IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data"

Transkripsi

1 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi tempat studi kasus penelitian ini yaitu Tani Sejahtera Farm serta anggota rantai pasoknya di Kabupeten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa badan usaha ini merupakan anggota rantai pasok beras organik yang memproduksi beras organik dan terletak di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui metode pengumpulan data tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian oleh peneliti sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan berdasarkan hasil studi pustaka dalam rangka tidak menjawab pertanyaan penelitian. Data primer yang dihimpun adalah data karakteristik responden, kondisi rantai pasok, harga di setiap anggota rantai pasok beras organik, biaya produksi Tani Sejahtera Farm, nilai output dan input pada setiap anggota rantai pasok beras organik serta jumlah permintaan yang dihadapi Tani Sejatera Farm dalam setahun. Data-data tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara yang dipandu oleh kuisioner dengan maksud agar dapat memperoleh informasi yang mendukung penelitian. Pengamatan langsung dilakukan untuk menganalisis kondisi rantai pasok beras organik secara deskriptif. Kuisioner yang digunakan berisikan pertanyaan-pertanyaan relevan dengan tujuan penelitian. Kuisioner tidak diberikan kepada responden secara langsung, tetapi peneliti akan menggunakan kuisioner pada saat mewawancarai responden agar tidak terjadi salah paham dalam pemahaman pertanyaan. Seluruh data primer diperoleh dari anggota rantai pasok beras organik, yaitu petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan ritel produk organik. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data diperoleh melalui penelusuran literatur dan data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau

2 instansi terkait guna membantu mendukung ketersediaan data. Seluruh data sekunder digunakan untuk melihat bagaimana kondisi pertanian di Indonesia dan perkembangan pertanian organik. Data yang dibutuhkan adalah data time series, yaitu luas lahan untuk pertanian organik dan perkiraan emisi gas CH 4 dari lahan sawah di Indonesia. Data tersebut menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya dalam penentuan kesimpulan penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling, yaitu metode yang tidak memberikan peluang yang sama terhadap seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel. Penentuan sampel pertama kali dalam analisis rantai pasok beras organik dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu Tani Sejahtera Farm. Kemudian, sampel selanjutnya ditentukan dengan metode snowball sampling dimana sampel diperoleh berdasarkan informasi dari responden sebelumnya yaitu Tani Sejahtera Farm dengan mengikuti alur pasok beras organik mulai dari pemasok hingga konsumen akhir. Sampel terdiri dari anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm, seluruh petani mitra dan ritel yang memasarkan produk beras organik kepada konsumen akhir. Seluruh sampel dalam penelitian ini berjumlah empat belas sampel, yaitu sebelas petani mitra, Tani Sejahtera Farm, dan dua ritel produk organik Matode Pengolahan Data Penelitian ini membutuhkan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan data sekunder. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN). Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan kalkulator dan software komputer, Microsoft Excel. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis deskriptif rantai pasok. Kinerja rantai pasok diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset. Analisis nilai tambah juga dilakukan untuk mengetahui kontribusi perolehan setiap

3 anggota dalam penciptaan pemerolehan nilai tambah rantai pasok beras organik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pengendalian persediaan untuk mengetahui berapa besar ukuran-ukuran persediaan yang harus ditetapkan Tani Sejahtera Farm Analisis Deskriptif Rantai Pasok Model rantai pasok beras organik dianalisis dengan menggunakan metode pengembangan rantai pasok yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper kemudian dimodifikasi oleh Van der Vorst (Vorst 2006). Gambar kerangka analisis manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 9. Setiap bagian dalam kerangka tersebut dianalisis secara deskriptif tetapi tidak pada kinerja rantai. Kinerja rantai pasok akan dianalisis dan diukur secara kuantitatif melalui indikator efisiensi pemasaran dan efisiensi pengelolaan asset. Struktur Rantai Pasok Sasaran Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok Proses Bisnis Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok Sumber Daya Rantai Pasok Gambar 9. Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok Sumber : Van der Vorst 2006 Pada Kerangka FSCN, terdapat garis hubung yang menghubungi setiap elemen. Terdapat garis hubung yang satu arah dan dua arah. Garis hubung satu arah menandakan bahwa satu elemen mempengaruhi elemen lainnya. Garis hubung dua arah menandakan bahwa terdapat hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Misalnya antara elemen sasaran rantai pasok dan manajemen rantai pasok, sasaran yang ditetapkan sebuah rantai pasok akan mempengaruhi bagaimana proses manajemen yang diterapkan di dalam rantai pasok. Manajemen

4 rantai pasok tidak mempengaruhi sasaran karena sasaran lebih dulu ditetapkan sebuah rantai pasok. Penerapan manajemen dalam rantai pasok akan mempengaruhi proses bisnis yang terjadi antar anggota rantai pasok dan sebaliknya, proses bisnis yang terjadi juga akan mempengaruhi manajemen yang bagaimana yang akan diterapkan sebuah rantai pasok. Keenam elemen dalam Kerangka FSCN yaitu : 1) Sasaran Rantai Pasok Sasaran Pasar Menjelaskan bagaimana model rantai pasok berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Tujuan pasar dijelaskan seperti siapa pelanggan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam : (1) upaya segmentasi pasar, (2) kualitas yang terintegrasi, dan (3) optimalisasi rantai atau kombinasi di antara tiga hal tersebut. Sasaran Pengembangan Target atau objek di dalam rantai pasok yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasok beras organik dirancang secara bersama oleh pelaku rantai pasok. Bentuk sasaran dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasok. 2) Struktur Rantai Pasok Struktur rantai pasok akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu (1) anggota rantai dan aliran komoditas atau menjabarkan siapa saja yang menjadi anggota rantai pasok dan dijelaskan pula peran tiap anggota rantai pasok dan (2) entitas rantai pasok atau elemen-elemen di dalam rantai pasok yang mampu menstimulasi terjadinya berbagai proses bisnis. Elemenelemen tersebut meliputi produk, pasar, stakeholder, dan situasi persaingan. 3) Manajemen Rantai Pasok Manajemen rantai pasok menggambarkan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan rantai pasok yang memfasilitasi proses

5 pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasok dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam rantai pasok guna meningkatkan kinerja rantai pasok. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasok dan memiliki kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Beberapa hal yang perlu dikaji adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual dan sistem transaksi, dukungan pemerintah serta kolaborasi rantai pasok. 4) Sumber Daya Rantai Pasok Setiap anggota rantai pasok memiliki potensi sumber daya untuk mendukung upaya pengembangan rantai pasok. Sumber daya rantai yang dikaji meliputi sumber daya fisik, teknologi, manusia, dan permodalan. 5) Proses Bisnis Rantai Pasok Proses bisnis rantai pasok menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasok dalam rangka mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasok sudah terintegrasi satu sama lain dengan setiap anggota rantai pasok dan apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak serta menjelaskan bagaimana melalui suatu tindakan strategik tertentu mampu mewujudkan rantai pasok yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis rantai pasok dapat ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antar anggota rantai pasok, pola distribusi, anggota rantai pendukung, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan. 6) Kinerja Rantai Pasok Setelah kelima elemen sebelumnya dianalisis secara deskriptif, kinerja rantai pasok kemudian dinilai untuk mencapai tujuan akhir rantai pasok, yaitu memenuhi kepuasan konsumen dan memuaskan seluruh anggota rantai pasok. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan pendekatan efisiensi pemasaran dan pengelolaan asset.

6 Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Efisiensi Pemasaran Analisis efisiensi pemasaran dapat diukur untuk mengetahui efisiensi dalam rantai pasok karena di dalam rantai pasok terdapat kegiatan pemasaran yang dapat mencerminkan tingkat efisiensi sebuah rantai pasok. Analisis efisiensi pemasaran diawali dengan identifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran beras organik. Pada penelitian kali ini, analisis efisiensi pemasaran dilakukan hanya dengan pendekatan indikator efisiensi operasional. Efisiensi pemasaran beras organik berdasarkan indikator efisiensi operasional dapat dilihat dari pengukuran margin pemasaran dan farmer s share. Margin Pemasaran Analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran yang membuat harga produk semakin naik dan berbeda antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran lainnya. Margin pemasaran mencerminkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal tersebut dikarenakan besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran juga berbeda, tergantung dari fungsi pemasaran yang dilakukan. Terdapat tiga fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran merupakan fungsi yang mencakup perpindahan hak milik barang atau jasa. Fungsi ini terdiri atas fungsi pembelian, penjualan, dan pengumpulan. Fungsi fisik merupakan fungsi yang mencakup aktivitas penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik dari komoditas pertanian. Fungsi ini mencakup fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi pengolahan. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang mencakup aktivitas yang memperlancar atau sebagai perantara antara fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas mencakup fungsi standardisasi, fungsi keuangan, fungsi penanggungan risiko, dan fungsi intelijen pasar seperti mengumpulkan, mengintepretasikan, dan menyebarkan informasi pasar. Margin pemasaran beras organik dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dan harga beli pada setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran beras organik atau penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan

7 keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Margin pemasaran secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Mi = Psi Pbi Mi = Ci + πi Psi Pbi = Ci + πi Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i adalah : Πi = Psi Pbi Ci Maka besarnya margin pemasaran total adalah : MT = Σ Mi Keterangan : Mi Psi Pbi Ci Πi MT i = Margin pemasaran pada pasar tingkat ke-i = Harga jual pada pasar tingkat ke-i = Harga beli pada pasar tingkat ke-i = Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i = Margin total = 1, 2, 3,.., n Farmer s Share Farmer s share merupakan indikator efisiensi pemasaran yang diukur untuk mengetahui apakah bagian yang diterima oleh petani sesuai atau tidak dengan harga yang dibayar konsumen akhir. Farmer s share berkebalikan dengan margin pemasaran. Jika margin pemasaran rendah, maka bagian yang diterima oleh petani atau farmer s share tinggi dan sebaliknya. Secara matematis, farmer s share dirumuskan sebagai berikut (Kohls & Uhl 2002) : Fs = x 100% Keterangan : Fs Pf Pr = Farmer s share = Harga di tingkat petani = Harga yang dibayar konsumen akhir Setelah nilai farmer s share diketahui, efisiensi pemasaran rantai pasok beras organik dapat diketahui. Kemudian, kinerja lainnya diukur melalui metrik lainnya seperti inventory turnover, inventory days of supply, dan cash to cash cycle time. Ketiga metrik tersebut hanya diukur pada Tani Sejahtera Farm saja

8 karena anggota rantai pasok yang menjadi sentra dalam penelitian ini adalah Tani Sejahtera Farm Efisiensi Pengelolaan Asset Efisiensi pengelolaan asset rantai pasok merupakan salah satu atribut pengukuran kinerja dalam metrik SCOR (Supply Chain Operations Reference). Terdapat dua kategori dalam metrik SCOR, yaitu sisi pelanggan dan sisi internal. Dalam penelitian ini, hanya sisi internal saja yang dianalisis karena jika dianalisis dari sisi pelanggan, produk akhir beras organik yang diterima pelanggan bukan berasal dari satu pemasok saja, tetapi berasal dari banyak pemasok sementara fokus atau sentra rantai pasok beras organik dalam penelitian ini adalah sebuah badan usaha yang berperan sebagai pemasok beras organik sehingga hasil analisis menjadi kurang sesuai. Atribut efisiensi pengelolaan asset berada dalam sisi internal. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menganalisis efisiensi pengelolaan asset pada anggota rantai pasok yang menjadi fokus atau sentra rantai pasok beras organik. Inventory Turnover Metrik ini mengukur frekuensi perputaran persediaan yang telah digantikan selama periode waktu tertentu dan menjelaskan berapa kali suatu aset bisa digunakan untuk meperoleh profit atau revenue. Menurut Russell dan Taylor (2000), inventory turnover diperoleh dengan membagi biaya penjualan produk (cost of good sold) dengan rata-rata nilai keseluruhan persediaan (average aggregate value of inventory). Besar biaya penjualan produk tidak termasuk diskon atau mark up, sedangkan rata-rata nilai keseluruhan persediaan merupakan jumlah nilai semua barang yang terdapat dalam persediaan. Kinerja rantai pasok dikatakan lebih baik apabila nilai inventory turnover semakin kecil. Berikut adalah perhitungan inventory turnover secara matematis (Russell & Taylor 2000) Inventory Turnover =

9 Inventory Days of Supply Metrik ini mengukur kecukupan persediaan dengan satuan waktu hari. Inventory days of supply adalah lamanya rata-rata (dalam hari) suatu perusahaan bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimiliki apabila tidak ada pasokan lebih lanjut. Kinerja rantai pasok dikatakan bagus apabila mampu memutar asset dengan cepat. Dengan demikian, semakin pendek inventory days of supply, semakin bagus pula kinerja rantai pasok. Perhitungan inventory days of supply dapat dilihat di bawah ini (Russell & Taylor 2000). Inventory days of supply = vera e re ate alue of nventory S hari Cash to Cash Cycle Time Metrik ini mengukur kecepatan rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan, semakin bagus bagi rantai pasok. Perusahaan yang bagus memiliki cash to cash cycle time yang pendek. Ada tiga komponen dalam perhitungan ini, yaitu : 1) Average days of account receivable (dalam hari) merupakan ukuran seberapa cepat pelanggan membayar barang yang sudah diterima. 2) Average days of account payable (dalam hari) merupakan ukuran kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk material/bahan baku yang sudah diterima. 3) Inventory days of supply (dalam hari). Berikut adalah perhitungan cash to cash cycle time menurut Pujawan (2005). Cash to cash cycle time = inventory days of supply + average days of account receivable average days of account payable Analisis Nilai Tambah Nilai tambah diukur berdasarkan pada pernyataan Chopra dan Meindl (2004) yang menyatakan bahwa tujuan sebuah rantai pasok adalah memaksimalkan nilai yang diperoleh rantai pasok. Nilai merupakan selisih dari pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan seluruh anggota dalam rantai pasok. Namun, mengukur nilai rantai pasok beras organik secara

10 keseluruhan akan menimbulkan double counting karena nilai dari setiap anggota rantai pasok dijumlahkan. Oleh karena itu, nilai tidak diukur dalam penelitian ini dan nilai tambahlah yang diukur. Nilai tambah yang diperoleh rantai pasok beras organik akan diukur dan dianalisis dalam penelitian ini. Hasil nilai tambah mencerminkan nilai ekonomis yang diperoleh anggota rantai pasok beras organik keseluruhan. Metode yang digunakan dalam mengukur nilai tambah rantai pasok beras organik adalah metode hasil pemikiran Balk yang disebut the firm s value added. Metode ini digunakan karena tidak akan menimbulkan double counting dalam pengukuran nilai tambah rantai pasok beras organik secara keseluruhan karena komponen yang menjadi nilai input merupakan biaya untuk input intermediate. Input intermediate merupakan output hasil produksi oleh produsen lain. Input yang termasuk dalam jenis ini adalah material, energi, dan service. Ketiga input tersebut tidak menjadi input yang digunakan produsen lainnya karena input tersebut hanya dapat dikonsumsi oleh produsen yang membelinya. Berbeda dengan input modal dan tenaga kerja. Kedua input tersebut merupakan input primer karena dapat digunakan oleh dua atau lebih produsen sehingga dapat menimbulkan double counting ketika mengukur nilai tambah seluruh anggota rantai pasok. Selain itu, Metode Balk juga digunakan karena terdapat penjelasan mengenai komponen apa saja yang menyusun nilai-nilai dalam rumus perhitungan, khususnya nilai input. Adapun rumus perhitungan nilai tambah yang diciptakan oleh setiap anggota rantai pasok beras organik (Balk 2002) : VA it = Keterangan : VA = Value Added (Rp) w = Harga input (Rp) p = Harga output (Rp) x = Jumlah input (kg) y = Jumlah output (kg) E = Energy cost (Rp) i = Pelaku usaha ke-i M = Material cost (Rp) t = Periode ke-t S = Service cost (Rp) Pengukuran nilai tambah dilakukan dalam satu tahun. Perkalian harga output (p) dan jumlah output (y) merupakan nilai output. Output yang dimaksud

11 merupakan produk sedang dalam proses dan produk jadi (Brunton & Trickett 2007). Jumlah keseluruhan dari hasil perkalian jumlah input (x) dan biaya energi (E), perkalian jumlah input (x) dan biaya material (M) serta perkalian jumlah input (x) dan biaya service (S) merupakan nilai input. Selisih dari nilai output dan nilai input disebut nilai tambah. Biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan atas penggunaan input energi dalam produksi seperti bensin, air, listrik, dan lainnya. Biaya material adalah biaya yang dikeluarkan atas konsumsi bahan baku pada proses produksi, sedangkan biaya service adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan selama produksi berlangsung atau juga dapat dikatakan biaya pemeliharaan Analisis Pengendalian Persediaan Menurut Chopra dan Meindl (2004), ada dua macam pendekatan utama dalam pengendalian persediaan, yaitu berdasarkan kondisi permintaan yang stabil dan kondisi permintaan yang fluktuatif. Pada kondisi permintaan yang stabil, permintaan dari konsumen diketahui dan selalu konstan, sedangkan pada kondisi permintaan yang fluktuatif, permintaan berubah-ubah dan tidak diketahui. Berdasarkan kondisi permintaan yang fluktuatif, terdapat dua kebijakan pengisian kembali persediaan, yaitu continuous review dan periodic review. Perbedaan mendasar antara kedua kebijakan tersebut terletak pada acuan yang dipakai dalam melakukan pemesanan. Kebijakan pertama yaitu continuous review yang menetapkan jumlah pesanan selalu konstan dan jangka waktu antara pesanan berubah-ubah karena permintaan yang berfluktuasi. Pada kebijakan yang kedua yaitu periodic review, pemesanan dilakukan setiap waktu dengan jangka waktu pengecekan persediaan yang sama kemudian langsung dilakukan pemesanan dan jumlah yang dipesan disesuaikan dengan kebutuhan pada titik waktu tersebut atau berubah-ubah karena kondisi permintaan yang fluktuasi. Pengendalian persediaan di Tani Sejahtera Farm dan ritel-ritel produk organik akan dianalisis terlebih dahulu, kondisi permintaan mana yang dihadapi dan kebijakan mana yang digunakan oleh Tani Sejahtera Farm. Kedua kondisi permintaan dan kebijakan tersebut akan membahas model-model yang berbeda.

12 Berikut adalah model-model berdasarkan kondisi permintaan dan kebijakan yang digunakan (Chopra & Meindl, 2004) : 1) Kondisi permintaan stabil : a) Economic Order Quantity (EOQ) EOQ = b) Total Biaya Tahunan (Total Annual Cost) TC = Annual Material Cost + Annual Order Cost + Annual Holding Cost TC = CD + Keterangan : EOQ atau Q = Jumlah pemesanan optimum (unit) 2) Kondisi permintaan fluktuatif a) Continuous Review D S h C = Jumlah permintaan per tahun (unit/tahun) = Biaya pemesanan (Rp/pemesanan) = Fraksi biaya penyimpanan terhadap biaya produksi per unit = Biaya produksi per unit (Rp/unit) Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai product fill rate yang telah ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan. Nilai SS ditentukan dengan menentukan nilai ESC (Expected Shortage per Replenishment Cycle) terlebih dahulu, kemudian menggunakan alat GOAL SEEK pada software Ms.Excel dengan metode trial and error hingga nilai SS ditemukan sesuai dengan nilai product fill rate yang ditentukan. ESC = ESC = (1-fr)Q SS [1-NORMDIST (SS / L, 0,1,1)] + L NORMDIST (SS / L, 0,1,0) Keterangan : fr Q L D L = = Product fill rate = Jumlah pesanan D = Standar deviasi permintaan selama lead time = Standar deviasi permintaan

13 L = Lead time Reorder Point (ROP) ROP = SS + DL Keterangan : SS = Safety Stock D = Rata-rata permintaan per periode L = Lead time b) Perodic Review Safety Stock (SS) ditentukan oleh nilai cycle service level yang ditetapkan perusahaan sesuai kesanggupan pihak perusahaan. Perhitungan SS menggunakan software Ms.Excel. Hampir serupa dengan model continuous review, namun berbeda pada standar deviasi. Nilai standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan permintaan selama jangka waktu antara pengecekan yang langsung dilakukan pemesanan dan lead time. SS = T+L = D T+L Keterangan : CSL = Cycle Service Level T+L= Standar deviasi permintaan jangka waktu pengecekan dan pemesanan serta lead time T = Review Interval L = Lead time D = Standar deviasi permintaan Order Up to Level (OUL) OUL = D T+L + SS D T+L = (T+L)D Keterangan : D T+L = Rata-rata permintaan selama periode T+L SS = Safety Stock T = Jangka waktu pengecekan dan pemesanan L = Lead time D = Rata-rata permintaan per periode

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden

4. METODOLOGIPENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Metode Penentuan Responden 27 4. METODOLOGIPENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa barat karena merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia (BPS, 2013). Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kabupaten Brebes merupakan daerah sentra produksi bawang merah di Indonesia, baik dalam hal luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas per

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 2012 di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Supply Chain Management Pada saat ini perusahaan-perusahaan tak terkecuali perusahaan agribisnis, dituntut untuk menghasilkan suatu produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pasar Ikan Higienis Pejompongan Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 hingga Mei 2013. 3.2

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan 41 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu pengamatan yang bersifat spesifik dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasok adalah jaringan perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,

Lebih terperinci

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan 1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK

MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Manajemen Rantai Pasok MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA RANTAI PASOK BERJARING BERAS ORGANIK Prisca Nurmala Sari 1) dan Rita Nurmalina 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu:

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu: BAB V ANALISA HASIL 5.1 Penerapan system metode Economic Order Quantity ( EOQ) Menghitung nilai rata-rata persediaan meliputi, yaitu: a. Menghitung safety stock dengan service level yaitu 95% sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan perusahaan dan proses pencapaian tujuan perusahaan yakni untuk memperoleh untung (profit) yang besar dengan biaya yang sedikit, perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI 1 Manajemen Kas Kas : - Aktiva paling likuid - Cash on hand dan Demand Deposit Mengapa perlu memiliki kas? - Motif transaksi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan 36 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan dasar berupa kertas berjenis PDAC dengan ukuran kertas A3 260 GSM pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deterministik, dengan menggunakan perhitungan angka dalam menentukan keputusan yang akan di ambil oleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Sebelum penggunaan MRP, perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjualan merupakan kegiatan yang mempengaruhi jumlah persediaan, maka pengendalian jumlah persediaan harus diperhatikan. Jumlah persediaan yang terlalu besar ataupun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA Oleh: DWI PRASTYO 13.1.01.04.0080 Dibimbing oleh : 1. Dr. M.Anas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di Perusahaan Sammy Batik Pekalongan merupakan Applied Reseach atau penelitian terapan yang mempunyai alasan praktis, keinginan

Lebih terperinci

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4 Manajemen Produksi dan Operasi Inventory M-4 1 2 PENGERTIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di UD. Pilar Jaya yang berlokasi di Desa Banjarejo, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017

Inventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

LOGO. Anggaran Produksi.

LOGO. Anggaran Produksi. LOGO Anggaran Produksi Anggaran Produksi Tujuan Umum Mampu menyusun rencana persediaan produk, anggaran biaya produksi dan anggaran produksi. Tujuan Khusus Merencanakan persediaan produk jadi dan persediaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gapoktan Bunga Wortel Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penetuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan dalam hal pemenuhan kualitas yang diinginkan, kecepatan merespon permintaan,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini bisnis di Indonesia berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 1 MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN 2 PENDAHULUAN Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk

Lebih terperinci

menghitung EOQ Menghitung EOQ

menghitung EOQ Menghitung EOQ menghitung EOQ Menghitung EOQ Menghitung EOQ secara Matematis TAC : Total biaya persediaan tahunan (Total Annual Inventory Cost) TOC : Total biaya pesan (Total ordering cost) TCC : Total biaya simpan (total

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Hal x xi xii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 3 1.5

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA

USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA Farah Azaria Kirana *), Muhammad Mujiya Ulkhaq Jurusan

Lebih terperinci

Asmaul Khusna*), Kukuh Sulastyoko **) Kata Kunci :Pengendalian Kualitas, Pengendalian Mutu, Persediaan Pengaman, Peramalan, Forcasting, EOQ.

Asmaul Khusna*), Kukuh Sulastyoko **) Kata Kunci :Pengendalian Kualitas, Pengendalian Mutu, Persediaan Pengaman, Peramalan, Forcasting, EOQ. OPTIMALISASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) STUDY PADA PT. TEMPRINA MEDIA GRAFIKA NGANJUK (Jawa Pos Group) Asmaul Khusna*), Kukuh Sulastyoko **) ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali IDA BAGUS MANIK BRAHMANDHIKA, RATNA KOMALA DEWI, I KETUT SUAMBA Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Distorsi informasi pada supply chain merupakan satu sumber kendala menciptakan supply chain yang efisien. Seringkali permintaan dari custromer relatif stabil dari waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal pokok yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Akomodasi Ketidakpastian Asumsi Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah 32 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis dan metode digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik bihun jagung PT. Subafood Pangan Jaya yang beralamat di Jalan Raya Legok Km. 6 Komplek Doson, Desa Cijantra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan baku merupakan salah satu masalah yang cukup dominan di bidang produksi selain masalah keuangan, kepegawaian dan sebagainya. Perusahaan selalu menghendaki

Lebih terperinci

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI 1 Manajemen Kas Kas : - Aktiva paling likuid

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing

Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing Disusun Oleh: Rainisa Maini Heryanto Winda Halim Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi

Lebih terperinci

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA

V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 57 V. PENGUKURAN KINERJA PELAKU RANTAI PASOK KOPI ORGANIK DENGAN PENDEKATAN DEA 5.1. Parameter Pengukuran Kinerja Pelaku Rantai Pasok Pengukuran kinerja dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY

LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VI INVENTORY THEORY I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT

Manajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian ini adalah UKM yang bergerak di sektor kuliner yaitu kafe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembelian Menurut Hatta (2008), pembelian merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dari supplier. Pembelian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengadaan barang yang diperlukan

Lebih terperinci