BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim terbesar di dunia. Berdasarkan publikasi yang ada mempunyai pulau dengan garis pantai sepanjang km. Selain itu, Indonesia memiliki wilayah laut seluas 5.8 juta km² dan menjadi yang terbesar di dunia. Luasnya wilayah lautan di Indonesia ini menjadikan laut sebagai faktor penting untuk bangsa Indonesia. Tidak terkecuali dari sektor pariwisata bahari. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai macam fasilitas serta layanan dari masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Bahari adalah mengenai laut (KBBI - Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi, pariwisata bahari adalah berbagai macam kegiatan wisata yang dilakukan di wilayah perairan dengan dukungan fasilitas dan layanan dari masyarakat sekitar, pengusaha pariwisata dan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Di Indonesia, pariwisata bahari sendiri diperkirakan menyumbang 25-30% devisa pariwisata sebesar USD 6,3 milyar (BPS 2009; Gahawisri 2009) dan akan meningkat hingga 50% selama 10 tahun ke depan (Gahawisri, 2009). Dari data tersebut terbukti bahwa di Indonesia memiliki banyak daerah-daerah destinasi pariwisata bahari unggulan dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia. Namun berangkat dari fenomena-fenomena yang ada di masyarakat pelaku pariwisata bahari, masih terdapat banyak pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab atau dengan kata lain masih melakukan pariwisata bahari yang konvensional yang tidak mementingkan pelestarian lingkungan beraneka ragam hayati yang ada di dalamnya. Daerah-daerah destinasi pariwisata bahari unggulan di Indonesia salah satunya berada di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Lombok Timur terletak diujung timur Pulau Lombok pada letak geografis diantara Bujur Timur dan antara 8-9 Lintang Selatan. Batas 1

2 wilayah di sebelah barat adalah Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Selat Alas dan sebelah Selatan dengan Samudera Hindia. Dilihat dari letak geografisnya dan batas wilayahnya, selain memiliki potensi daerah dari sektor pertanian, Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi dari sektor pariwisata bahari. Potensi dari sektor pariwisata bahari di Kabupaten Lombok Timur diantaranya terdapat pembudidayaan mutiara, sentra produksi ikan laut dan pemanfaatan sumber daya perairan lainnya serta wisata bawah air. Salah satunya adalah Gili Sulat dan Gili Lawang. Gili Sulat dan Gili Lawang terletak di Kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Sambelia, Desa Sugian. Secara geografis, Gili Sulat dan Gili Lawang terletak pada LS dan BT. Gili Sulat dan Gili Lawang merupakan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berciri khusus dan menurut SK Bupati Lombok Timur No /452/KP/2004 kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang berada dibawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur. Sesuai dengan surat keputusan tersebut, konsep pengembangan Gili Sulat dan Gili Lawang diarahkan sebagai kawasan perlindungan laut dan taman wisata bahari. Sebagai kawasan konservasi perairan, Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki ekosistem mangrove alami dan terbaik di pulau lombok serta merupakan ekosistem mangrove terbesar ke-5 di dunia (Pengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah Gili Sulat dan Gili Lawang, 2015). Selain ekosistem mangrove, Gili Sulat dan Gili Lawang dikelilingi oleh hamparan ekosistem terumbu karang dan lamun yang masih alami. Menurut data dari Wildlife Conservation Society - Indonesia Program (2013), Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki keanekaragaman terumbu karang tertinggi di Pulau Lombok. Keanekaragaman terumbu karang yang masih alami juga menjadi habitat alami dari biota-biota laut yang sangat beragam. Sebagai taman wisata bahari di kawasan konservasi perairan, pengawasan ketat dilakukan pada ekosistem terumbu karang maupun biota laut lainnya, maka dari itu konsep wisata bahari disini dikembangkan sebagai wisata bahari non-konvensional dimana wisatawan tidak hanya sekedar 2

3 berwisata namun wisatawan diajak untuk ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan (The International Ecotourism Society, 2015). Berkesinambungan dengan konsep wisata bahari berbasis ekowisata, wisata bahari yang ditawarkan di Gili Sulat dan Gili Lawang antara lain, mangrove trip, snorkeling dan yang menjadi andalan adalah diving trip. Diving adalah kegiatan selam yang dilakukan untuk kedalaman laut berkisar dari 3 meter hingga 20 meter atau lebih dengan menggunakan alat bantu pernapasan agar dapat bertahan lama berada di kedalaman laut, alat bantu pernapasan ini disebut SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki 4 (empat) diving sites utama untuk diving trip dengan kedalaman rata-rata 3-10meter dan jarak pandang 5-10 meter. Kealamian ekosistem terumbu karang serta keragaman hayati bawah laut yang melimpah membuat diving site di Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki keunggulan tersendiri bagi para diver karena belum banyak terjamah banyak orang. Berbeda dengan diving site lainnya yang ada di Pulau Lombok yaitu tiga gugusan pulau kecil Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan (Gili Matra) yang menjadi destinasi wisata favorit sehingga kealamian bawah lautnya mulai berkurang. Kegiatan menyelam di Gili Sulat dan Gili Lawang dipandu oleh instruktur selam yang resmi dan berpengelaman di bawah naungan Sugian Diving Club (SDC) serta kelengkapan SCUBA yg mumpuni membuat kegiatan selam sangat aman bagi para penyelam baik yang amatir maupun profesional. Selain diving trip dengan tujuan wisata atau rekreasi, diving di Gili Sulat dan Gili Lawang juga dilakukan dengan tujuan penelitian maupun pembudidayan terumbu karang. Namun berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tanggal 5-7 September 2015, membuktikkan adanya masalah bahwa keberadaan Gili Sulat dan Gili Lawang tidak diketahui oleh masyarakat Kota Mataram sebagai ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan masyarakat sekitar kawasan konservasi ini yang berada di Kabupaten Lombok Timur. Dari frekuensi pengunjung yang datang ke tempat ini dari tahun 2014 sampai saat ini, kegiatan utama pengunjung berfokus hanya pada penelitian untuk kepentingan instansi. Menurut Mung, selaku pengurus Sugian 3

4 Diving Club (SDC) mengatakan permasalahan utama adalah tidak adanya elemen desain serta tidak adanya promosi dari pihak pengelola maupun pemerintah terkait sehingga belum terciptanya brand image terhadap Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai lokasi tujuan wisata menyelam dengan potensi wisata bahari bawah laut alamu yang berada di Gili Sulat dan Gili Lawang. Dari masalah yang telah diuraikan, hal tersebut terjadi karena belum adanya media komunikasi visual yang mengkomunikasikan citra atau image dari Gili Sulat dan Gili Lawang sehingga keberadaan Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai tujuan wisata menyelam belum diketahui oleh masyarakat umum dan para wisatawan local maupun mancanegara. 1.2 Permasalahan Perancangan Identifikasi Masalah Gili Sulat dan Gili Lawang belum memiliki identitas visual dan elemen desain yang membangun citra positif untuk masyarakat sekitar dan wisatawan sebagai tujuan ekowisata menyelam di Kabupaten Lombok Timur Rumusan Masalah Bagaimana merancang destination branding Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai tujuan ekowisata menyelam di Pulau Lombok? 1.3 Batasan Masalah Agar permasalahan ini tidak meluas maka penulis membatasi masalahnya yang meliputi tentang perancangan destination branding pada Gili Sulat dan Gili Lawang. 1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari perancangan ini adalah merancang destination branding untuk menciptakan brand awareness yang kuat kepada masyarakat sekitar agar 4

5 mereka aware terhadap potensi wisata yang ada sehingga citra positif dari Gili Sulat dan Gili Lawang yang dibangun dari identitas visual dan elemen desain yang ada pada Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai tujuan ekowisata menyelam di Kabupaten Lombok Timur. 1.5 Manfaat Perancangan Bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat a. Meningkatkan potensi pariwisata bahari yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di Kabupaten Lombok Timur. b. Meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Lombok Timur Bagi Akademisi a. Menambah wawasan mengenai diving spot yang berada pada kawasan konservasi perairan yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya dan di Indonesia pada umumnya. b. Mendapatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman dari permasalahan yang terjadi dan dapat dipecahkan secara keilmuan desain komunikasi visual untuk memperkenalkan suatu pariwisata yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya dan di Indonesia pada umumnya. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif, didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal, 1995). Dalam hal ini juga menggunakan metode deskriptif, memahami fenomena-fenomena menarik terkait objek, dengan menggambarkan keberadaan Gili 5

6 Sulat dan Gili Lawang dengan pendekatan visual berupa destination branding tentang Gili Sulat dan Gili Lawang di Kabupaten Lombok Timur Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Penulis mendapatkan data-data lapangan dengan menggunakan metode observasi langsung dalam perancangan ini. Metode observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas-aktivitas di tem 2. Wawancara Metode wawancara yang digunakan pada perancangan ini adalah wawancara langsung ini karena informasi yang diperlukan adalah berupa kata-kata yang diungkapkan subjek secara langsung, sehingga dapat dengan jelas menggambarkan objek perancangan dan mewakili kebutuhan informasi dalam perancangan. 3. Studi Literatur Penulis mendapatkan data-data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur, Pengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah berupa data-data penunjang dan dokumentasi dari Gili Sulat dan Gili Lawang. 6

7 1.7 Kerangka Perancangan Permasalahan Umum Pengetahuan tentang keberadaan Gili Sulat dan Gili Lawang di Kabupaten Lombok Timur Identifikasi Masalah a. Belum adanya media komunikasi visual yang mengkomunikasikan citra atau image dari Gili Sulat dan Gili Lawang. b. Belum memiliki elemen desain dan identitas visual yang khas. Metode pengumpulan data juga berupa angket dan wawancara kepada Masyarakat di Kota Mataram yang berusia tahun. Metode Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif Konsep Mengkomunikasikan citra atau image dari Gili Sulat dan Gili Lawang di Kabupaten Lombok Timur. Metode pengumpulan data berupa wawancara kepada Pengelola Kawasan Konservasi Daerah Laut Gili Sulat dan Gili Lawang Dan Masyarakat Nusa Tenggara Barat usia tahun Solusi Branding destination agar Gili Sulat dan Gili Lawang memiliki citra atau image yang kuat sebagai tujuan wisata menyelam sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat Kabupaten Lombok Timur khususnya dan masyarakat Nusa Tenggara Barat pada umumnya. Gambar 1.1 Kerangka Perancangan (sumber: data pribadi penulis, 2015) 7

8 1.8 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan penelitian, sistematika penulisan dibagi atas lima bagian yaitu: 1. Bab I Pendahuluan Berisikan latar belakang permaslahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, dan metode penelitian dan metode pengumpulan data, kerangka perancangan. 2. Bab II Dasar Pemikiran Berisikan teori-teori yang relevan sebagai landasan dalam melaksanakan perancangan. 3. Bab III Data dan Analisis Masalah Berisikan data dari hasil pengumpulan data melalui observasi, kuisioner, wawancara dan studi literatur, dan analisis data untuk menghasilkan konsep perancanagan. 4. Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Berisikan konsep pesan, konsep kreatif, konsep media, konsep visual, dan hasil perancangan sketsa hingga penerapan ke media visual. 5. Bab V Penutup Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini. 8