan 77 UU No. 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa norma, standar, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak, dan kewajiban, 6

serta kedudukan hukum PNS di Daerah dan PNS daerah, ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan 3. Dikaitkan dengan lokasi penelitian yaitu Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap salah satu tugasnya dalam memberikan pelayanan kepegawaian seperti pengurusan kenaikan pangkat, gaji berkala di Kabupaten Sidrap, pengurusan pensiun, mengelola diklat pegawai. Maka dalam pelaksanaan proses kerjanya diharap menunjukkan hasil kerja yang baik, berikut ini data penyelesaian berkas kenaikan pangkat di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap pada bulan Januari 2012, dapat dilihat pada tabel I.1: Tabel 1.1: Realisasi Pengolahan Berkas Kenaikan Pangkat Pegawai Tanggal Berkas masuk Realisasi 02/01/2012 5 5 03/01/2012 3 3 04/01/2012 4 4 05/01/2012 11 11 06/01/2012 36 27 09/01/2012 6 6 10/01/2012 23 23 11/01/2012 7 7 12/01/2012 12 12 13/01/2012 - - 16/01/2012 42 33 17/01/2012 2 2 18/01/2012 29 21 19/01/2012 7 7 20/01/2012 11 11 24/01/2012 12 12 25/01/2012 9 9 26/01/2012 8 8 27/01/2012 6 6 30/01/2012 - - 31/01/2012 24 20 (Data Sekunder BKD Kabupaten Sidrap) 3 Lembaga Administrasi Negara. 2004. System Administrasi Negara Kesatuan Republic Indonesia (SANKRI); Dalam Landasan Dan Pedoman Pokok Penyelenggaraan Dan Pengembangan System Administrasi Negara. Jakarta. Hal 177-178 7

Dari data yang diperoleh pada tabel I.1 menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang tidak terselesaikan pada waktu yang seharusnya, hal ini dapat menghambat pelaksanaan kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap. Selain itu ketepatan waktu dalam pemberian pelayanan juga masih kurang baik, hal ini dapat dilihat dari masih adanya keluhan dari pegawai karena keterlambatan terbitnya SK kenaikan pangkat yang seharusnya terbit pada bulan Oktober namun belum terbit hingga Desember. Didasarkan pada temuan-temuan tersebut, sehingga penulis menganggap perlu untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian mengenai Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidrap. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk menulis skripsi dengan judul, Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penulis merumuskan masalah menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut; Bagaimana Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk Mendeskripsikan Kinerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. 8

I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat akademik Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai kinerja organisasi. 2. Manfaat Praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi sumbangan pemikiran serta informasi bagi Pemerintah Daerah di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang. 9