BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan cermin kehidupan manusia. Sebagai cermin kehidupan manusia, karya sastra mampu membuat pembaca membayangkan dan menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya sastra perlu adanya hubungan antara pengalaman pembaca dengan dunia fiksi yang dituangkan oleh pengarang. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh pengalaman literer dari pengarangnya. Seperti diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2013:3) bahwa fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sesama. Genre karya sastra menurut dunia kesusastraan, dibagi menjadi tiga, yaitu puisi (lyrics), prosa (narrative), dan drama (drama) (Abrams, 1999:108). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse) (dalam pendekatan struktural dan semiotik). Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual, sesuatu yang benar-benar terjadi (Abrams, 1999:94). Menurut Kamil (2009:41), jenis karya sastra yang termasuk dalam genre prosa adalah novel, cerpen, novelet, dan drama. Salah satu genre yang dikenal dalam dunia kesusastraan adalah cerpen. Stanton (1965:39) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan cerpen atau 1

2 2 cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam satu jam. Cerpen biasanya terdiri dari lima belas ribu kata atau sekitar lima puluhan halaman (Stanton, 1965:37). Satu hal yang terpenting dalam sebuah cerpen adalah ia harus berbentuk padat (Stanton, 1965:38). Nurgiyantoro (2013:13) juga menjelaskan bahwa kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak dari sekedar apa yang diceritakan. Karena bentuknya pendek, cerpen memiliki karasteristik pemadatan dan pemusatan terhadap sesuatu yang dikisahkan. Mesir dikenal sebagai salah satu negara Timur Tengah yang banyak memunculkan pengarang-pengarang karya sastra kenamaan. Tidak heran jika cerpen berkembang pesat di sana. Salah satu pengarang dari Mesir adalah Ih{sa>n Abdu al-quddu>s. Ia menulis salah satu cerpen yang berjudul Suqu>t}u al- Aqli yang terkumpul dalam antologi cerpen Bi`ru al-h}irma>ni (1962). Cerpen tersebut menceritakan tentang tokoh Aku yang berperan sebagai dokter ahli psikologi yang mendapatkan tugas untuk memeriksa seorang anak bernama Angie. Angie mengalami beberapa konflik-konflik menarik yang salah satunya adalah di mana ia hendak membunuh ibunya karena ia berkeyakinan bahwa yang ada di hadapannya itu bukanlah ibunya. Cerpen Suqu>t}u al- Aqli ini merupakan sebuah karya sastra yang di dalamnya merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga antara unsur satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Untuk memahami cerpen ini, perlu adanya analisis struktural

3 3 sebagai sebuah langkah untuk memahami cerita itu lewat unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsurnya yang terdapat pada cerpen tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Teeuw (2013:106), semua karya sastra memerlukan metode analisis yang sesuai dengan sifat dan strukturnya. Menurut penulis, cerpen ini sangatlah menarik untuk diteliti karena mengandung alur yang sangat dramatis dan sangat layak untuk diketahui oleh para peminat sastra. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dituliskan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam cerpen Suqu>t}u al- Aqli dalam antologi Bi`ru al-h}irma>ni karya Ih}sa>n Abdu al- Quddu>s dan bagaimana keterkaitan antarunsur tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengungkapkan unsurunsur intrinsik dari cerpen Suqu>t}u al- Aqli karya Ih}sa>n Abdu al-quddu>s dan juga memaparkan keterkaitan antarunsur yang terdapat dalam cerpen tersebut sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang utuh dan menyeluruh. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap cerpen karya Ih}sa>n Abdu al-quddu>s telah banyak dilakukan, termasuk cerpen-cerpen yang terdapat dalam antologi cerpen Bi`ru al- H}irma>ni. Di dalam antologi tersebut, terdapat enam buah cerpen, yaitu Bi`ru al- H}irma>ni, Suqu>t}u al- Aqli, al-kalimah an-na>qis}ah, al-khut}wah as\-s a>niyah,

4 4 Ari>sun li Ukhti>, dan al-bah}s\u an Khiya>natin. Tiga di antara enam cerpen tersebut telah diteliti, yaitu cerpen al-bah}s u an Khiya>natin, al-khut}wah as\- S a>niyah, dan Ari>sun li Ukhti>. Cerpen Ari>sun li Ukhti> telah diteliti oleh Arief (2016) menggunakan teori struktural Robert Stanton. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa tema cerpen tersebut adalah jodoh seseorang merupakan rahasia Tuhan yang tidak dapat diatur atau dipaksakan oleh manusia. Karakter utama cerpen tersebut adalah Mah}mud, pemuda berusia 29 tahun yang kesulitan menjodohkan adiknya, adapun karakter tambahannya adalah Zainab dan Fahmi>. Latar tempat cerpen ini adalah rumah Mah}mud dan bioskop, latar waktunya adalah siang dan malam di setiap hari selama lebih dari satu tahun, adapun latar sosialnya adalah sebuah keluarga dengan status sosial rendah yang hidup di perkotaan Mesir. Plot cerpen tersebut adalah plot progresif yang diawali dengan tahap penyituasian dan diakhiri dengan tahap penyelesaian. Semua unsur tersebut berkaitan satu sama lain sehingga menghasilkan makna yang utuh. Sedangkan cerpen al-bah}s\u an Khiya>natin telah diteliti oleh Wardati (2016) menggunakan teori struktural Robert Stanton untuk membahas unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut dan keterkaitan antarunsurnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Aku, wanita berumur 26 tahun, yang dikhianati oleh suaminya. Tokoh tambahan dalam tersebut adalah suami Aku dan penulis. Cerpen tersebut menggunakan alur maju.

5 5 Latar tempat dalam cerpen tersebut di Mesir, yaitu di rumah Aku pada tahun Tema dalam cerpen ini adalah tindakan yang dilandaskan emosi dan dendam akan menyebabkan penyesalan di kemudian hari. Sudut pandang yang digunakan adalah orang-pertama-utama. Masing-masing unsur intrinsik dalam cerpen tersebut memiliki keterkaitan antarunsur, yaitu tema dengan tokoh utama, tema dengan latar, tema dengan alur, dan judul dengan tema sehingga membentuk makna yang utuh. Adapun cerpen bejudul al-khut}wah as\-s a>niyah telah diteliti oleh Aprillyani (2016) menggunakan teori struktural dengan metode analisis struktural model Farhu>d. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah bahwa peristiwa yang terjadi dalam cerpen tersebut adalah kegelisahan yang selalu menghantui Nadia sehingga membuatnya melakukan tindakan yang buruk. Tokoh pada cerpen tersebut adalah Nadia, Ahmad, Mahmud, dan suami Nadia. Nadia adalah seorang perempuan berumur 17 tahun yang selalu gelisah. Latar waktunya adalah malam hari. Latar tempatnya adalah Mesir. Alur dalam cerpen ini adalah alur progresif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Unsur-unsur yang membangun cerpen ini saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan cerpen Suqu>t}u al- Aqli, sejauh pengamatan penulis, belum pernah diteliti baik dari segi bahasa maupun sastra. Oleh karena itu, penelitian terhadap cerpen ini perlu dilanjutkan untuk mengungkap unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur yang terdapat dalam cerpen tersebut.

6 6 1.5 Landasan Teori Untuk menganalisis cerpen Suqu>t}u al- Aqli, dimanfaatkan teori struktural. Dalam struktural, peneliti akan menemukan keberadaan unsur-unsur intrinsik dari cerpen ini dan juga bagaimana keterkaitan antarunsurnya. Teori struktural adalah teori yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 2013:106). Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Ratna (2015:76-77) bahwasanya unsur tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, unsur dapat dipahami semata-mata dalam proses antarhubungannya. Teori struktural yang diterapkan dalam penelitian kali ini adalah teori struktural yang dikemukakan oleh Robert Stanton dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Fiction, dan akan dijelaskan secara lebih rinci menggunakan pendapat Nurgiyantoro dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi yang mengacu pada teori Robert Stanton. Stanton (1965:11), membagi unsur intrinsik karya fiksi menjadi tiga aspek, yaitu fakta cerita (facts), tema (theme), dan sarana-sarana sastra (literary devices). Fakta cerita menurut Stanton (1965:14-17) terdiri dari alur (plot), karakter (character), dan latar (setting). Ketiga unsur dari fakta tersebut adalah unsur yang paling dominan dalam suatu karya sastra. Alur adalah rangkaian peristiwa dalam

7 7 sebuah cerita. Sedangkan karakter dimaknai dalam dua konteks, yaitu sebagai tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap ketertarikan, keinginan, emosi serta prinsip moral yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut. Adapun latar adalah lingkungan yang melengkapi sebuah peristiwa dalam cerita. Unsur berikutnya adalah tema. Stanton (1965:19) menerangkan bahwa tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Stanton (1965:21) menambahkan bahwa segala hal yang ada di dalam cerita itu dapat digunakan untuk menentukan tema dari cerita tersebut. Adapun unsur yang ketiga adalah sarana-sarana sastra. Beberapa saranasarana sastra tersebut meliputi judul (title), sudut pandang (point of view), gaya dan nada (style and tone), simbolisme (symbolism), dan ironi (irony) (Stanton, 1965:25-36). Sarana yang dituangkan tersebut menyatu dalam cerita, terutama pada karakter dan konflik, serta mampu memperkuat makna dalam tema cerita itu. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Namun, yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan atau keterkaitan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2013:60). 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subjek kajian (Endraswara,

8 8 2013:8). Metode yang akan digunakan untuk meneliti cerpen Suqu>t}u al- Aqli karya Ih}sa>n Abdu al-quddu>s ini adalah metode struktural yang dikemukakan oleh Robert Stanton. Menurut pendapat Teeuw (2013:99-100), teori struktural adalah teori yang memandang dan memahami karya sastra sebagai sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur yang memiliki fungsi dan saling berkaitan. Pradopo (2013: ) menambahkan bahwa teori struktural merupakan pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang bersifat otonom dan terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga dapat dimaknai keseluruhannya secara utuh. Berkaitan dengan penerapan metode struktural, maka langkah-langkah yang akan dilakukan adalah pertama mengumpulkan data-data yang diperlukan bagi penelitian dengan membaca cerpen karya Ih}sa>n Abdu al-quddu>s yang berjudul Suqu>t}u al- Aqli secara utuh. Data-data tersebut berupa kalimat-kalimat dalam cerpen untuk diklasifikasikan sesuai unsur-unsur intrinsik yang disebutkan sebelumnya. Kedua, menganalisis data dengan cara menentukan fungsi setiap unsur intrinsik dari cerpen dan juga menentukan hubungan antarunsur di dalam cerpen tersebut untuk diketahui keutuhan maknanya sesuai dengan teori struktural Robert Stanton. Ketiga, menyajikan hasil analisis data dalam bentuk laporan tertulis dan akan dijelaskan secara rinci dalam bagian sistematika penulisan di bawah ini.

9 9 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terbagi menjadi empat bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab kedua memuat biografi pengarang cerpen Suqu>t}u al- Aqli dan juga sinopsis singkat dari cerpen tersebut. Bab ketiga berisi analisis struktural cerpen Suqu>t}u al- Aqli yang terdiri dari fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Adapun bab keempat adalah penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap cerpen Suqu>t}u al- Aqli. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab Latin Adapun pedoman transliterasi yang digunakan dalam penelitian cerpen Suqu>t}u al- Aqli karya I s n Abdu al-quddūs menggunakan buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 th.1987 dan nomor 0543/b/u/1987. a. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin.

10 10 Huruf Nama Huruf Latin Keterangan Arab Tidak ا Alif Tidak dilambangkan dilambangkan ب Bā` B Be ت Tā` T Te ث Ṡā` S Es (dengan titik di atas) ج Jīm J Je ح Ḥā` H{ Ha (dengan titik di bawah) خ Khā` Kh Ka dan ha د Dal D De ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ر Rā` R Er ز Zai Z Zet س Sīn S Es ش Syīn Sy Es dan ye ص Ṣāḍ S{ Es (dengan titik di bawah) ض Ḍāḍ D{ De (dengan titik di bawah) ط Ṭā` T{ Te (dengan titik di bawah) ظ Ẓā` Z{ Zet (dengan titik di bawah) ع Ain ʻ Koma terbalik (di atas) غ Gain G Ge ؼ Fā` F Ef ؽ Qāf Q Ki ؾ Kāf K Ka

11 11 Lām L El ؿ Mīm M Em Nūn N En ف Wau W We ك Hā` H Ha ق Hamzah Apostrof ء Yā` Y Ye م b. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau diftong dan vokal rangkap atau diftong, dan vokal panjang. Vokal tunggal Diftong Vokal Panjang Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin ػػػػػػػػػػػػا A Ai ا...م ا.. ا.ا...ل Ā ػػػػػػػػػػػػػ I Au ا...ك...م Ī ػػػػػػػػػػػػػ U...ك Ū c. Tā Marbūṭah Transliterasi untuk Tā Marbūṭah ada dua, yaitu: tā Marbūṭah hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/ dan Tā Marbūṭah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/.

12 12 Jika pada kata yang terakhir dengan Tā Marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta kedua kata itu terpisah, maka tā Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh : ادلدينة ادلنو رة : /al-madīnah al-munawwarah/ atau /al-madīnatul- Munawwarah/. d. Syaddah Tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh : نز ؿ : /nazzala/ e. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh : الش مس : /asy-syamsu/ Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /l/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh : القمر : /al-qamaru/

13 13 f. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh : إف : /inna/, :يأخذ /ya`khużu/, قرأ : /qara`a/ g. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau ḥarakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh : كإف اهلل ذلو خري الر ازقني : /Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn/ h. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh : ك ما زلمد إل رسوؿ : /Wa mā Muḥammadun illā rasūl/