BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PROSES PRODUKSI RUDDER TILLER DI PT. PINDAD BANDUNG MENGGUNAKAN FMEA DAN FTA* 1

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

Perancangan Quality Plan untuk Penurunan Tingkat Kecacatan Produk di PT. Sentosa Alloy Industri

Penggunaan Metode FMEA dan FTA untuk Perumusan Usulan Perbaikan Kualitas Sepatu Running

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

ANALISIS KEGAGALAN PRODUK INTEGRATED CIRCUIT (IC) DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PT X BANDUNG

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

Prosiding Teknik Industri ISSN:

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

USULAN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA, FMEA DAN FUZZY UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK BOTOL SABUN CAIR

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Perbaikan Kualitas Produk Velg Racing TL 1570 Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process & Design Of Experiment pada Proses Casting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

ANALISA PENYEBAB KEGAGALAN PRODUK WOVEN BAG DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECTS ANALYSIS (STUDI KASUS DI PT INDOMAJU TEXTINDO KUDUS)

PROSES MACHINING PEMBUATAN ZINC CAN BATTERY TYPE UM-1 DI PT. PANASONIC GOBEL ENERGI INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

4.3 Jenis-jenis dan Definisi Cacat Data Jenis-jenis dan Jumlah Cacat

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

PENINGKATAN KUALITAS PROSES PRODUKSI DI PT. INDAL ALUMUNIUM INDUSTRY TBK., SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

BAB III METODE PENELITIAN

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISIS HASIL

BAB II LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

BAB I Pendahuluan I-1

Transkripsi:

BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor merupakan salah satu jenis cacat yang paling riskan dan fungsional. Jika jenis cacat bocor sampai ke konsumen akan menjadi claim yang besar. Jenis cacat ini dapat mengakibatkan kebocoran oli pada transmisi sebagai pelumas roda gigi b. Porosity Lubang R1a~4a (24%) Lubang 1a~4a memiliki fungsi sebagai dudukan bearing. Porosity pada lubang tersebut bisa mengakibatkan diameter dalam lubang over dan longgar. c. Less Casting (16,2%) Jenis cacat less merupakan jenis cacat ketiga yang sering terjadi. Jenis cacat ini bisa mengakibatkan permukaan facing tidak flat sehingga saat Transmission Case (XCR) dirakit dengan part lain maka akan terdapat celah pada permukaan facing. 48

5.2 Penyebab terjadinya cacat Setelah mengatahui jenis cacat yang sering terjadi, maka langkah selanjutnya adalah mencari penyebab-penyebab dari cacat tersebut. Adapun penyebabnya adalah: 1. Cacat Bocor No 1 Faktor penyebab Dies kotor pada saat proses die 2 Retak (crack) permukaan 3 Dies Over Heat 4 Cairan molten kotor 5 Operator terburu-buru dalam bekerja 2. Cacat porosity lubang R1a~4a No Faktor penyebab 1 Dies kotor pada saat proses die 2 Udara terjebak saat pembekuan 3 Reaksi logam induk dengan uap air dari dies. 4 Cairan molten kotor 5 Operator terburu-buru dalam bekerja 49

3. Cacat less No Faktor penyebab 1 Sisa (Scrap) menempel pada dies 2 Dies gompal 3 Over grinding saat finishing 4 Takaran cairan (molten) kurang 5 Operator terburu-buru dalam bekerja 5.3 Pembuatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Dari data penyebab cacat diatas, maka langkah analisa yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisa penyebab kegagalan yang potensial dan mengevaluasi prioritas resiko dengan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Untuk membedakan antara modus kegagalan (modes failure), penyebab (cause failure), dan efek (effect failure), maka diambil 3 kotak terakhir dan tiap-tiap analisa akar penyebab masalah masing-masing sebagai cause failure, modes failure dan effect failure. Angka bobot yang digunakan pada Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ini didapat dari hasil diskusi subyektif pihakpihak terkait antara lain : pihak si, maintenance dan quality control. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh sebab akibat dari fungsi kegagalan yang menyebabkan cacat. Setiap penilaian diberi 50

point masing-masing yang sesuai dan diberi ranking untuk melihat mode kegagalan yang paling besar dan diberi ranking untuk melihat mode kegagalan yang paling besar terjadi. Berikut tabel 5.1 Failure Mode and Effect Analysis 51

Tabel 5.1 Failure Mode and Effect Analysis Cacat Bocor Karakteristik Produk yang diharapkan Mode failure Cause failure Efect failure Frequency Occurance Degree Severity Chance Detection Risk Priority Number (RPN) Rank Dies kotor pada saat proses die Proses Cleaning dies tidak bersih Kotoran tercampur dengan cairan yang bisa menyebabkan lubang pada bagian dalam 4 4 4 64 5 Retak (crack) permukaan Temperatur terlalu tinggi Retakan pada bagian dalam akan membesar atau memanjang ketika proses machining karena getaran mesin 6 7 6 252 2 Hasil yang bebas dari cacat bocor Dies Over Heat Cairan molten kotor Cooling sistem tidak maksimal karena terdapat lubang cooling yang tersumbat Kesalah operator melting saat mixing molten Suhu pada dies akan terlalu panas, sehingga dapat mempengaruhi kearapatan cairan molten saat pembekuan Kotoran pada cairan molten bisa mengakibatkan keropos yang menyambung pada bagian dalam 6 7 7 294 1 4 5 4 80 4 Operator terburu-buru dalam bekerja Operator lebih mengutamakan kuantitas target si Operator tidak memperhatikan potensial cacat dan kualitas sehingga sering kelolosan 5 5 6 150 3 52

Tabel 5.2 Failure Mode and Effect Analysis Cacat Porosity Lubang R1a~R4a Karakteristik Produk yang diharapkan Mode failure Cause failure Efect failure Frequency Occurance Degree Severity Chance Detection Risk Priority Number (RPN) Rank Dies kotor pada saat proses die Operator kurang bersih ketika proses cleaning dies Kotoran menempel pada dies menyebabkan lubang pada bagian dalam 4 4 4 64 5 Udara terjebak saat pembekuan Gasvent (Ventilator) tersumbat kotoran atau burry sisa alumunium Udara yang tidak memiliki saluaran keluar ketika proses pembekuan 6 5 6 180 1 Hasil yang bebas dari cacat porosity lubang R1a~R4a Reaksi logam induk dengan uap air dari dies. Cairan molten kotor Terlalu banyak memberikan manual spray pada dies Kesalah operator melting saat mixing molten Sisa spray (cairan) menjadi uap air dan menjadi keropos saat pembekuan Kotoran pada cairan molten bisa mengakibatkan keropos yang menyambung pada bagian dalam 6 5 5 150 2 5 4 6 120 3 Operator terburuburu dalam bekerja Operator lebih mengutamakan kuantitas target si Operator tidak memperhatikan potensial cacat dan kualitas sehingga sering kelolosan 6 4 4 96 4 53

Tabel 5.3 Failure Mode and Effect Analysis Cacat Less Casting Karakteristik Produk yang diharapkan Mode failure Cause failure Efect failure Frequency Occurance Degree Severity Chance Detection Risk Priority Number (RPN) Rank Sisa Operator kurang bersih Sisa yang menempel pada (Scrap) menempel pada dies ketika proses cleaning dies dies bisa membuat gompal pada bagian 6 6 5 180 1 Dies gompal Maintenance dies tidak dilakukan dengan baik Bentuk yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan standart (less) 5 6 5 150 2 Proses grinding terlalu Bagian yang terkena Hasil yang bebas dari cacat less Over grinding saat finishing dalam sehingga bagian ikut tergores gerinda goresan gerinda akan gompal dan tidak hilang ketika prose machining 7 4 4 112 3 Takaran cairan (molten) kurang Kesalah dalam seting model pouring saat ganti model Bentuk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standart karena cairan kurang (Less) 3 4 4 48 5 Operator terburuburu dalam bekerja Operator lebih mengutamakan kuantitas target Operator tidak memperhatikan potensial cacat dan kualitas sehingga sering kelolosan 4 4 4 64 4 54

5.4 Diagram Pareto RPN dan Diagram Sebab Akibat Setelah tabel Failure Mode and Effect Analysis dibuat, maka lankah selanjutnya adalah membuat urutan prioritas (ranking) berdasarkan nilai RPN tertinggi modus kegagalan dengan menggunakan diagram pareto dan menganalisa modus kegagalan tertinggi dengan menggunakan Diagram sebab akibat. 5.4.1 Diagram Pareto RPN dan Diagram Sebab Akibat Cacat Bocor Dari tabel Failure Mode and Effect Analysis cacat bocor, didapatkan modus kegagalan yang memiliki resiko tertinggi, yakni sebagai berikut : 800 700 600 500 400 300 200 100 0 294 252 Dies Over Heat Retak (crack) permukaan Pareto RPN 150 80 64 Operator Cairan molten terburu-buru kotor dalam bekerja Dies kotor pada saat proses die 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 5.1 Diagram Pareto RPN Cacat Bocor Rank 1: Dies Over Heat (RPN 294) Temperatur dies pada saat proses dies sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Dies over Heat atau temperatur dies yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kebocoran pada karena akan menimbulkan celah-celah yang sangat kecil pada bahkan sampai tidak bisa terlihat secara visual. Diagram Sebab Akibat dari Dies Over Heat adalah sebagai berikut : 55

Gambar 5.2 Diagram Sebab Akibat Dies Over Heat 5.4.1 Diagram Pareto RPN dan Diagram Sebab Akibat Cacat Porosity Lubang R1a~4a Dari tabel Failure Mode and Effect Analysis Cacat Porosity Lubang R1a~4a, didapatkan modus kegagalan yang memiliki resiko tertinggi, yakni sebagai berikut 600 500 400 300 200 100 0 180 150 120 96 64 Udara terjebak saat pembekuan Reaksi logam induk dengan uap air dari dies. Pareto RPN Cairan molten kotor Operator terburu-buru dalam bekerja Dies kotor pada saat proses die 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 5.3 Diagram Pareto RPN Cacat Porosity Lubang 56

Rank 1: Udara terjebak saat pembekuan (RPN 180) Pada dasarnya, standart dari cairan molten adalah terbebas dari udara. Karena Udara terjebak pada cairan molten akan menimbulkan keropos atau porosity pada hasil akhir. Akan tetapi hal ini masih sering terjadi karena faktor-faktor tertentu. Diagram Sebab Akibat dari Dies Over Heat adalah sebagai berikut : Gambar 5.4 Diagram Sebab Akibat Udara Terjebak Saat Casting 5.4.3 Diagram Pareto RPN dan Diagram Sebab Akibat Cacat Less Casting Dari tabel Failure Mode and Effect Analysis cacat less, didapatkan modus kegagalan yang memiliki resiko tertinggi, yakni sebagai berikut : 57

500 400 300 200 100 0 180 150 Sisa (Scrap) menempel pada dies Dies gompal Pareto RPN 112 64 48 Over grinding saat finishing Operator terburu-buru dalam bekerja Takaran cairan (molten) kurang 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 5.5 Diagram Pareto RPN Cacat Less Casting Rank 1: Scrap menempel pada dies (RPN 180) Proses Cleaning dies sebelum mesin bekerja sangat penting. Sisa atau Scrap yang menempel pada dies akan menyebabkan bentuk saat pembekuan tidak sesuai dengan bentuk standart. Hasilnya ada bagian yang less atau gompal. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dalam melakukan cleaning dies. Diagram Sebab Akibat dari Dies Over Heat adalah sebagai berikut : Gambar 5.6 Diagram Sebab Akibat Dies Scrap Menempel Pada Dies 58

5.5 Saran Perbaikan 5.4 Recomendation Action for Failure Mode No Potensial Failure Mode Potential Effect Mode Cooling System dies tidak Temperatur dies tidak stabil 1 maksimal dan sering mampet dan cenderung lebih tinggi (Over Heat) Recommendation Action Membuat schedule maintenance Cooling system Retakan pada bagian dalam Retak (crack) permukaan akan membesar atau Membuat standar 2 dalam yang tembus ke memanjang ketika proses Inspection pengecekan permukaan dalam machining karena getaran keretakan mesin 3 Operator terburu-buru dalam bekerja Rawan melakukan kesalahan dan tidak mengabaikan kualitas Melakukan training tentang kualitas secara berkala 4 Cairan molten kotor Kotoran pada cairan molten bisa mengakibatkan keropos yang menyambung pada bagian dalam Kotoran menempel dan Membersihkan tungku cairan molten seminggu sekali 5 Dies kotor pada saat proses die tercampur dengan molte yang bisa menyebabkan lubang pada Durasi cleaning dies saat si di tambah bagian dalam 59

Gasvent tersumbat sehingga Udara akan membentuk Membuat schedule 6 udara tidak memiliki saluran keropos ketika pembekuan preventive maitenance keluar gasvent pada dies Sisa spray (cairan) menjadi Penambahan item 7 Reaksi logam induk dengan uap air dari dies. uap air dan menjadi keropos saat pembekuan Setting kembali spray ketika pergantian dies pada prosedure kerja Sisa yang menempel pada dies akan Durasi waktu 8 Sisa (Scrap) menempel pada dies tercampur dengan molten yang bisa penyemprotan spray manual ditambah agar membuat gompal pada dies tidak lengket bagian 9 Dies gompal Bentuk yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan standart (less) Membuat schedule preventive maintenance dies yang konsisten 10 Over grinding saat finishing Bagian yang terkena goresan gerinda akan gompal dan tidak hilang ketika prose machining Membuat standar proses grinding dan pemasangan sampel over griding 60