IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Frida Agro merupakan salah satu produsen sayuran yang mempunyai potensi untuk berkembang. Selain itu, Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli hingga Agustus 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer, berupa informasi tentang Frida Agro yang diperoleh dengam memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada pihak Frida Agro beserta pihak yang terkait dalam rantai pasokannya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku tentang sayuran dan tentang Supply Chain Management, internet, Badan Pusat Statistika, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data. 4.3 Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden dengan harapan agar peneliti memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, jenis usaha yang dilakukan dan peran responden dalam rantai pasokan. Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian, Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan Frida Agro dalam menjalankan kegiatan rantai pasokannya. Pemilihan responden dalam kuisioner ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) untuk responden dari petani mitra Frida Agro, pihak Frida Agro dan pihak supermarket. Kuisioner yang dibahas berdasarkan karakteristik maupun profil pelaku rantai pasokan sayuran dan persepsi anggota rantai pasokan mengenai
kinerja kemitraan yang berlangsung. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi teori dari berbagai literatur yang mendukung penelitian ini, internet, statistik yang berhubungan dengan penelitian ini dari Badan Pusat Statistika, dan lain-lain. Pihak-pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini antara lain petani yang menjadi mitra dari Frida Agro (30 responden), pihak Frida Agro (tiga responden), pihak supermarket (satu responden dari satu supermarket). Jumlah 30 petani dirasakan dirasakan penulis cukup mewakili karakteristik total populasi petani yang menjadi mitra Frida Agro dalam rantai pasok sayuran ini, total petani yang menjadi mitra Frida Agro adalah sebanyak 46 petani. Responden dari Frida Agro adalah pemilik perusahaan, manajer operasional dan kepala divisi pemasaran dari Frida Agro, sedangkan responden dari pihak supermarket adalah salah satu staf pemasaran supermarket. Pemilihan secara purposive sampling tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa responden tersebut merupakan pihak-pihak yang paling mengetahui perspektif perusahaan dan supermarket terhadap kondisi pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasok. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis data Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai model rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternative kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan sayuran pada Frida Agro ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan sayuran yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan. 26
4.4.1 Model Pasokan Sayuran pada Frida Agro Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000), dan kemudian telah dimodifikasi oleh Van der Vorst, 2005. Selain dijelaskan secara deskriptif, model rantai pasokan juga dianalisis secara kuantitatif yakni terkait dengan pengukuran kinerja rantai pasokan. Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasokan dapat dilihat pada Gambar 3 : Struktur Pasokan Sasaran Manajemen Proses Bisnis Kinerja Sumber Daya Gambar 3. Kerangka Analisis Manajemen Pasokan (Van der Vorst, 2005) A. Sasaran (i) Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yag dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan dengan jelas, seperti siapa pelanggannya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, (3) optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut. (ii) Sasaran Pengembangan Bagian ini mejelaskan target atau objek dalam rantai pasokan yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran 27
pengembangan rantai pasokan sayuran dirancang secara bersama-sama oleh pelaku rantai pasokan yakni petani, Frida Agro dan supermarket. Bentuk sasaran pengembangan dapar berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan tekonologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan. B. Struktur Pasokan Struktur jaringan menjabarkan batasan dari jaringan rantai pasokan sayuran pada Frida Agro dan pelaku utama dari jaringan, menandai peranan yang dilakukan, dan seluruh konfigurasi dalam jaringan. Kuncinya adalah untuk mengetahui anggota mana yang memegang peranan krusial terhadap keberhasilan perusahaan dan rantai pasok (sesuai dengan tujuannya) sehingga harus dialokasikan perhatian manajerial dan sumberdaya. Aspek ini menjelaskan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan dan peranannya masing-masing. Struktur jaringan akan dijelaskan dalam dua bagian, yakni (i) anggota rantai dan aliran komoditas dan (ii) entitas rantai pasokan, penjelasan kedua bagian tersebut sebagai berikut: (i) Anggota rantai dan aliran komoditas Pada bagian ini dijelaskan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasokan yang terlibat di dalamnya, dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasokan. Aliran komoditas mulai dari hulu sampai ke hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijelaskan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak. (ii) Entitas Pasokan Entitas rantai pasokan dijelaskan sebagai elemen-elemen di dalam rantai pasokan yang mampe menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder dan situasi persaingan. C. Manajemen Manajemen rantai menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai 28
pasokan. Aspek khusus yang menjadi perhatian antara lain komponen manajerial dan perilaku (budaya) setiap pelaku rantai pasokan yang berbeda-beda sehingga dapat menghambat pengembangan kepercayaan, komitmen dan keterbukaan diantara pelaku rantai pasokan. Beberapa aspek khusus tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain : (i) Pemilihan Mitra Dijelaskan bagaimana prosedur dan syarat apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana prakteknya dilapangan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk dan bagaimana prakteknya di lapangan. (ii) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem transaksi Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama. Penjelasan kesepakatan kontraktual dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan sayuran akan dikaitkan dengan komitmen bersama yang telah disepakatai antar pelaku rantai. (iii) Dukungan Pemerintah Bagian ini menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak yang mengambil kebijakan dalam mengatur dan mendukung proses di sepanjang rantai pasokan. (iv) Kolaborasi Pasokan Koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan sayuran dijelaskan secara lengkap meliputi tingkatan kolaborasi yang terjadi, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif serta proses trust building. D. Sumber Daya Mengkaji potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan adalah penting guna mengetahui potensi-potensi apa saja yang mendukung upaya pengembangan rantai pasokan. Sumber daya yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, sumber daya manusia, dan permodalan. 29
E. Proses Bisnis Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakaha keseluruhan alur rantai pasokan sudah terintegrasi dan berjalan dengan baik atau tidak, dan menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasokan, pola distribusi serta jaminan identitas merk. 4.4.2 Analisis Kinerja Pasokan Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya dijelaskan, rantai pasokan kemudian dinilai berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja kemitraan. A. Kinerja Kemitraan Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan secara terintegrasi. Oleh karena itu kinerja kemitraan dari suatu rantai pasokan sangat penting untuk dievaluasi secara berkelanjutan guna perbaikan kinerja rantai pasokan. Pelaksanaan kemitraan antara pelaku dalam rantai pasokan sayuran dievaluasi secara deskriptif. Indikator kinerja kemitraan dari rantai pasokan sayuran diukur dengan melihat tingkat kepuasan setiap pelaku rantai pasokan (petani, perusahaan dan supermarket) terhadap pelaksanaan kemitraan. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis kesesuaian atribut, Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian kepentingan dengan kinerja kemitraan (Rangkuti, 2003), yakni membandingkan antara skor total tingkat kepentingan (harapan) dari beberapa atribut kemitraan dengan skor total tingkat kinerja atribut yang dipersepsikan (dirasakan) oleh pelaku rantai pasokan. Rumus yang digunakan adalah : 30
Nilai Kesesuain Atribut = Nilai Kinerja Total Skor Atribut Nilai Kepentingan Total Skor Atribut X 100% Nilai kesesuaian atribut didapatkan dari pembagian antara nilai kinerja total skor atribut dengan nilai kepentingan total skor atribut dan dikalikan dengan 100 persen, hasilnya dalam bentuk persentase. Atribut dengan nilai sama dengan atau lebih dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan oleh pelaku rantai pasok telah memuaskan dan sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut dinilai atau dipersepsikan tidak memuaskan oleh pelaku rantai pasok karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kemitraan ini. Hasil dari penilaian terhadap kepentingan dan kinerja setiap atribut kemitraan tersebut ditabulasi untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan secara umum apakah kemitraan yang selama ini berjalan telah memberikan kepuasan bagi anggota rantai pasok. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan penilaian kinerja kemitraan, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan kerangka kerja FSCN dan kondisi nyata terjadi di lapangan. Sebelum ditetapkan atributnya, penulis mendiskusikannya dengan pihak Frida Agro untuk menyempurnakan hasil penelitian. Keberhasilan pelaksanaan kemitraan dinilai meliputi 12 atribut diantaranya adalah harga jual sayur, tingkat penjualan, tingkat keuntungan, kualitas sayuran, keterbukaan informasi pasar, efisiensi biaya pengelolaan resiko dan lain-lain. Secara lengkap atribut kemitraan yang akan dinilai dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Atribut kemitraan dalam Pasokan Sayuran pada Frida Agro No Atribut Kemitraan 1 2 3 4 1 Harga Jual sayuran 2 Penanggungan resiko secara adil 3 Tingkat keuntungan 4 Keterbukaan informasi 5 Upaya peningkatan keterampilan 6 Komitmen dalam kerjasama 7 Penelitian kolaboratif 8 Akses permodalan 9 Tingkat Penjualan 10 Kualitas produk sayuran 11 Penerapan standar budidaya 12 Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 31
Penilaian kepentingan dan kinerja atribut kemitraan menggunakan metode skala ordinal. Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jawaban yang diberi skor sesuai dengan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Pada penelitian ini skor yang digunakan hanya empat dan tidak menggunakan jumlah skor yang biasa digunakan pada skala likert yaitu lima. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya kecenderungan pemilihan respon cukup atau netral oleh responden. Skor dan respon yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, pertama skor dan respon untuk tingkat kepentingan yang ditunjukkan oleh Tabel 3 dan kedua skor dan respon untuk tingkat keinerja yang ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 3. Skor dan respon Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan Pasokan Respon Tingkat Kepentingan Skor Sangat Penting 4 Penting 3 Tidak Penting 2 Sangat Tidak Penting 1 Tabel 3 menunjukkan skor dan respon tingkat kepentingan atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kepentingan atau harapan dari pelaku rantai dalam pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak penting (skor 1), tidak penting (skor 2), penting (skor 3) dan sangat penting (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kepentingan total skor atribut. Respon sangat tidak penting, berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat tidak penting atau tidak diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Sebaliknya, respon sangat penting berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan salah satu atribut sangat penting atau sangat diharapkan pengaruhnya dalam pelaksanaan kemitraan yang akan dijalankan. Bagian berikutnya akan dilanjutkan dengan Tabel 4. 32
Tabel 4. Skor dan Respon Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan Pasokan Respon Tingkat Kinerja Skor Sangat Baik 4 Baik 3 Tidak Baik 2 Sangat Tidak Baik 1 Tabel 4 menunjukkan skor dan respon tingkat kinerja atribut kemitraan rantai pasokan merupakan penilaian terhadap kinerja atau hasil dari pelaksanaan kemitraan yang diwakilkan dalam setiap atribut. Pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan setiap atribut dengan empat respon, yaitu sangat tidak baik (skor 1), tidak baik (skor 2), baik (skor 3) dan sangat baik (4). Tiap respon yang dipilih oleh tiap tingkatan pelaku rantai akan menghasilkan skor yang sesuai dengan porsinya, skor dari 12 atribut yang telah dinilai oleh setiap tingkatan pelaku rantai pasokan inilah yang kemudian dijumlahkan dan menghasilkan nilai kinerja total skor atribut. Respon sangat tidak baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat tidak baik atau tidak memberikan pengaruh terhadap pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. Sebaliknya, respon sangat baik berarti pelaku rantai pasokan menilai atau mempersepsikan bahwa salah satu atribut dalam kemitraan kinerjanya atau hasilnya sangat baik atau memberikan pengaruh yang besar kepada pelaku rantai pasokan dalam melaksanakan kemitraan ini. 33