BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purbalingga adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa tengah. Ibukotanya adalah Purbalingga. Kabupaten Purbalingga memiliki luas wilayah 77.764 Ha dan berpenduduk 848.952 jiwa. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di sebelah utara, Kabupaten Banjarnegara di sebelah timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di sebelah barat dan selatan. Kabupaten Purbalingga terletak pada 101 11" BT - 109 35" BT dan 7 10" LS - 7 29 LS" terbentang pada altitude ± 40 1.500 meter di atas permukaan laut dengan dua musim yaitu musim kemarau antara April September dan musim hujan antara Oktober Maret. Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm 4,789 mm per tahun. Jumlah curah hujan tertinggi berada di Kecamatan Karangmoncol, sedangkan curah hujan terendah di Kecamatan Kejobong. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara 23.20 C 32.88 C dengan rata-rata 24.49 C. Disamping itu Kabupaten Purbalingga mempunyai beberapa tempat wisata yang terkenal sampai ke daerah di luar Purbalingga. Misalnya Taman Wisata Pendidikan Purbasari Pancuran Mas, Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Goa Lawa, Kebun Strawberry Desa Serang, Museum Tempat Lahir Jenderal Soedirman, dan masih banyak lagi yang belum lama ini baru dibuka dan menarik untuk para wisatawan. Dari beberapa tempat wisata yang ada di Kabupaten Purbalingga, pada saat ini yang sedang jadi perbincangan banyak orang di Purbalingga adalah 1
2 Wisata Puncak Wringin. Wisata Puncak Wringin adalah wisata alam puncak yang berada di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Puncak Wringin mungkin masih terdengar asing bagi masyarakat. Puncak Wringin sendiri berarti bukit beringin, karena banyak pohon beringin di bukit tersebut. Perjalanan menuju Puncak Wringin cukup jauh, dari puncaknya berada 640 meter di atas permukaan laut. Selain perjalanan yang melelahkan para pengunjung bisa menikmati beberapa fasilitas yang dimiliki Wisata Puncak Wringin antara lain Gunung Cilik, Curug/Air Terjun Luwang Areng, Rumah Pohon, dan Camping Area. Wisata Puncak Wringin ini baru resmi dibuka pada tanggal 1 Januari 2016. Pengunjung pun sudah mulai berdatangan. Mereka tertarik dengan pemandangan yang masih asri dengan suasana perbukitan sejuk. Selain pemandangan perbukitan yang hijau, pengunjung juga bisa menikmati indahnya sunset dan sunrise wisata tersebut. Wisata Puncak Wringin merupakan wisata yang layak dikembangkan untuk menjadi wisata unggulan di wilayah Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya khususnya Desa Panusupan. Akan tetapi karena wisata ini baru dibuka jadi masih banyak kekurangan dalam menarik perhatian para wisatawan. Kurangnya media promosi di Wisata Puncak Wringin ini membuat wisata ini kurang maksimal dalam menarik perhatian masyarakat luas dan para pengunjung pun masih susah untuk mencari lokasi wisata tersebut. Untuk itu agar Wisata Puncak Wringin ini dapat maksimal dalam menarik perhatian masyarakat luas diperlukan kontribusi desain komunikasi visual. Selain itu juga agar masyarakat dapat mengetahui eksistensi Wisata Puncak Wringin dan para wisatawan tidak susah dalam mencari
lokasi objek wisata tersebut, maka perlu dibuat sebuah Perancangan Promosi Wisata Puncak Wringin di Purbalingga Melalui Media Komunikasi Visual. 3 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana merancang strategi promosi untuk Wisata Puncak Wringin agar menarik perhatian masyarakat luas? 2. Bagaimanakah merancang media promosi yang tepat, efektif, dan komunikatif untuk mempromosikan Wisata Puncak Wringin? C. Tujuan Perancangan 1. Merancang strategi promosi Wisata Puncak Wringin agar mampu menarik perhatian masyarakat dan memudahkan pengunjung untuk mencapai lokasi Wisata melalui pemilihan komunikasi visual yang tepat. 2. Merancang media promosi yang tepat, efektif, dan komunikatif untuk mempromosikan Wisata Puncak Wringin. D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Kualitatif Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil
4 penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. (sugiyono, 2009:15) Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah. Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. (ibid.) Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. (ibid.) 2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara dengan pertimbangan agar kita lebih luwes dan leluasa dalam berkomukasi, terutama dalam usaha menggali informasi yang kita dapat untuk mendapat data yang kita butuhkan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam kepada Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Desa Panusupan Yanto Supardi dan Wakil Ketua Pokdarwis Desa Panusupan Siswanto.
5 b. Observasi Menggunakan teknik observasi langsung, sehingga data-data yang diperlukan dapat diperoleh dari pengamatan langsung. Dalam observasi ini, penulis berperan aktif dalam lokasi sehingga benar-benar terlihat dalam kegiatan yang ditelitinya, agar kelak bisa memvisualisasikan media promosi yang representatif untuk target audience. c. Studi Kepustakaan Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku maupun jurnal tentang perancangan, promosi dan artikel-artikel mengenai Wisata Puncak Wringin. 3. Teknik Sampling Jika kualitatif banyak menggunakan non probability sampling, yaitu teknik snowball sampel kecil. Karena menggunakan teknik ini akan berkembang secara besar sejalan dengan proses yang dilakukan. 4. Teknik analisis data Teknik yang akan digunakan dalam analisis data adalah teknik analisis Bapak H. B. Sutopo, yang akan dijelaskan dalam sub bab berikut : Bagan 1.1 Model Analisis Interaktif (Sumber: H.B Sutopo, 2006:120)
6 a. Melakukan pengumpulan data, baik data yang diperoleh dari wawancara dengan warga Purbalingga dan sebagian pengunjung maupun dari buku buku tentang perancangan, brand, visual branding, promosi dan artikel artikel mengenai Wisata Puncak Wringin. b. Selanjutnya akan diperoleh sajian data data yang diperlukan dalam proses analisis. c. Selanjutnya data yang sudah diperoleh akan di reduksi atau diolah, apabila dalam pereduksian data ditemukan kekurangan, maka akan dilakukan pengumpulan data kembali untuk melengkapi data data yang belum lengkap. d. Setelah semua data sudah lengkap dan telah diolah, akan dapat ditarik kesimpulan yang selanjutnya akan ditulis pada bab kajian teori. 5. Kerangka Pikir Konsep Perancangan Adapun Kerangka pikir konsep perancangan yang digunakan penulis pada karya tugas akhir ini menggunakan output/hasil berupa rekomendasi desain atau perancangan sebagai solusi dari permasalahan riil yang ditemukan di lapangan (pada subjek perancangan). Agar lebih dipahami, alur pemikiran konsep perancangan ini disusun pada bagan sederhana di bawah ini:
7 Wisata Puncak Wringin Riset Input (product insight) Kontributor DKV Riset Input (consumer insight) Target Audience Membangun citra / image Strategi Komunikasi Visual Kreatif Visual Media Visualisasi media promosi Bagan 1.2 kerangka pikir konsep perancangan Melalui riset yang dilakukan tentang seluk beluk dan perihal Wisata Puncak Wringin maka menghasilkan input berupa product insight, dimana data target market terdapat didalamnya sehingga dapat dijadikan pijakan untuk menentukan target audience yang bisa diajak komunikasi melalui media promosi yang akan dirancang. Setelah mendapatkan data dari beberapa sumber dan mengetahui target audience, kemudian mengadakan analisis dan menyusun strategi komunikasi visual dengan menyesuaikan data yang diperoleh. Pengumpulan dan pengolahan data merupakan bahan dan pedoman yang penting untuk menentukan ketetapan-ketetapan yang akan dipakai dalam menyelesaikan pembuatan media komunikasi visual tersebut. Dalam penyusunan strategi komunikasi visual, yang didalamnya terkait tiga strategi perancangan, yaitu strategi kreatif, strategi visual dan strategi media, maka akan didapat keputusan akhir tentang visualisasi media
8 promosi yang tepat sehingga dapat membangun citra/image Wisata Puncak Wringin itu sendiri dan eksistensi Wisata Puncak Wringin dapat dikenal oleh para target audience sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap Wisata Puncak Wringin.