BAB I PENDAHULUAN. Quinn mengatakan (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah Tulisan yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quinn mengatakan (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah Tulisan yang khas, dengan pemanfaatan kata yang khas, tulisan yang beroperasi dengan cara yang khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Dalam sastra dikenal berbagai macam genre yang salah satunya adalah genre sastra anak. Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang dewasa (Davis via Sarumpaet, 2010:2). Salah satu bentuk sastra anak adalah cerita binatang yang biasanya disebut dengan fabel, yaitu cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia (Nurgiyantoro, 2010:22). Menurut Sarumpaet (2010:22), fabel adalah kisah didaktik yang secara baik tersembunyi maupun sangat tandas terbuka menyatakan moral dalam kisahnya. Binatang-binatang yang menjadi tokoh dalam fabel merupakan bentuk personifikasi dari tokoh manusia dalam cerita biasa. Binatang-binatang tersebut digambarkan pandai berbicara, berprilaku, dan memiliki pengetahuan seperti halnya manusia. Fabel juga mempuyai struktur yang berupa unsur-unsur intrinsik yang menyusun cerita tersebut, seperti halnya karya sastra lainnya. Akan tetapi, struktur karya sastra anak berbeda dengan karya sastra dewasa. Menurut Lukens (dalam 1

2 2 Nurgiyantoro, 2010:3) perbedaan antara keduanya bukan terdapat spesies atau hakikat kemanusiaan, melainkan pada tingkat pengalaman dan kematangan. Sastra anak terbatas dari sisi isi dan bentuk. Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang masih sedikit pada anak-anak sehingga hal-hal yang dapat dipahami oleh anak pun terbatas. Sastra anak juga terbatas dalam hal bahasa dan teknik penceritaaannya. Dapat dikatakan bahwa sederhana adalah karakteristik sastra anak. Sederhana dalam bahasa, struktur kalimat, kosakata, dan pengungkapan dalam teknik penceritaannya. Dari sisi alur, tokoh, dan hubungan antar unsurnya merupakan suatu hal yang sederhana, mudah dipahami, dan diimajinasikan oleh anak-anak (Nurgiyantoro, 2010:9). Sastra menurut Lukens (via Nurgiyantoro, 2010:3), menawarkan dua hal yang utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir bukan untuk mengajar, tetapi untuk membantu memahami sesuatu. Keterbatasan sastra anak dari berbagai sisi tersebut tidak membatasi fungsi sastra anak sebagai pendidikan dan penanaman nilai pada anak. Dalam kesederhanaan karya sastra anak, anak mendapatkan kesenangan sekaligus pelajaran dari karya sastra yang dibaca. Cerita anak Ṡamanu ar-raḥīqi merupakan salah satu cerita anak berbahasa Arab. Cerita ini mempunyai kriteria yang sesuai dengan kriteria sastra anak. Bahasanya sederhana dan disertai dengan gambar untuk membantu pemahaman dari anak. Dengan demikian karya ini menarik bila diteliti struktur ceritanya.

3 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita anak Ṡamanu ar- Raḥīqi dan bagaimanakah keterkaitan antarunsur intrinsik dalam cerita tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita anak Ṡamanu ar-raḥīqi dan keterkaitan antarunsur interinsik dalam cerita tersebut. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap sastra anak dalam karya sastra Arab sudah sering dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti dari barat seperti Mdallel (2004) telah melakukan penelitian mengenai sosiologi sastra anak di dunia Arab dengan judul The Sociology of Children's Literature in the Arab World". Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi sosiologis dunia Arab sangat mempengaruhi tema-tema yang dituliskan pada sastra anak di sana. Sebagai contoh tema-tema seperti LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) yang saat ini mulai marak ditulis di dunia Barat sangat jarang ditemukan pada karya sastra anak Arab, hal ini disebabkan isu tersebut masih tabu di dunia Arab. Al-Hazza dkk (2008) juga melakukan penelitian dengan judul Building Arab Americans' Cultural Identity and Acceptance with Children's Literature. Penelitian ini mengunakan sastra anak Arab sebagai media guru untuk memahami karakter dan latar budaya seorang murid keturunan Arab sehingga guru dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dengan lebih baik dan juga sebagai media

4 4 bagi murid non-arab untuk memahami kebudayaan lain (kebudayaan Arab) sehingga tercipta sikap toleransi di antara murid. Di sisi lain, penelitian sastra anak dalam karya sastra Arab dengan teori struktural juga sudah sering dilakukan. Di antaranya ialah yang dilakukan oleh Mustamin (2007) dalam skripsinya yang berjudul Cerita Anak Al-Bintu wa al- Asad karya Muhammad Atiyyah al-ibrāsyī: Analisis Struktural. Skripsi tersebut menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam cerita itu terdiri atas tema, tokoh, dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang. Tema yang ditemukan adalah bahwa cinta sejati memerlukan pengorbanan yang besar. Tokoh utamanya adalah seorang putri dengan beberapa tokoh tambahan lainnya. Cerita tersebut mempunyai alur yang mampu menunjukkan jati diri tokoh-tokohnya. Latar tempat yang digunakan adalah di sekitar Laut Merah, sedangkan latar waktunya, secara umum, adalah pada musim dingin. Adapun sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga serba tahu. Hubungan antar unsurnya saling berkaitan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Putri (2012) juga telah melakukan penelitian terhadap karya sastra anak dalam skripsinya yang berjudul Unsur-unsur Intrinsik Cerita Anak al-arānib wa Bi`ru al- Ma` Karya Syihāb Sulṭān: Analisis Struktural. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tokoh ada dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utamanya adalah kelinci putih. Alur ceritanya lurus dan padat, diceritakan melalui tiga tahap, awal, tengah, dan akhir. Tema pada cerita tersebut adalah persaudaraan akan membuahkan rasa kepedulian untuk menolong saudaranya yang mengalami kesulitan tanpa memperdulikan perlakuan buruk di

5 5 masa lalu. Latar tempat dan latar waktunya tergambar dalam ilustrasi. Sudut pandang orang ketiga dan hubungan antarunsurnya saling berkaitan dan saling mendukung. Sari (2013) juga telah melakukan penelitian terhadap karya sastra anak dalam skripsinya yang berjudul Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Anak ar-rā ī asy- Syujā karya Muḥammad Aṭiyyah al-ibrāsyī: Analisis Struktural. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tokoh ada dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.tokoh utamanya adalah Penggembala. Alur ceritanya lurus dan padat, diceritakan melalui tiga tahap, awal, tengah, dan akhir. Tema pada cerita tersebut adalah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Latar tempat dan latar waktunya tergambar dalam ilustrasi. Sudut pandang orang ketiga dan hubungan antarunsurnya saling berkaitan dan saling mendukung. Ketiga skripsi tersebut didominasi dengan jenis cerita istanas sentris. Cerita anak Ṡamanu ar-raḥīqi karya Firyāl Khalaf memiliki jenis cerita yang berbeda yaitu fabel dan dalam cerita anak ini selain memiliki pesan moral juga terkandung ilmu pengetahuan alam, yaitu bagaimana proses madu diciptakan dan bagaimana proses penyerbukan pada bunga terjadi. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka sejauh pengetahuan penulis penelitian mengenai unsur-unsur intrinsik dalam cerita anak Ṡamanu ar-raḥīqi karya Firyāl Khalaf perlu dilakukan untuk menambah khazanah penelitian dalam bidang sastra anak. Penelitian ini memanfaatkan teori struktural dan metode penelitiannya dengan melihat keutuhan strukturnya serta memeriksa

6 6 antarhubungan dan jalinan keterkaitan sesama elemen sastrawi pendukung karya sastra anak tersebut (Sarumpaet, 2010:39). 1.5 Landasan Teori Karya sastra, baik prosa maupun puisi adalah merupakan sebuah struktur yang memiliki unsur-unsur penyusun. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:36) mengemukakan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Cerita anak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan karya sastra yang mempunyai unsurunsur pembangun, maka landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dengan sudut pandang penilaian sastra anak. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian unsur-unsur pembangun karya sastra yang bersangkutan. Analisis struktural adalah analisis yang mengkaji hubungan unsurunsur yang terlibat dalam membangun sebuah karya sastra yang utuh (Ratna, 2011:76). Teori struktural dapat diterapkan dengan memandang unsur-unsur intrinsik sebagai bagian dari struktur karya sastra (Nurgiyantoro, 2005:36). Unsur-unsur intrinsik cerita anak adalah tokoh dan penokohan, alur dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, tema dan moral, sudut pandang, serta stile dan nada (Nurgiyantoro, 2010 b:221). Dalam hal ini, unsur-unsur intrinsik karya sastra dipilih menjadi bahan penelitian ini karena dengan menganalisi unsur-unsur tersebut akan didapatkan makna yang menyeluruh.

7 7 Noor (2005:78-79) mengatakan bahwa struktur adalah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Strukturalisme adalah aliran ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada relasi-relasi antarunsur. Relasi yang ditelaah dapat berkaitan dengan unsur-unsur dalam mikroteks (misalnya kata-kata dalam satu kalimat), atau dalam keseluruhan yang lebih luas (misalnya baris-baris atau bait-bait dalam sebuah sajak; bab-bab dalam fiksi); relasi intertekstual (karya sastra dengan karya sastra lain dalam periode tertentu). Komponen penilaian sastra anak menurut Nurgiantoro (2010) terdiri atas tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, stile dan nada, judul, ilustrasi, dan format. Adapun dalam penelitian ini, yang menjadi komponen penelitian adalah tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, serta stile dan nada. Tokoh cerita menurut Abrams (Nurgiyanntoro, 2010:223) adalah orangorang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan, seperti yang diungkapkan oleh Wiyatmi (2008:30), sama halnya dengan manusia yang ada dalam dunia nyata, yang bersifat tiga dimensi, maka tokoh dalam fiksi pun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Menurut Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2010 b:68) alur merupakan urutan kejadian yang memperlihatkan tingkah laku tokoh dalam aksinya. Pembahasan mengenai alur mencakup masalah peristiwa dan aksi yang dilakukan dan ditimpakan kepada tokoh cerita. Pola alur cerita pada sastra anak terdiri atas awal,

8 8 tengah, serta akhir dan akan ditutup dengan sebuah penyelesaian yang memuaskan anak. Unsur-unsur alur yang berupa perisiwa, konflik, dan klimaks merupakan sebuah permasalahan sederhana yang biasa terjadi pada anak-anak (Nurgiyantoro, 2010 b: ). Adapun latar merupakan sebuah landasan tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam sebuah cerita anak (Nurgiyantoro, 2010b:249). Terdapat tiga unsur latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial budaya. Kehadiran latar yang bersifat fungsional akan berkaitan dengan berbagai unsur fiksi yang lainnya (Nurgiyantoro, 2010 b:250). Tema menurut Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:260) dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita, sedangkan moral dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu yang dominan dalam pembahasan sastra anak adalah unsur dan fungsi pendidikan yang disampaikan tanpa harus mengorbankan kesenangan pada anak. Itulah yang menjadi gagasan utama dari sastra anak, dan itu adalah moral. Sebuah cerita yang berakhir dengan menangnya tokoh putih itu artinya adalah kemenangan moral (Nurgiyantoro, 2010 b:265,266). Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams via Nurgiyantoro, 2010b:269). Adapun stile dapat dipahami sebagai sebuah cara pengungkapan dalam bahasa, cara bagaimana seseorang

9 9 mengungkapkan sesuatu yang diungkapkan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010 b:274). Nada adalah pendirian atau sikap yang diambil pengarang terhadap pembaca dan terhadap masalah yang dikemukakan (Leech dan Short, dalam Nurgiyantoro, 2010b:278). Adapun judul merupakan suatu unsur yang sering kali mengacu pada latar, tokoh, tema, maupun kombinasi dari beberapa unsur (Wiyatmi, 2009:40). Oleh karena itulah, judul menjadi suatu hal yang penting karena melalui judul tersebut dapat menarik perhatian anak untuk membaca cerita tersebut. Unsur lain yang khas dari sastra anak adalah adanya ilustrasi. Ilustrasi adalah gambar-gambar yang menyertai cerita dalam buku sastra anak. Terdapat keterkaitan logika yang erat dan keterjalinan cerita yang saling mengisi dan melengkapi untuk mendukung makna secara keseluruhan. Oleh karena itu, ilustrasi dalam buku anak bersifat fungsional (Nurgiyantoro, 2010 b:90-91). Setiap unsur-unsur tersebut akan mempunyai makna setelah berada dalam hubungannya dengan unsur-unsur lain yang terkandung di dalamnya. Hasil dari teori ini adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu, dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2010 b:37). Teori tersebut kemudian diterapkan pada sebuah penilaian terhadap karya sastra anak. Penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian yang dipahami dalam kaitannya dengan tujuan pemilihan bacaan bagi anak sesuai dengan perkembangan kediriannya (Nurgiyantoro, 2010 b:67). Dalam penelitian ini teori

10 10 sastra anak dimanfaatkan sebagai pedoman dalam analisis cerita anak Ṡamanu ar- Raḥīqi, karya Firyāl Khalaf. 1.6 Metode Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah disebutkan, untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik cerita tersebut digunakan teori struktural, maka metode yang digunakan adalah metode struktural. Metode struktural melihat keutuhan strukturnya dengan memeriksa antarhubungan dan jalinan keterkaitan sesama elemen sastrawi pendukung karya (Sarumpaet, 2010:39). Penelitian ini melalui beberapa langkah. Langkah pertama adalah mengungkapkan dan mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang menusun cerpen Ṡamanu ar-raḥīqi. Unsur-unsur intrinsik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, moral, sudut pandang, serta stile, dan nada. Langkah kedua adalah mendeskripsikan setiap unsurnya dengan menganalisis tokoh dan penokohan, latar, alur, tema dan moral, sudut pandang, stile dan nada, judul serta ilustrasi yang telah diidentifikasi cerita anak tersebut. Langkah ketiga, yaitu mencari keterkaitan antarunsur yang menyusun cerita anak tersebut untuk mendapatkan suatu kesatuan makna yang utuh dari unsur-unsur tersebut. Nurgiyantoro (2010 a:58) mengungkapkan bahwa setiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian lain, serta bagaimana sumbangannya terhadap keseluruhan wacana.

11 Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian dibagi dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab II berisi sastra anak di dunia Arab dan sinopsis. Bab III berisi analisis struktural cerita anak Ṡamanu ar-raḥīqi karya Firyāl Khalaf. Bab IV berisi kesimpulan. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab Latin Transliterasi huruf Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no: 158 Th dan no: 0543b/U/ Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin. Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ا tidak Alīf tidak dilambangkan dilambangkan ب Bā B Be ت Tā T Te ث Śā s\ es (dengan titik di atas) ج Jīm J Je

12 12 Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan ح h{ā h{ ha (dengan titik di bawah) خ Khā Kh ka dan ha د Dāl D De ذ Żāl Ż zet (dengan titik di atas) ر Rā R Er ز Zai Z Zet س Sīn S Es ش Syīn Sy es dan ye ص s{ād s} es (dengan titik di bawah) ض d{ād d} de (dengan titik di bawah) ط t{ā t} te (dengan titik di bawah) ظ z{ā z} zet (dengan titik di bawah) ع ain _ koma terbalik (di atas) غ Gain G Ge ف Fā F Ef ق Qāf Q Ki ك Kāf K Ka ل Lām L El م Mīm M Em ن Nūn N En و Wāwu W We ى Hā H Ha ء Hamzah _' Apostrof ي Yā Y Ye

13 13 2. Vokal rangkap: Vokal bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal, vokal panjang, dan vokal Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang Arab Latin Arab Latin Arab Latin ـ A......ا a> Ai ي ـ I... و Au ـ...ي i> ـ U... و u> Contoh: أمام amāma marīḍatun مريضة ta`khuz\u>na تأخذون 3. Ta Marbutah Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua: Tamarbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah /t/. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh: روضة األطفال raud}ah al-at}fa>l / raud}atul-at}fa>l Contoh: ادلدينة ادلنورة al-madi>nah al-munawwarah al-madi>natul-munawwarah

14 14 4. Syaddah (Tasydi>d) Tanda Syaddah ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh: ر بنا rabbana> 5. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu al. Transliterasi pada kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah. Kata sandang syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.keduanya ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang (-). Contoh: ادللك al-maliku Contoh: الر جل ar-rajulu 6. Hamzah Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: تأخذون ta`khuz\u>na.

15 15 7. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi l, ism maupun h}arf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau h}arakah yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: وإن اهلل ذلو خ ن الر ازق ن Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>na Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>na. 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh: وما زلمد إال رسول Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>lun Penggunaan huruf awal kapital untuk Allāh hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh: نصر من اهلل وفتح قريب Nas}runminalla>hi wa fath}un qari>bun