BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
|
|
- Susanti Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di leher kepala burung itu, Kabupaten ini menjorok membentuk sebuah teluk. Kabupaten yang beribu kota di Rasei ini memiliki luas wilayah km² dan jumlah penduduk jiwa pada saat itu. Warga Kabupaten Teluk Wondama tersebar sedikitnya di 76 kampung yang berada di wilayah administrasi yang meliputi 13 distrik. Kabupaten Teluk Wondama merupakan daerah yang indah dan kaya akan potensi alam. Kabupaten Teluk Wondama tidak hanya kaya akan kekayaan alam. Selain dijuluki sebagai Gerbang Peradaban Papua, Teluk Wondama juga dikatakan sebagai Teluk mukjizat Tuhan. Hal tersebut dibuktikan dengan peninggalan sejarah zaman Belanda, yaitu bangunan tua tempat pendidikan formal pertama didirikan oleh Pdt. I.S. Kejne di Distrik Wasior dan tugu makam penginjil serta lukisan yang juga terdapat di Distrik Wasior (Torey, 2011: 124). Teluk Wondama, dahulu dikenal sebagai tempat pertama kali orang mengenal pendidikan di Papua (Torey, 2011:199). Ada ungkapan mengenai Teluk ini, yaitu Teluk Wondama, hilang dalam sejarah, abadi dalam kenangan. Ini adalah suatu ungkapan yang didasarkan pada realistas sejarah dan juga dilihat 1
2 2 pada realitas saat ini. Bahwa Teluk Wondama, dahulu dikenal sebagai tempat pertama kali orang mengenal pendidikan di tanah Papua, tetapi sekarang semua mungkin telah melupakannya. Suatu ungkapan yang begitu memprihatinkan bahwa tidak ada lagi yang mengingat di mana sejarah peradaban Papua ini dimulai. Hal yang lebih memprihatinkan lagi kalau anak teluk/anak asli sendiri melupakan budaya dan warisan sejarah budaya yang dimilikinya. Menurut Torey (2011: 177) dalam bukunya Strategi Membangun Tanah Papua indikator yang paling mudah melihat kualitas sumber daya manusia suatu daerah di antaranya adalah tingkat pendidikan masyarakatnya dan Teluk Wondama merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Mengatasi masalah tersebut maka pendidikan berbasis budaya lokal di daerah ini mulai dikembangkan. Hal tersebut diharapkan agar generasi penerus di Teluk Wondama tidak melupakan adat istiadat dan budayanya, terutama etnik Wamesa. Etnik Wamesa adalah merupakan nama etnik asli dan etnik terbesar yang mendiami daerah Kabupaten Teluk Wondama. Selain etnik Wamesa ada juga satu etnik asli lainnya, yaitu etnik Sough. Etnik Sough lebih banyak terdapat di daerah pegunungan Teluk Wondama dan di daerah pesisir sepanjang teluk ini yang didiami oleh sebagian besar etnik Wamesa. Taraf kehidupan etnik ini masih sangat rendah atau bisa dikatakan sederhana, berkebun menokok sagu (mengambil sari sagu) dan mencari ikan di laut merupakan aktivitas sehari-hari sebagian besar dari mereka. Kehidupan yang sederhana tersebut membuat mereka tak lepas dari tradisi dan adat istiadat yang ada turun-temurun, baik tradisi dalam pergaulan
3 3 maupun acara-acara adat. Salah satu tradisi yang masih bertahan, yaitu tradisi lisan. Setara dengan yang disebutkan Danandjaja (2008; cf. Alan Dundes, 1965: 2) kata folklor adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata ini adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata folk dan lore. folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu, antara lain dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Namun, yang penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki satu tradisi, yakni kebudayaan, yang telah diwarisi turun-temurun. Di samping itu, yang paling penting adalah bahwa mereka sadar akan identitas kelompok mereka sendiri. Kemudian yang dimaksudkan dengan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, definisi folklor secara keseluruhan adalah: sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turuntemurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device) (Danandjaja, 2008; cf. Danandjaja, 1994:2). Istilah tradisi lisan (oral tradition) adalah sinonim dari folklor lisan.
4 4 Salah satu jenis tradisi lisan yang berkembang di daerah Teluk Wondama adalah sastra lisan. Sastra lisan tersebut, baik berupa nyanyian, mitos rakyat, maupun mitos-mitos lainnya. Sastra lisan tersebut secara turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut Tuloli (1991:1) sastra lisan juga merupakan salah satu aspek kebudayaan yang terdapat pada masyarakat tradisional dan modern. Ragamnya sangat banyak dan tiap-tiap ragam memiliki ciri yang banyak pula, isinya mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau kebudayaan masyarakat pemiliknya. Setara dengan Danandjaja tentang folklor, Endraswara (2008:151) menyatakan bahwa sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut turun-temurun. Kemudian Hutomo (1991:1) mengatakan bahwa sastra lisan sebenarnya adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Di samping itu, Hutomo (1991:3) mengatakan perlu diketahui bahwa sastra lisan dalam masyarakat tradisional itu bersifat komunal, artinya milik bersama (rakyat), maka sastra itu juga disebut orang sebagai folk literature atau sastra rakyat. Dapat dikatakan bahwa hasil sastra lisan dapat berupa puisi, prosa dan lainnya. Salah satu hasil sastra lisan yang menjadi pokok pembicaraan ini adalah mitos yang berupa prosa. Kebenaran mitos sering kali sulit diterima dan dipahami masyarakat karena kisah di dalamnya tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Namun, mitos juga sering kali dipegang sebagai sumber kebenaran, pegangan masyarakat karena nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya
5 5 dianggap sakral. Menurut Barthes (2004:151) mitos adalah tipe wicara, mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, tetapi oleh cara mitos mengutarakan pesan itu sendiri. Mitos memiliki batas-batas formal, tetapi tidak begitu substansial. Segala objek di dunia ini dapat lolos dari suatu eksistensi yang diam atau tertutup menjadi eksistensi oral, yang terbuka untuk ditafsirkan oleh masyarakat. Hal itu terjadi sebab tidak ada hukum, baik alamiah maupun tidak, yang melarang orang berbicara tentang berbagai hal (Barthes 2004:152). Seperti juga dalam Barthes (2010:171), mitos adalah sesuatu yang dideterminasi oleh wacana sosial, ia merupakan refleksi, tetapi refleksi ini terjadi secara terbalik (meminjam gambaran pesohor yang dipakai oleh Marx): mitos terjadi ketika kultur dijungkir balik menjadi yang natural, atau ketika kualitas sosial, kultural, ideologis, dan historis terbalik menjadi hal yang natural. Dalam hal ini mitos dibuat sehingga dapat diterima di masyarakat. Makna mitos bisa jadi berbeda dengan makna asal. Meskipun demikian kandungan mitologis tidak bisa dinilai sebagai sesuatu kesalahan. Mitos yang ada dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, bahkan juga politik yang ada di dalam komunitas pemilik mitos tersebut. Mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa dan mungkin tidak untuk masa yang lain. Kembali berpijak pada awal paragraf tentang Kabupaten Teluk Wondama, pada kesempatan ini salah satu mitos yang cukup dikenal di Papua yang berasal dari Etnik Wamesa di daerah Teluk Wondama ini dibahas, yaitu mitos Kuri dan
6 6 dan Pasai. Jika dilihat dari judul mitos ini, Kuri dan Pasai tidak hanya masuk ke dalam mitos lama tetapi sebagai wacana mitos Kuri dan Pasai ini juga dapat dikatakan mitos kontemporer bersifat diskontinu (Barthes, 2010:171). Namun, dalam kesempatan ini, mitos Kuri dan Pasai dibahas, baik dalam bentuk narasinarasi panjang maupun wacana. Dari segi narasi ditelaah satuan-satuan naratif yang membentuk mitos tersebut dan wacana dilakukan untuk ide/gagasan pokok yang terkandung dalam mitos Kuri dan Pasai ini. Sebelum pembicaraan lebih lanjut mengenai kajian dalam penelitian ini, di sini dijelaskan alasan mengapa penelitian terhadap mitos Kuri dan Pasai perlu dilakukan. Mitos Kuri dan Pasai memang bukan merupakan satu-satunya mitos ataupun sastra lisan dari daerah Teluk Wondama. Selain Kuri dan Pasai, masih ada beberapa sastra lisan di Kabupaten Teluk Wondama antara lain, Miyowor, Kiwas, etnik Maniwak, dan Asal Mula Telaga Werabur. Menurut kepercayaan leluhur etnik Wamesa bahwa cerita mitos Kuri dan Pasai ini bukan hanya tokoh fiktif, tetapi tokoh yang benar-benar ada dan hidup pada masa lalu. Mitos Kuri dan Pasai ini juga memiliki daya tarik tersendiri karena hanya bisa diceritakan secara khusus kepada orang yang merupakan garis keturunan tertentu. Biasanya di dalam satu garis keturunan tersebut hanya terdapat satu orang sebagai pewaris atau pemegang amanat mitos tersebut dalam satu keluarga. Jadi, inti mitos ini atau asal usul mitos ini atau nenek moyang Kuri dan Pasai tidak boleh diungkapkan secara terbuka atau menyebar luas kepada masyarakat. Ada bagian mitos yang boleh diceritakan kepada masyarakat umum. Bagian mitos inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini. Misteri di balik mitos ini merupakan rahasia yang tak
7 7 terungkapkan, kepercayaan bahwa akan terjadi malapetaka bila ada yang berani menceritakan sudah sangat menyatu dengan masyarakat setempat. Hal tersebut menyebabkan penelitian tentang mitos ini agak sulit dilakukan. Etnik Wamesa kurang begitu terbuka, baik tentang adat maupun tradisi mereka, terutama tentang sastra lisan di daerah ini. Selanjutnya, penulisan tentang mitos Kuri dan Pasai ini belum ditemukan karena belum adanya keberanian untuk menuliskan mitos ini. Seperti telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, hal tersebut disebabkan karena kepercayaan etnik Wamesa bahwa mitos ini merupakan mitos yang dikeramatkan dan tidak boleh sembarang diceritakan. Oleh karena itu, Mitos Kuri dan Pasai ini yang juga merupakan salah satu karya sastra terancam punah sehingga pemeliharaan terhadap sastra lisan ini sangat penting. Suatu hal yang menarik juga adalah ada apa di balik mitos Kuri dan Pasai ini sehingga msyarakat begitu tertutup dalam pengungkapannya. Apa yang terkandung di dalam mitos ini dan mengapa hal tersebut bisa terjadi dan banyak pertanyaan ditemukan ketika mendengar tentang mitos ini. Satu simpulan yang dapat diambil dan diperhatikan sehingga penelitian ini dilakukan adalah bahwa masyarakat etnik Wamesa harus mengetahui dengan baik bagaimana dan apa isi kandungan mitos ini sebenarnya. Disamping itu, etnik Wamesa harus menyadari bahwa mitos ini bukan sekadar mitos. Akan tetapi mitos yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Hal lain yang perlu diketahui adalah wacana apa yang tersirat dan tersurat di sana dan bagaimana nilai satuan naratif di dalamnya. Selain itu, mereka harus mengerti fungsi dan makna apa yang tersimpan di dalam mitos ini sehingga para pemilik mitos ini mengerti dan terbuka
8 8 membagikan mitos yang hampir punah ini. Satu hal yang sederhana tidak pahamnya masyarakat tentang pentingnya menjaga dan memelihara kekayaan budaya menyebabkan masyarakat takut mengungkapkan budaya mereka sendiri, dalam hal ini sastra lisan mitos Kuri dan Pasai. Mitos Kuri dan Pasai juga merupakan objek penelitian yang sangat menarik untuk dibedah dalam ranah wacana sastra sekalipun untuk mengungkap secara tuntas mitos tersebut masih memerlukan interpretasi dan daya jelajah yang cukup tinggi. Jangkauan pengaruh mitos Kuri dan Pasai ini cukup terkenal di Papua. Mitos ini juga telah dibuat ke dalam bentuk syair-syair lagu yang cukup terkenal di tanah Papua. Dalam lirik-lirik lagu tersebut tercermin pemaknaan singkat tentang hidup dan kehidupan kedua sang tokoh tersebut. Fungsi mitos Kuri dan Pasai sebagai tokoh yang dipercaya benar-benar ada dan masih mempengaruhi sebagian besar pendukung mitos ini. Mitos Kuri dan Pasai juga merupakan salah satu bagian dari genre sastra lisan yang cukup dikenal di beberapa daerah pesisir di Papua mulai dari Papua bagian timur, yaitu Mamberamo, Waropen, Nabire, Teluk Wondama sendiri lalu kemudian Sorong. Dalam kesempatan ini mitos Kuri dan Pasai ini dibahas dari daerah asal mitos ini berkembang, yaitu Kabupaten Teluk Wondama. Namun, karena banyak daerah yang merasa memiliki mitos ini, mitos ini terdiri atas berbagai versi, Teluk Wondama sendiri juga memiliki beberapa versi, tetapi inti isi mitosnya adalah sama. Pada kesemparan ini mitos yang diambil dan dikaji ada terdapat pada lampiran akhir. Berdasarkan beberapa hal di atas, dicoba keluar dari apa yang menjadi masalah pokok, yaitu mengapa mitos ini begitu disakralkan. Di samping itu,
9 9 mencoba masuk dan mendalami inti mitos ini lewat ranah sastra, yaitu kajian satuan naratif, wacana dan kajian semiotik yang di dalamnya terkandung fungsi dan makna. Kajian wacana bertujuan untuk melihat ide/gagasan utama dalam penyampaian mitos ini dan satuan naratif yang terangkai hingga membentuk suatu kesatuan utuh. Kajian semiotik bertujuan untuk melihat fungsi dan makna tanda-tanda yang terdapat di dalam mitos ini bagi etnik Wamesa. Semiotik merupakan salah satu cabang penelitian sastra yang mengungkap sistem tanda (Endraswara; 2008:64). Semiotik Barthes yang merngungkap tentang ini, sebagai payung dan untuk mengkaji fungsi dan makna digunakan teori fungsi dan teori makna tersendiri. Dalam Hoed (2011:3) dinyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan dapat dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi makna. Sistem-sistem tanda tersebut yang terkandung di dalam karya sastra kemudian diberikan makna yang pastinya terkait dengan sistem yang ada di dalam masyarakat pemilik karya sastra tersebut. Karya sastra yang murni lahir dari masyarakat akan lebih banyak menyimpan sejuta tanda yang mengandung makna yang dalam bagi masyarakat pemiliknya. Pokok-pokok pembahasan tersebut dibahas di dalam penelitian ini. Di samping yang menjadi perhatian utama juga dibahas bagaimana satuan naratif di dalam mitos ini terbentuk dan tokoh-tokoh dalam mitos ini yang biasanya memunculkan simbol-simbol yang memiliki fungsi dan makna tersendiri bagi etnik pendukungnya dalam hal ini apa fungsi dan makna mitos ini bagi etnik Wamesa. Pemunculan mitos ini sebagai fungsi dan makna yang terkandung di
10 10 dalamnya mitos ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji dalam khazanah wacana sastra. Masih banyak sastra lisan di Papua khususnya daerah Teluk Wondama yang diabaikan, dibiarkan, bahkan nyaris punah bergulir dengan berjalannya waktu. Penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain untuk menggali lebih banyak lagi sastra lisan di daerah Teluk Wondama. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan spesifikasi tujuan kajian penulisan ini, maka disimpulkan dan dirumuskan tiga masalah yang dapat dilihat dari mitos tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk satuan naratif dan wacana-wacana apa yang terkandung dalam mitos Kuri dan Pasai? 2. Apakah fungsi mitos Kuri dan Pasai bagi etnik Wamesa? 3. Apakah makna mitos Kuri dan Pasai bagi etnik Wamesa? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi dan mengungkapkan serta mengembangkan salah satu aspek kebudayaan Indonesia. Melalui penelitian ini diharapkan para pembaca dapat mengenal dan memahami serta mendapat sumbangan tentang kekayaan karya di Indonesia, dalam hal ini daerah Kabupaten Teluk Wondama. Penelitian ini juga sekaligus mendukung eksistensi kebudayaan nasional.
11 11 Hasil kajian ini juga dapat dianggap sebagai pendokumentasian karya sastra Teluk Wondama. Diharapkan pendokumentasian ini juga dapat mendukung kelangsungan karya sastra lisan kabupaten Teluk Wondama yang nyaris hilang. Selain itu, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengkaji mitos Kuri dan Pasai dan menemukan fungsi serta makna yang terkandung di dalamnya Tujuan Khusus Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut. 1) Menemukan bentuk satuan naratif dan wacana-wacana yang terkandung dalam mitos Kuri dan Pasai. 2) Menemukan fungsi mitos Kuri dan Pasai bagi etnik Wamesa. 3) Menemukan makna yang terkandung dalam mitos Kuri dan Pasai bagi etnik Wamesa. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan agar bermanfaat bagi upaya pengembangan studi ilmu sastra terhadap kebudayaan sastra lama, khususnya memperkaya sastra lisan dalam pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai kebudayaan setempat. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
12 12 dijadikan bahan ajar materi sastra Indonesia dan secara khusus sastra daerah Papua Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini secara praktis, yaitu konsep, gagasan atau nilai budaya yang terungkap melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mampu memaknai kehidupan dalam masyarakat Papua dan kebudayaan nusantara pada umumnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi media informasi dan refleksi kehidupan masyarakat dan etnik asli Kabupaten Teluk Wondama.
BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan
Lebih terperinciBAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran
BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinci03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.
Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Folklor merupakan khazanah sastra lama. Salah satu jenis folklor adalah cerita rakyat. Awalnya cerita rakyat merupakan cerita lisan yang dapat dikategorikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra lisan adalah karya sastra yang bentuknya murni lisan, sastra lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang penting disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak folklor yang telah berkembang dari dulu hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang
Lebih terperinciNILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI
NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Gambar 1.1 Permukaan Bulan Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan bulan saat malam hari, membuat malam menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata
5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Folklor Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata dasar, yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang luas, beragam suku tersebar di berbagai wilayah, dan memiliki sumber daya manusia yang unik pula.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai
Lebih terperinciA. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap
A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut
Lebih terperinciBAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception
88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.
ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyanyian rakyat Muna (selanjutnya di dalam karya ini disingkat NRM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyanyian rakyat Muna (selanjutnya di dalam karya ini disingkat NRM) adalah nyanyian tradisional yang didendangkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN
PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sastra Lisan Sastra lisan ini lahir pada umumnya pada zaman sebelum manusia mengenal tulisan atau pada masa tulisan belum dikenal secara luas dalam masyarakat. Pada zaman itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antaranya yaitu: Asparaga, Batuda a, Batuda a Pantai, Bilato, Biluhu, Boliyohuto,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu tetangga dari kota Gorontalo yang berdiri sendiri. Selain itu, Kabupaten ini adalah salah satu Kabupaten yang kaya akan budayanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Folklor merupakan sebuah elemen penting yang ada dalam suatu sistem tatanan budaya dan sosial suatu masyarakat. Folklor merupakan sebuah refleksi sosial akan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum masyarakat tersebut mengenal keberaksaraan. Setiap bentuk sastra lisan, baik cerita maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciSeminar Nasional dan Launching ADOBSI 463
SUMBANGAN CERITA RAKYAT DI WILAYAH MADIUN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Eni Winarsih IKIP PGRI Madiun Abstrak Cerita rakyat adalah ragam cerita yang berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat disebarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Kejadian-kejadian yang menjerumus pada kekerasan, seolah menjadi hal yang biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. A. Kenapa (Harus) Mitos?
Bab I Pendahuluan A. Kenapa (Harus) Mitos? Pertanyaan tersebut acap kali dilontarkan ketika penulis mulai melakukan kajian dan menulis buku ini. Tentu saja dilontarkan dengan berbagai macam nada, ada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbahagialah kita bangsa Indonesia, bahwa hampir di setiap daerah di seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian karya
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik masing-masing. Karakteristik suku dan budaya tersebut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman suku dan budaya masyarakat Indonesia menunjukkan karakteristik masing-masing. Karakteristik suku dan budaya tersebut memiliki kekhasan dan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri yang diwujudkan dalam bentuk karya yaitu yang disebut karya sastra. Sastra boleh juga disebut karya seni karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra
Lebih terperinciCERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)
CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciASAL-USUL REOG: SASTRA LISAN SINDIRAN BIROKRASI PADA MASANYA
PARAMASASTRA Vol. 4 No. 2 - September 2017 p-issn 2355-4126 e-issn 2527-8754 http://journal.unesa.ac.id/index.php/paramasastra ASAL-USUL REOG: SASTRA LISAN SINDIRAN BIROKRASI PADA MASANYA Siwi Tri Purnani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan
Lebih terperinci