BAB I PENDAHULUAN. 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakannya. Hasil kreasi yang orisinil tersebut adalah karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

BAB I PENDAHULUAN. sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9)

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di. lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (Endraswara, 2003:49). Menurut Junus, (1990:1) sastra adalah bentuk. Sastra

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi jiwa pengarang dalam mengilustrasikan kehidupan imajinatifnya (Wellek

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3)

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain

BAB I PENDAHULUAN. isi dan ungkapannya (KBBI, 2011:1001).Sastra adalah ungkapan pribadi manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur dalam arti bahwa karya

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo, 2010: ), sedangkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. (Goldman via Faruk, 1994:79). Sebagaimana juga disampaikan oleh Lukens

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

BAB I PENDAHULUAN. subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna,

BAB I PENDAHULUAN. antarmanusia (Nurgiyantoro, 2013:2). Sebagai sebuah karya. imajinatif, prosa menyajikan berbagai permasalahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari kata yang memberikan kesan

BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

SEJARAH PENDAPAT FILOSOF TENTANG JIWA (Studi Pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina, Sigmund Freud)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra menurut Teeuw (2003:135) merupakan sebuah struktur yang

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Quinn mengatakan (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah Tulisan yang

STRATEGI DAKWAH KULTURAL SUNAN KALIJAGA (DESKRIPTIF ANALISIS)

mura>bah}ah BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya... 60

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Tempat/Tgl. Lahir : Amuntai, 19 Juli 1981

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

DAFTAR ISI. i PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN. Alif - - Jim J Je ح. Dal D De Żal Ż Zet dengan titik di atas. Sin S Es. Syin Sy Es dan ye

TINJAUAN MASLAHAT TERHADAP DISPENSASI NIKAH MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA SEMARANG. SKRIPSI

PENDIDIKAN AQIDAH TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN SURAT AL-BAQARAH 133

IMPLEMENTASI DIALOG ANTAR AGAMA DI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA SEMARANG

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH CABANG KOTTA BARAT MANAHAN BANJARSARI SURAKARTA TAHUN

Abstrak. Kata kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, JII, LQ45.

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

DAFTAR ISI. SAMPUL LUAR... i. SAMPUL DALAM... ii. ABSTRAK... iii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv. PERNYATAAN KEASLIAN... v. KATA PENGANTAR...

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gela Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

B. Apakah pengembangan sumber daya manusia dapat Memperbaiki, meningkatkan pengetahuan secara teori atau praktek dan pelatihan, serta promosi...

PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW. Oleh

PENGESAHAN. Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tanggal : Semarang, 22 januari 2016.

BAB III : DESKRIPSI SISTEM KERJA DAN PENGUPAAN PENCARI DONATUR PADA YAYASAN PESANTREN AL-QUR AN NURUL FALAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan rangkaian kata-kata yang mengandung makna yang indah

Mas{lah{ah Pengertian Tas{arrauf al-ima>m Ala> Ra iyyatihi Manu>tun Bi al-

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN DRILL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS MATERI QOLQOLAH KELAS VIII SEMESTER I

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. ABSTRAK...v. PERSEMBAHAN...

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili)

AHMAD GAZALI NIM

RIBA DAN BUNGA BANK PERSPEKTIF NEO-MODERNIS

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN DENGAN CARA TEBASAN

KESELAMATAN PEMELUK AGAMA DALAM TAFSIR IBNU KATSIR DAN TAFSIR HAMKA (STUDI KOMPARATIF)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DALAM MASYARAKAT DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

PERAN PEMUDA DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (Studi Kasus Di Komunitas Lintas Iman Pondok Damai Kota Semarang)

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR

ARAB-LATIN. A. KONSONAN TUNGGAL Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan. Bâ' B - ت. Tâ' T - ث. Jim J - ح. Khâ Kh - د. Dâl D - ذ. Râ' R - ز.

RISALAH SAKRATUL MAUT KARYA ABDURRAUF ASSINGKILI; PENELITIAN FILOLOGIS ATAS NASKAH NEGARA

TRANSLITERASI ARAB-LATIN SESUAI KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA.

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN AKHLAK DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KASUS BPRS BANGUN DRAJAT WARGA YOGYAKARTA)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

SKRIPSI. Oleh: Ratna Sari NIM: G NIRM: 10/X/02.2.1/T/4364 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR AN SURAT AT- TAUBAH AYAT 105

PENAFSIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG BIDADARI DALAM AL-QUR A<N (KAJIAN HERMENEUTIKA)

BAB I PENDAHULUAN. sastra menjadikannya berbeda dengan karya tulis lainnya, hal ini seperti yang

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

ETIKA SUNDA (Studi Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian)

PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP KESADARAN RELIGIUS SISWA DI MTs. DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL MARGOYOSO PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PEMBELAJARAN ALQURAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN AMUNTAI (Studi Kritis Terhadap Proses dan Hasil Pembelajaran) Oleh HAJI HAMLI NIM

TESIS. Oleh : Dewi Amalia, S.Pd NIM :

N. Elis Yanti Patimah. Ammar Fauzi, Ph.D

STRATEGI PENGELOLAAN USAHA FOTOKOPI CAHAYA DI BANJARMASIN SKRIPSI OLEH NURUL AIDA

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah. Disusun oleh : SUSI SUSANTI

IMPLEMENTASI FUNGSI MANAJEMEN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU LULUSAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRINGSEWU TESIS

( Word to PDF Converter - Unregistered )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kata drama berasal dari bahasa Yunani, draomai, yang artinya berbuat,

PENERAPAN MEDIA VITURAL COMPACT DISK (VCD) PADA PEMBELAJARAN SHALAT KELAS VII B MTS MA ARIF 11 TOKAWI NAWANGAN PACITAN JAWA TIMUR

PRINSIP PENDIDIKAN RASULULLAH KEPADA ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN TUNANETRA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak dan merupakan karya imajinatif. Selain itu, sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Werren, 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan su- dari bahasa Sanskerta yang artinya baik atau indah) yang mengandung arti karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarananya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi (KBBI, 2007: 1110). Taum (1997: 19) mengemukakan bahwa sastra merupakan pengetahuan eksistensial mengenai bentuk hidup manusia sehingga mudah dideskripsikan, tetapi tidak mudah didefinisikan. Perwujudan bentuk sastra dalam perkembangannya berupa karya sastra. Karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsurunsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling terkait, saling berkaitan, saling bergantung, dan saling menentukan. Dengan demikian, unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra saling berhubungan dengan unsur-unsur lain, sehingga setiap unsur tidak dapat berdiri sendiri (Pradopo, 2008: 118). 1

2 Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis karya sastra yang termasuk prosa adalah cerita pendek (Sudjiman, 1992: 11). Cerita pendek adalah karya sastra yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2010: 10). Cerita pendek panjangnya tidak lebih dari 1000 kata. Ada pula yang menyatakan bahwa cerita pendek paling banyak sekitar 15.000 kata atau berkisar lima puluh halaman (Stanton, 2007: 75). Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita narasi yang fiktif (tidak benar-benar terjadi, tetapi dapat terjadi kapan saja dan di mana saja) serta relatif pendek. Sebuah cerita pendek atau biasa disingkat dengan cerpen mempunyai unsur yang membangun cerpen tersebut secara langsung. Selain itu, cerpen juga mempunyai unsur dari luar karya sastra yang juga berpengaruh terhadap bangunan cerpen walaupun secara tidak langsung. Unsur yang pertama disebut sebagai unsur intrinsik, sedangkan yang kedua disebut sebagai unsur ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2010: 23). Sastrawan Arab telah banyak membuat karya berupa antologi-antologi cerpen dengan berbagai variasi tema pada setiap cerpennya. Salah satunya adalah cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah. Cerpen tersebut menceritakan tentang sosok Iblis yang ingin beriman dan memeluk sebuah agama. Cerpen asy-syahīd adalah karya seorang sastrawan Mesir yaitu Taufīq al- Ḥakīm. Ia adalah sosok sastrawan besar Mesir dan seorang seniman produktif yang menghasilkan karya sastra yang diminati oleh publik baik berupa novel,

3 kisah filsafat, cerpen, teater, dan lain sebagainya. Setengah abad lebih beliau mencurahkan seluruh hidupnya untuk dunia seni. Berdasarkan pengamatan penulis, cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah karya Taufīq al-ḥakīm terdiri atas unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan. Untuk dapat memahami unsur-unsur tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga diperoleh makna yang utuh. Dalam hal ini, akan digunakan sebuah teori yang mengkaji tentang unsur-unsur intrinsik, yaitu teori struktural. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apa unsur-unsur intrinsik yang membangun cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah karya Taufīq al-ḥakīm dan bagaimana keterkaitan antarunsur tersebut secara keseluruhan. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitan ini adalah mengungkapkan dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang membangun cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah karya Taufīq al-ḥakīm dan bagaimana keterkaitan antarunsur tersebut secara keseluruhan. 1.4 Tinjauan Pustaka Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi. Antologi cerpen Arinī Allah karya Taufīq al-ḥakīm

4 terdiri atas 18 cerpen. Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa cerpen yang telah dibahas, diantaranya, cerpen I tirāf al-qātīl dianalisis oleh Sidiq (2009) dengan analisis struktural dan disimpulkan bahwa keterkaitan antar unsur pada cerpen ini sangat kuat, sehingga membuat satu kesatuan yang utuh. Cerpen Al-Habib al- Majhul dianalisis oleh Wardani (2009) dengan analisis struktural. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah hubungan antar unsur dalam cerpen ini memiliki hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya, baik antara tema dengan tokoh utama, tema dengan latar, tema dengan sudut pandang, tema dengan alur, alur dengan tokoh, serta alur dengan latar, sehingga cerita dalam cerpen ini membentuk satu kesatuan cerita yang utuh dan mudah dipahami. Cerpen Anā al- Maut yang dianalisis oleh Shobikhah (2004) dengan analisis struktural. Dalam analisis ini penulis menyimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen ini saling berkaitan, sehingga membuat satu kesatuan yang utuh. Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah karya Taufīq al-ḥakīm belum pernah dibahas oleh mahasiswa di Jurusan Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada dari segi bahasa maupun sastra. Setelah melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan digital dari berbagai universitas di Indonesia di antaranya UI, UAD, UIN Sunan Kalijaga, UNHAS, penulis belum menemukan pembahasan terhadap cerpen tersebut, baik dari segi sastra maupun bahasa.

5 1.5 Landasan Teori Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka teori yang digunakan untuk menganalisis cerpen asy-syahīd karya Taufīq al-ḥakīm adalah teori struktural Robert Stanton. Teori struktural adalah teori yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur. Sebagai sebuah struktur, unsur-unsurnya dapat dibongkar dan dipaparkan secermat dan sedetail mungkin serta dapat dicari keterjalinan antarunsurnya yang dipandang dapat menghasilkan makna yang menyeluruh (Teuuw, 1984: 135). Stanton (2007: 13) mengungkapkan bahwa unsur pembangun sebuah cerita atau cerpen dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu: fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Fakta cerita merupakan elemen-elemen yang berfungsi sebagai catatan kegiatan imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri atas karakter, alur, dan latar (Stanton, 2007: 7). Ketiga unsur fakta cerita ini merupakan unsur yang paling dominan tampak dalam suatu karya sastra dan dapat dibayangkan eksistensinya secara faktual. Ketiganya juga tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling mendukung. Karakter merupakan sesuatu yang muncul dari seorang individu. Menurut Stanton (2007: 33), karakter menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Untuk selanjutnya, dipakai istilah tokoh dan penokohan. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa yang bersangkutan. Ia

6 merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Nurgiyantoro, 2010: 177). Alur merupakan tulang punggung cerita. Stanton (2007: 26) mengemukakan alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita yang terhubung secara kasual, dalam arti peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa. Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Sebuah cerita mungkin mengandung lebih dari satu konflik, tetapi hanya konflik utamalah yang dapat merangkum seluruh peristiwa yang terjadi dalam alur. Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi (Stanton, 2007: 31). Latar menurut Stanton (2007: 35), merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor seperti sebuah tempat, kota ataupun negara. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu atau satu periode sejarah. Latar juga dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita atau biasa disebut dengan latar sosial. Dalam sebuah cerita, makna-makna penting yang dihadapkan dalam cerita dinamakan tema atau gagasan utama. Cara yang paling efektif mengenali tema sebuah karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema. Oleh karena itu, pengamatan harus dilakukan pada semua hal seperti peristiwa-peristiwa,

7 karakter-karakter atau bahkan objek-objek yang sekilas tampak tidak relevan dengan alur utama (Stanton, 2007: 42). Selain itu, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi, harus disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema dapat diterangkan melalui dukungan dari unsur-unsur karya sastra yang lain seperti pada pelukisan tokoh, alur, dan latar (Nurgiyantoro, 2010: 68-74). Sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Sarana-sarana sastra yang dimaksud adalah judul (title), sudut pandang (point of view), gaya bahasa nada (style and tone), simbolisme (symbolism), dan ironi (irony) (Stanton, 2007: 46). Dalam penelitian ini, penulis hanya memusatkan perhatian pada unsur judul dan sudut pandang saja. Stanton (2007: 51) menyatakan bahwa judul selalu relevan atau berhubungan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan titik pandang dari sudut mana cerita tersebut dikisahkan. Stanton (2007: 53-55) menyatakan bahwa sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu (1) orang pertama utama, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. (2) orang pertama-sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan). (3) orang ketiga-terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja. (4) orang ketiga-tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang

8 ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir (Stanton, 2007: 53-55). 1.6 Metode Penelitian Metode adalah cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkahlangkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab-akibat berikutnya (Ratna, 2011:34). Metode penelitian dalam hal ini harus sesuai dengan landasan teori yang digunakan, yaitu menggunakan teori struktural. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian cerpen asy-syahīd adalah metode analisis struktural. Metode analisis struktural adalah metode yang bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuuw, 1984: 135). Menurut Nurgiyantoro (2010: 37), metode analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain mengumpulkan dan mengelompokkan data berupa unsur-unsur intrinsik, yaitu fakta cerita, tema, dan sarana sastra. Selanjutnya unsur-unsur tersebut dianalisis secara cermat, teliti, dan sedetail mungkin. Setelah unsur-unsur itu dianalisis, kemudian langkah selanjutnya adalah menjelaskan keterkaitan antarunsurnya. Langkah terakhir adalah penyajian hasil analisis data berupa pelaporan.

9 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari empat bab, yaitu Bab I adalah pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penelitian, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II meliputi biografi Taufīq al-ḥakīm dan sinopsis cerpen asy-syahīd dalam antologi cerpen Arinī Allah. Bab III adalah analisis struktural berupa unsur-unsur intrinsik dari cerpen asy- Syahīd. Bab IV adalah kesimpulan dan yang terakhir adalah daftar pustaka. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Pelaksanaan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berpedoman pada keputusan bersama Menteri Agama nomor: 158 Th 1987 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor: 0543b/U/1987. a. Konsonan Konsonan Arab Huruf Latin Konsonan Arab Huruf Latin ا Tidak dilambangkan ض Ḍ ب B ط Ṭ ت T ظ Ẓ ث Ṡ ع _ ج J غ G ح Ḥ ف F خ Kh ق Q د D ك K ذ Ż ل L

10 ر R م M ز Z ن N س S و W ش Sy ه H ص Ṣ ء _` ي Y b. Vokal Vokal Vokal Tunggal Vokal Rangkap Vokal Panjang Tanda Transliterasi Tanda Transliterasi Tanda Transliterasi ا Ai ي A ـ ي Au و I ـ و U ـ Ā Ī Ū c. Ta Marbutah Transliterasi untuk ta marbuṭah (ة) ada dua. Pertama, ta marbuṭah hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, atau dammah, transliterasinya adalah /t/. Kedua, ta marbuṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka ta marbuṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: روض ة الا طف ا ل rauḍatu al-atfāl. al-atfāl. rauḍah روض ة الا ط ف ا ل

11 d. Syaddah (Tasydid) Syaddah yang dalam bahasa arab dilambangkan ditransliterasikan ر ب ن ا Contoh: dengan huruf yang sama dengan huruf yang mendapatkan syaddah. rabbanā. e. Kata Sandang Transliterasi kata sandang (ال) dibedakan menjadi dua, yakni kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf ل diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang berhubungan langsung dengan kata sandang. Contoh: النساء an-nisa. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الق لم al-qalamu. f. Hamzah Dinyatakan pada transliterasi konsonan bahwa hamzah ditransliterasi dengan apostrof `_. Transliterasi seperti itu hanya berlaku untuk hamzah yang berada di tengah kata dan akhir kata. Adapun hamzah yang berada di awal kata tidak dilambangkan. Contoh: تا خذون ta khużūna, شيء syai un, إن inna. g. Penulisan Kata Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain

12 karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: وإن الله لھو خیر الر ازقین Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīna atau Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna. h. Huruf Kapital Meskipun di dalam bahasa Arab tidak ada huruf kapital dalam transliterasi ini digunakan huruf kapital sesuai dengan pedoman EYD. Contoh: وما محمد إلا رسول Wa mā Muhammadun illā rasūl.