Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

dokumen-dokumen yang mirip
Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

ANALISIS NILAI BUDAYA BABAD BANYUURIP DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS X SMA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI

DAFTAR PUSTAKA. Bloomfield, Leonard Language. New York: Henry Holt and Company

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB VI PENUTUP. jelaskan pada bab sebelumnya, dapat peneliti simpulkan persepsi. masyarakat Desa Noenoni mengenai tradisi sifon dalam beberapa bagian

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

SILABUS MATAKULIAH SASTRA NUSANTARA IN 109 DRS. MEMEN DURACHMAN, M.HUM. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI TOKOH CERITA RAKYAT SISWA KELAS X SMAN 3 BLITAR TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadikan kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimatkalimat

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM LEGENDA BATU BERDAUN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan itu dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. 1 Pernyataan bahwa manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan manusia terhadap dunianya, lingkungan serta masyarakatnya. Seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya, bahkan untuk mendasari setiap langkah yang hendak dan harus dilakukannya sehubungan dengan pola hidup dan tata cara kemasyarakatannya. 2 Sehubungan dengan pendapat Herusatoto bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia, maka untuk memahami hal tersebut, dan segala kegiatan mengenai kebudayaan manusia perlu memahami pengertian folklor. Folklor adalah kebudayaan kolektif yang tersebar dan 1 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1974, hlm. 19. 2 Herusatoto, Budiono. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita, 1985. hlm. 7.

2 diturunkan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan atau contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. 3 Melalui folklor kita dapat mengetahui bentuk-bentuk folklor yang digunakan untuk mewariskan kebudayaan kepada keturunan-keturunannya. Contoh beberapa bentuk-bentuk folklor yang terdapat di Indonesia menurut Danandjaya adalah bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, sajak dan puisi, cerita prosa rakyat (mitos, legenda, dongeng), nyanyian rakyat, kepercayaan rakyat, permainan rakyat dan makanan rakyat. Di antara bentuk-bentuk folklor tersebut, terdapat bentuk folklor mengenai cerita prosa rakyat, di dalam prosa rakyat tersebut membahas mengenai mitos, legenda dan dongeng. Mitos adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci, sedangkan legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mitos, yaitu dianggap benar-benar terjadi. Lalu dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi, dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. 4 Untuk itu penulis menggunakan sumber data dari teks yang berjudul Ta`biraning Impen yang tersimpan di dalam Ruang Naskah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Adapun naskah tersebut diambil sebagai sumber data karena teks Ta`biraning Impen dianggap dapat mewakili bagaimana mimpi dianggap sebagai media informasi yang berisi pesan-pesan untuk kehidupan manusia Jawa. Di dalam naskah tersebut juga sudah terdapat simbol-simbol dan maknanya sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa masyarakat Jawa dapat kita anggap sudah memiliki suatu kesadaran kolektif mengenai tafsir mimpi. Sehingga teks tersebut diharapkan mampu menghubungkan kaitan antara makna dan simbolnya dalam kehidupan manusia. Berdasarkan uraian di atas, menarik bagi penulis untuk merumuskan sistem pemaknaan mimpi berdasarkan teks Ta`biraning Impen, adapun alasannya adalah: Alasan Subjektif: Menarik bagi penulis karena belum ada yang merumuskan mengenai sistem pemaknaan mimpi di dalam budaya Jawa. 3 Danandjaya, James. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991, hlm. 2. 4 Ibid., hlm. 50.

3 Alasan Pragmatis: Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sistem pemaknaan mimpi di dalam budaya Jawa. Alasan Teoritis: Secara teoritis, penulis akan merumuskan sistem pemaknaan mimpi. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah sistem yang berlaku dalam pemaknaan mimpi? 2) Predikat-predikat apa yang dapat mempengaruhi makna baik atau buruk dalam pemaknaan mimpi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Merumuskan sistem yang berlaku dalam pemaknaan mimpi. 2) Mendeskripsikan predikat-predikat yang dapat mempengaruhi makna baik atau buruk dalam pemaknaan mimpi. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1) Sistem yang berlaku dalam pemaknaan mimpi itu mempunyai keterkaitan antara simbol, verba penanda dan makna. 2) Pemaknaan mimpi tersebut tergantung pada pemakaian predikat dan keterangan yang akan berpengaruh terhadap kualitas mimpi seseorang apakah mimpi tersebut bermakna baik atau buruk.

4 1.5 Metodologi Penelitian Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. 5 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Metode kepustakaan digunakan karena penelitian ini menggunakan sumber pustaka yaitu naskah Ta`biraning Impen sebagai sumber data dalam penganalisisan. Adapun metode kepustakaan digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan berbagai pengetahuan yang dimiliki dan diturunkan secara turuntemurun dari generasi yang lampau. 6 Metode penulisan yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan teks dan apa-apa yang terkandung di dalam teks tersebut untuk mengetahui sistem atau pola yang terkandung dalam naskah Ta`biraning Impen, selain mendeskripsikan dibutuhkan pula upaya untuk menganalisis predikat dan keterangan untuk dapat mengetahui bagaimana predikat tersebut mempengaruhi makna mimpi. 1.6 Sumber Data Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks Ta`biraning Impen yang terdapat di Ruang Naskah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Naskah yang berukuran 29,5 x 20,5 ini diketik menggunakan kertas HVS, memiliki 111 halaman dan setiap halaman terdiri dari 31 baris. Naskah Ta`biraning Impen ini ditulis pada tahun 1930-an oleh H. Maksoem di Tegal, berbentuk prosa dan beraksara latin dalam bahasa Jawa. Menurut Katalog Naskah Perpustakaan Fakultas Sastra 7, diduga naskah ini adalah konsep buku yang diserahkan pada Balai Pustaka namun ditolak penerbitannya oleh Balai Pustaka, lalu naskah ini diberikan kepada Dr. Th. Pigeaud di Jogjakarta pada tahun 1938. 5 Mardalis, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 1990, hlm. 24. 6 Keraf, Gorys,Komposisi. Ende: Nusa Indah, 2004, hlm. 187. 7 Behrend dan Titik Pujiastuti, dkk, Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3A dan B. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997, hlm. 672.

5 1.7 Landasan Teori Untuk dapat memahami sistem yang berlaku dalam pemaknaan mimpi, maka akan digunakan teori semantik yang diungkapkan oleh Verhaar (1977) yang menguraikan mengenai makna unsur kata terdiri dari yang menandai dan yang ditandai. 8 Setiap unsur kata memiliki arti atau makna tertentu dan mengacu pada referensial yang dituju. Dapat dipahami bahwa makna atau arti kata tersebut bergantung kepada referensial yang dituju. Unsur kata yang terdiri dari yang menandai dan yang ditandai itu tidaklah sama dengan yang mengartikan dan yang diartikan, maksudnya adalah apa yang mengartikan dan apa yang diartikan itu itu bersama-sama merupakan tanda, jadi yang menandai. Dengan demikian yang ditandai adalah barang yang ditujukan. Barang yang ditujukan itu lazimnya disebut dengan referen, atau dengan kata lain referen itu akan dianggap cocok apabila sesuai dengan konsep mengenai makna kata tersebut. Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui verba-verba yang mempengaruhi pemaknaan mimpi, maka yang akan dititikberatkan analisis mengenai peran verba atau predikat tersebut mempengaruhi pemaknaan. Verba adalah kata kerja yang menggambarkan proses, keadaan, perbuatan 9, sehingga dengan demikian penggunaan verba-verba atau predikat tersebut akan menjelaskan keadaan mengenai subjek atau pelaku yang melakukan perbuatan ketika sedang bermimpi. Simbol konsep mengenai yang menandai itu berhubungan erat dengan segitiga makna yang digunakan dalam semantik. Segitiga makna dalam semantik akan tampak dalam gambar sebagai berikut: 8 Verhaar,Pengantar Linguistik. Gajah Mada University Press, 1977, hlm. 125. 9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Dua. Jakarta: Balai Pustaka, 1991, hlm. 1118.

6 Konsep Simbol Makna Untuk memahami sebuah makna dari kata maka sangat diperlukan mengenai segitiga makna ini, karena sebuah simbol tidak akan bisa ditangkap maknanya apabila tidak melalui konsep. Mimpi pun sangat berhubungan erat dengan simbol-simbol yang terdapat ketika kita sedang bermimpi, karena simbol-simbol tersebut memiliki arti atau makna tersendiri, maka dari itu sebuah simbol mempunyai konsep mengenai simbol tersebut. Hubungan konsep dan simbol itu sangat erat hubungannya jika kita ingin mencari makna dari simbol itu, contoh kasusnya seperti jika kita melihat rumah maka kita kita akan berpikir mengenai konsep dari rumah tersebut. Konsep mengenai rumah tentunya akan berbeda jika kita membandingkan konsep rumah antara suku Jawa dan suku di pedalaman Papua. Konsep suku Jawa mengenai rumah pada umumnya adalah berbentuk joglo, sedangkan konsep rumah menurut suku di pedalaman Papua adalah berbentuk kerucut, namun maknanya mengenai konsep rumah itu sama yaitu sebagai tempat untuk berteduh, beristirahat dan lainlain, sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa simbol dalam mimpi adalah yang menandai, lalu yang ditandai adalah maknanya. Namun dalam penelitian ini yang disebut dengan yang ditandai itu adalah makna. Makna itu terbagi ke dalam dua makna yaitu makna baik dan buruk. Makna yang baik dan buruk itu sudah dimaknai sebagai sebuah kesatuan dari data, begitu pula simbol dalam teks tersebut sehingga sesuai dengan tujuan dari penelitian ini adalah dapat merumuskan sistem pemaknaan mimpi yang terkandung di dalam teks Ta`biraning Impen.

7 Berdasarkan uraian di atas penulis, maka langkah kerja yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah: 1) Membaca dan memahami isi dari teks Ta`biraning Impen. 2) Mengklasifikasikan data berdasarkan simbol yang dapat diklasifikasi menjadi simbol religi, simbol alam, simbol mengenai kehidupan manusia dan benda-benda hasil kebudayaan manusia. 3) Merumuskan sistem pemaknaan mimpi di dalam teks Ta`biraning Impen. 4) Mengklasifikasi predikat yang digunakan dalam teks Ta`biraning Impen, lalu dianalisis predikat apakah yang mempengaruhi pemaknaan baik dan buruk mimpi. 1.8 Sistematika Penulisan Bab 1: Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, sumber data dan landasan teori. Bab 2: Mengidentifikasikan teks Ta`biraning Impen, menguraikan apa yang terdapat dalam teks tersebut dan mengklasifikasikan data berdasarkan simbol. Bab 3: Menganalisis sistem pemaknaan mimpi serta predikat penanda yang dapat mempengaruhi kualitas mimpi seseorang yang bermakna baik atau buruk. Bab 4: Berisi kesimpulan