BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut belum diikuti dengan pasokan atau ketersediaan produk tersebut yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. Proses pendistribusian perikanan terkait erat dengan supply chain management (SCM). Inti dari SCM adalah integrasi, kolaborasi dalam pengelolaan supply dan demand dengan seluruh pihak yang terlibat dalam proses bisnis. SCM bermanfaat dalam penciptaan komoditas yang berkualitas, murah, dan pasokan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (demand), baik pasar domestik maupun ekspor. Konsumsi ikan di DIY mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang dapat dilihat pada tabel 1.1, terkait konsumsi kalori dan protein per kapita yang berasal dari ikan di DIY. Untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan, DIY mendatangkan ikan dari daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Widodo dkk (2013), hanya 30% dari total kebutuhan ikan lele di DIY yang dapat dipenuhi oleh pemasok lokal sedangkan 70% sisanya disuplai dari luar 1

2 Tabel 1.1 Rata - rata konsumsi kalori dan protein per kapita sehari menurut kelompok makanan ikan tahun oleh BPS Kalori 12,44 14,37 14,81 17,89 (kkal) Protein (gram) 1,91 2,18 2,36 2,62 Sumber: olah data BPS (Anonim A, 2015) daerah DIY. Adanya pemasok ikan lele dari luar DIY membuat kompetisi pada pasar ikan di DIY. Dalam mendukung peran pemerintah daerah meningkatkan sistem rantai pasok ikan di DIY maka perlu dikaji permasalahan kinerja yang terdapat pada pelaku rantai pasok di DIY sehingga pelaku rantai pasok ikan khususnya pembudidaya dapat bersaing dengan pemasok ikan dari luar DIY. Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa ikan lele merupakan produk ikan budidaya yang paling banyak dikonsumsi di DIY. Permintaan akan ikan lele di DIY setiap harinya jauh lebih tinggi dibandingkan ikan budidaya maupun tangkap lainnya. Namun, permintaan ikan lele di pasar cukup tinggi dan masih belum dapat terpenuhi karena produksinya masih kurang mencukupi. Kegiatan budidaya air tawar yang menjanjikan harus memiliki keunggulan yang kompetitif. Keunggulan kompetitif didapatkan dari pengelolaan rantai kegiatan dari produksi ikan (penangkapan dan budidaya) hingga produk berada di tangan konsumen, baik secara nilai maupun biaya. Rantai pasok pada hakikatnya mengalirkan produk yang melibatkan tiga atau lebih entitas (organisasi maupun 2

3 Tabel 1.2 Perkembangan Produksi Budidaya Air Tawar dan Payau Menurut Jenis Ikan Tahun No Jenis Ikan Ton/Tahun Perkembangan Ton % 1 Mas 351,3 314,9-36,4 (10,4) 2 Tawas 214,9 314,9 100,0 46,5 3 Nila 7.579, ,8 1752,2 23,1 4 Mujair 9,8 57,6 47,8 488,1 5 Gurami 7.574, ,9 797,1 10,5 6 Lele , ,2 2051,3 8,8 7 Bawal Tawar 3.285, ,2 1182,1 35,9 8 Grasscarp 757, ,3 (11,4) 9 Patin 220,2 178,1-42,2 (19,1) 10 Ikan lainnya 160,3 63,2-97,1 (60,6) 11 Udang Galah 257, ,8 (3,8) 12 Bandeng 3,7 2,4-1,3 (35,9) 13 Udang Vaname 494,7 597,1 102,4 20,7 Jumlah , , ,9 13,1 Sumber: Buku Data Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Anonim B, 2013) individual) yang secara langsung terlibat dalam aliran hulu dan hilir dari produk, jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke konsumen. Untuk mencapai keunggulan daya saing dalam industri ikan lele, maka harus mampu dihasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dari segi kualitas (mutu), kuantitas, harga, waktu dan tempat yang tepat. Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian mengenai kinerja rantai pasok ikan lele di DIY, untuk menjamin ketepatan pasokan dalam memenuhi kebutuhan di setiap mata rantai pasokan. Penelitian ini mencoba mempelajari rantai pasokan ikan lele di DIY.Rantai pasok memerlukan informasi mengenai kinerja para pelaku di setiap tier budidaya dan pemasaran ikan lele sampai dengan konsumen akhir untuk menjamin kinerja 3

4 keseluruhan rantai pasok. Dari hasil analisis kinerja rantai pasok tersebut, maka dapat dikembangkan strategi dan upaya yang diperlukan untuk memperbaiki program pengembangan ikan lele di DIY. Penelitian ini dilakukan untuk menilai semua kegiatan dalam agribisnis ikan lele serta pemangku kepentingan dan hubungan mereka dalam rantai pasok. Untuk mengukur kinerja rantai pasok ikan lele di DIY maka digunakan SCOR (Supply Chain Operation Reference). SCOR merupakan metode yang dapat mewakili keadaan yang ada pada usaha budidaya ikan lele di DIY, karena SCOR dapat mengevaluasi rantai pasok melalui konsep penjabaran proses inti yaitu plan, source, make, deliver, dan return yang dikonfigurasikan dengan aktual kegiatan budidaya ikan lele di DIY. Metode SCOR digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan yaitu metode SCOR dapat membreakdown proses yang ada pada metrik-metrik. Menurut McCormark et al. (2008), metode SCOR menyediakan scorecard yang dapat digunakan untuk pengukuran performa. Scorecard yang ada pada metode SCOR berbentuk metrik-metrik pengukuran. Selanjutnya salah satu tahapan yang ada dalam AHP (Analytical Hierarchy Process) akan digunakan untuk melihat performance attributes atau kriteria terpenting dalam budidaya ikan lele di DIY, dengan cara melakukan pemberian bobot untuk masing-masing indikator yang telah dibuat sebelumnya menggunakan SCOR. Setelah didefinisikan metrikmetrik SCOR yang sesuai dengan perusahaan dan didapatkan nilai performa/kinerja, maka selanjutnya dilakukan benchmark antara hasil pengukuran kinerja dengan target pembudidaya. 4

5 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sistem rantai pasok ikan lele yang terjadi di DIY? 2. Bagaimana kinerja rantai pasok ikan lele di DIY? 1.3 Batasan Masalah Lokasi yang akan diteliti adalah kolam-kolam ikan lele di DIY yang merupakan kawasan Minapolitan di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Sleman dan Gunung Kidul. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa jumlah produksi ikan budidaya lelenya tinggi menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, memiliki lahan kolam budidaya yang cukup luas serta memiliki karakteristik petani yang beragam. Di kota Yogyakarta tidak dilakukan pengambilan sampel dikarenakan sulit ditemukan pembudidaya ikan lele. Pada pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan SCOR terdapat lima proses inti yaitu plan, source, make, deliver dan return. Namun pada penelitian ini hanya digunakan tiga dari proses inti tersebut antara lain plan, source dan make. Hal ini dikarenakan sampel diambil hanya berdasarkan pandangan pembudidaya. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Identifikasi pelaku pada sistem rantai pasok ikan lele di DIY 2. Mengetahui kinerja rantai pasok ikan lele di DIY 1.5 Manfaat Penelitian 1. Mengetahui kondisi nyata mengenai rantai pasok ikan lele di DIY dan segala yang terlibat di dalamnya 2. Mengembangkan kinerja rantai pasok ikan lele di DIY. 5