BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA TEORITIS

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah:

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengaruh ekonomi internasional terhadap keseimbangan ekonomi. Hariyatno Meet-2

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB VII PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

nasional maupun internasional (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

II. TINJAUAN PUSTAKA

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Sugiarto (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Q= F(K, L, X, E) Dimana: Q= Output K=Kapital L= Tenaga kerja X= Bahan Baku E= Keahlian keusahawan Sedangkan menurut Lipsey (1995) Produksi merupakan tindakan dalam membuat komoditas, baik barang maupun jasa. Funsi produksi adalah hubungan fungsi yang memperlihatkan output maksimum yang dapat di produksi oleh setiap input dan oleh kombinasi berbagai input. Fungsi produksi memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa diperoleh dengan menggunakan berbagai alternative kombinasi kapital (K) dan tenaga kerja (T).

Sebuah fungsi produksi dapat digambarkan dalam bentuk persamaan aljabar. Secara sistematis fungsi produksi sebagai berikut: Q=f(K,T, ) Dimana: Q = Output yang dihasilkan selama suatu periode tertentu f= Gambaran bentuk hubungan dari perubahan input menjadi output K= Kapital T= Tenaga Kerja 2.2 Teori Produktivitas Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut ( Blocher, 2000). Pengukuran produktivitas berhubungan dengan perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat propektif dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Peningkatan produktivitas sektor pertanian merupakan

kemajaun dan perubahan teknologi. Adopsi teknologi pertanian padat karya (penggunaan benih unggul,pupuk, dan pestisida) serta teknologi mekanis yang padat modal (pengunaan traktor sederhana dan pembagunan sarana irigasi teknis,dan sebagainya) secara langsung atau tidak langsung telah mewarnai produktivitas itu sendiri (Arifin, 2001).. 2.3 Teori Impor Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional dalam arti sempit merupakan suatu masalah yang timbul akibat adanya pertukaran komoditas suatu negara (Salvatore, 1997). Suatu negara akan mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara tersebut (Salvatore, 1997). Secara teoritis, negara A akan mengekspor komoditas X kepada negara B apabila harga domestic komoditas tersebut (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga domestic di negara B. Hal ini terjadi karena adanya kelebihan penawaran (excess supply) di negara A, yaitu produksi domestik lebih tinggi dari pada konsumsi domestik. Hal ini menggambarkan bahwa negara A memiliki faktor produksi yang relatif melimpah. Kondisi ini menciptakan peluang bagi negara A untuk menjual kelebihan produksinya kepada negara lain. Di lain pihak, negara B mengalami kekurangan penawaran karena konsumsi domestik melebihi produksi

domestiknya (excess demand) sehingga tingkatharga domestik menjadi tinggi. Keadaan ini meninnulkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas X dari negara lain yang harganya lebih murah. Jika terjadi komunikasi antara kedua negara tersebut maka akan menyebabkan adanya perdagangan, dalam hal ini negara A mengekspor komoditasnya ke negara B. Panel A Panel B Panel C Pasar di negara 1 Hubungan perdagangan Pasar di Negara 2 Untuk komoditi X Internasional komoditi X Untuk komoditi X P x/ P y Px/P y Px/P y S X Sx P3 A S P3 P2 B E B* E* B E P C* D Impor A Dx 0 Dx x 0 x 0 x Gambar 2.1 Proses Perdagangan Internasional (Keseimbangan Parsial) Salvatore 1997 Keterangan: Px/P y : Harga relatif komoditi X P 1 : Harga domestik komoditi X di Negara 1 tanpa perdagangan internasional P 2 (E*) : Harga komoditi setelah terjadi perdagangan internasional P 3 : Harga domestik komoditi X di negara 2 tanpa perdagangan internasional A : Keseimbangan di Negara 1 A : Keseimbangan di Negara 2

B-E : Jumlah yang diekspor oleh Negara 1 B E : Jumlah yang diimpor oleh Negara 2 Secara spesifik panel A pada gambar memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P 1, Sedangkan negara 2 akan berproduksi dan mengkonsumsi di titik A berdasarkan harag relatif P 3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara keduanya, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P 1 dan P 3 seandainya kedua negara tersebut cuckup besar (kekuatan ekonominya). Jika harga yang berlaku di atas P 1, maka negara 1 akan memasok atau memproduksi komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan domestik. Kelebihan produksi tersebut selanjutnya akan diekspor (panel A) ke negara 2. Jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 maka negara 1 akan mengalami peningkatan permintaan sehinnga tingkatnya lebih tinggi daripada produk domestik. Hal tersebut akan mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X itu dari negara 1 (panel C). Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P 1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QS x) akan sama denagn kuantitas komoditi yang diminta (QD x ) oleh konsumen di negara 1, dan demikian pula halnya dengan negara 1 (Negara ini tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali). Hal tersebut memunculkan titik A* pada kurva S pada panel B (yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P 2, maka akan terjadi kelebihan penawaran (QS x ) apabila

dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditi X (QD x ), dan kelebihan itu sebesar BE.Kuantitas BE itu merupakan kuantitas komoditi X yang akan di ekspor oleh negara 1 pada harga relatif P 2. BE sama dengan B*E* dalam panel B, dan ditulah terletak titik E* yang berpotong dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negar 1 atau S. Sementara itu, panel C memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P 3 maka penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya atau QD x =QS x (titik A ), Sehingga negara 2 tidak mengimpor komoditi X sama sekali. Hal tersebut dilambangkan dengan titik A yang terletak pada kurva permintaan impor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C itu juga menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P 2 akan terjadi kelebihan permintaan (QD x lebih besar dari pada QS x ) sebesar B E. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X yang akan diimpor oleh negara 2 berdasarkan haraga relatif P 2. Lebih lanjut, jumlah itu sama dengan B*E* pada panel B yang menjadi kedudukan E*. Titik ini sendiri melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X dari penduduk di negara 2 (D). Berdasarkan harga relatif P 2, Kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 (yakni B E dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan oleh negara 1 (yaitu BE dalam panel A). Hal tersebut di perlihatkan oleh perpotongan anatara kurva D dan S setelah komoditi X diperdagangkan anatara kedua negara tersebut (panel B). Dengan demikian P 2 merupakan harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Dari panel B tersebut kita juga dapat melihat bahwa

Px/P y lebih besar dari P 2, maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi X itu (Px/P y ) akan mengalami penurunan sehinggan pada akhirnya akan sama dengan P 2. Dilain pihak apabila Px/P y lebih kecil dari P 2, maka kuantitas impor komoditi X yang diminta akan melebihi kuantitas ekspor komoditi X yang di tawarkan sehingga Px/P y akan meningkat dan akhirnya akan sama denga P 2. 2.4 Teori Tarif Hampir setiap negara masih menerapkan berbagai hambatan-hambatan perdagangan internasional. Penerapan hambatan perdagangan internasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nasional baik memprokteksi produksi dalam negeri atau menunjang industry dalam negeri agar mampu bersaing di dunia global. Bentuk hamabatan perdagangan yang paling menojol secara historis adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang di kenakan untuk suatu komoditi yang di perdagangkan lintas-batas territorial (Salvatore,1996). Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama (Salvatore,1996). Ditinjau dari aspek asal komoditi ada dua macam tarif yakni tarif impor (import tariff) yaitu pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang di impor dari negara lain dan tarif ekspor (export tariff) yaitu pajak untuk suatu komoditi yang diekspor. Dari mekanisme perhitungannya terdapat tiga jenis tarif yaitu:

1. Tarif spesifik (specific tariffs) merupakan pajak yang yang dikenakan sebagai beban tetap barang yang diimpor. 2. Tarif ad valorem (ad valorem tariffs) merupakan pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentase tertentu dari nilai barang-barang impor. 3. Tarif campuran (Compound tariff) merupan gabungan dari tarif spesifik dengan tarif ad valorem. Dalam menentukan besarnya tarif yang berlaku bagi setiap barang atau komoditi yang diperdagangkan secara internasional, para pelaku perdagangan internasional (eksportir-importir) menggunakan pedoman berdasarkan sistem tarif yang berlaku dianataranya: Tarif Tunggal (Single Column Tariff) yang merupakan Pengenaan satu tarif untuk satu jenis barang atau komoditi yang besarnya (prosentasenya) berlaku sama untuk impor komoditi tersebut dari tiap negara mana saja tanpa terkecuali. Tarif Umum/Konvensional (General Conventional/Tariff) merupakan Dikenal juga dengan istilah tarif berganda (double coloum tariff) yaitu pengenaan satu tarif untuk satu komoditi yang besar prosentase tarifnya berbeda antara satu negara dengan negara lain. Tarif Preferensi (Preferensi Tariff) merupakan Tarif yang ditentukan oleh lembaga tarif internasional GATT yang persentasenya diturunkan, bahkan untuk beberapa komoditi sampai menjadi 0% yang diberlakukan oleh negara terhadap komoditi yang diimpor dari negara-negara tertentu karena adanya hubungan khusus antara negara pengimpor dengan negara pengekspor.

2.5 Dampak Kebijakan Perdagangan Internasional Kebijakan perdagangan internasional merupakan suatu keputusan pemerintah yang berfungsi untuk melindungi petani dalam negeri. Kebijakan tersebut meliputi pengenaan pajak masuk kepadan barang yang masuk dalam negeri (Tarif) dengan harapan akan mengurangi persaingan yang akan terjadi apabila produk tersebut juga dihasilkan oleh petani dalam negeri. Menurut Mankiw (2003) kebijakan perdagangan yang didefinisikan secara luas merupakan kebijakan yang dirancang untk mempengaruhi secara langsung jumlah barang dan jasa yang diekspor maupun diimpor. Biasanya kebijakan perdagangan berbentuk perlindungan pada industry dalam negeri dari pesaing asing, baik dengan menerapkan pajak impor (Tarif) atau membatasi jumlah barang dan jasa yang diimpor (kouta). Kenaikan harga barang-barang domestik relatif terjadi terhadap barangbarang luar negeri cenderung mengurangi ekspor karena akan mendorong impor dan menekan ekspor. Jadi apresiasi menghapus kenaikan ekspor yang langsung bisa dikaitakan dengan hambatan perdagangan. Kebijakan perdagangan proteksionis mempengaruhi jumlah perdagangan. Karena kurs riil terapresiasi maka barang dan jasa yang di produksi menjadi relatif lebih mahal terhadap barang dan jasa luar negeri. Penurunan jumlah perdagangan total merupakan alasan yang selalu digunakan para ekonomi untuk menentang kebijakan proteksionis. Perdagangan internasional menguntungkan semua negara dengan memberikan kebebasan pada setiap negara untuk melakukan spesialisasi dan memberikan setiap negara variasi

barang dan jasa yang lebih beragam. Kebijakan proteksionis mengurangi manfaat perdagangan internasional meskipun kebijakan ini menguntungkan kelompokkelompok tertentu dalam masyarakat. 2.6 konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing negara akan memproduksi barang dan jasa yang di dapat dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak di produksinya (Lipsey, 1997) Adapun faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri. 2. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi. 3. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut. 4. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara. 5. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain dan terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negarapun di dunia dapat hidup sendiri. 6. Adanaya kesamaan selera.

Menurut Salvatore (1997) pada dasarnya model perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama yaitu: 1. Hubungan antar batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif. 2. Hubungan antara barang-barang relatif. 3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia. 4. Dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi denagan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara. 2.7 Penelitian Terdahulu Menurut Bonar, Kariyasa, Dedi dan Sintya (2013) dalam penelitiannya Impact Of Maize Import Tariff Policy Changes On Production And Consumption In Indonesia, telah meneliti tentang dampak tarif impor jagung terhadap produksi dan konsumsi Indonesia dengan mengunakan metode analisis model multimarket hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan tarif impor jagung mempengaruhi produksi ternak di Indonesia. Ketika pemerintah meningkatkan tarif impor jagung sebesar 10 persen permintaan jagung baik oleh budidaya ayam pedaging skala besar dan kecil masing-masing akan turun 0,511 dan 0,359 persen. Akibatnya produksi untuk broiler dari pembudidaya ayam pedaging mengalami penurunan sebesar 0,456 persen. Fenomena yang sama juga terjadi di lapisan bisnis. Sebaliknya penurunan kebijakan tariff impor pada jagung menyebabkan harga menjadi lebih rendah serta berdampak pada peningkatan permintaan jagung untuk

pertanian baik skala besar maupun kecil dari 0,244 dan 0,264 persen. Kondisi ini memicu peningkatan produksi dari pertanian skala besar maupun kecil. Menurut Akhmad (2014), dalam penelitiannya yang mengambil judul Dampak Kebijakan Tarif Impor Beras Terhadap Surplus Produsen Dan Konsumen yang telah meneliti pengaruh tarif impor terhadap surplus produsen maupun konsumen. Analisis dalam penelitian ini menggunakan penghitungan distribusi manfaat (gains) dan kerugian (losses) yang di peroleh dari produsen, konsumen, pemerintah dan masyarakat keseluruhan. Dalam penelitiannya penulis menggunakan angka elastisitas permintaan dan penawaran beras. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan tarif impor apabila hanya dilihat dari sisi produsen, menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif impor yang di tetapkan pemerintah akan menyebabkan tingginya harga beras di dalam negeri, yang berdampak terhadap naiknya harga gabah di tingkat petani sehingga memacu produsen untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri sehingga kesejahteraan produsen terpenuhi. Kebijakan tarif impor beras jika hanya dilihat dari sisi konsumen maka akan semakin tinggi tarif impor yang dikenakan terhadap komoditas beras akan menyebabkan tingginya harga beras sehingga memaksa konsumen untuk mengurangi konsumsinya yang tentunya mengakibatkan permintaan beras dalam negeri berkurang dan kesejahteraan konsumen menurun. Menurut Wayan,Susila dan Bonar (2005) dalam penelitiannya Analisis Kebijkan Industri Gula Indonesia kebijakan yang dianalisis dalam penelitian ini menvakup kebijkan produksi,harga dan perdagangan. Dalam kebijakan perdaganan di fokuskan pada analisis kebijakan tarif impor dan tariff-rate quota

(TRQ). Hasil penelitian ini menunjukan kebijakan tarif impor dan TRQ mempunyai pengaruh signifikan terhadap industry gula dalam negeri dengan tingkat efektivitas yang bervariasi secara umum. Kebijakan tersebut cukup efektif untuk meningkatkan areal, produksi dan mengurangi impor. Berbagai kombinasi kebijakan tarif impor dan TRQ merukapan instrumen kebijakan yang efektif untuk mengembangkan indstri gula dan impor gula. 2.8 Kerangka Konseptual Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayur-sayuran yang selalu mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi harga tidakk dapat dihindari dan selalu menjadi masalah rutin baik ketika harga bawang merah naik ataupun turun drastis. Kebijakan yang dianut pemerintah saat ini belum merupakan kebijakan jangka panjang dalam pengertiannya kebijakan tersebut masih sering dilakukan revisi. Revisi dilakukan karena alasan ekonomi,social,bahkan tekananan dari kelompok berkepentingan seperti petani ataupun industri-industri pengelola bawang merah tersebut. Dalam permentan 86/2013 yang mengatur tentang pengendalian impor produk hortikultura baik tentang penetapan harga referensi produk maupun mekanisme impor produk hortikultura. Hal ini diikuti dengan penetapan Buku Tarif Kebapean Indonesia tahun 2012 yang menetapakan Bea Masuk impor bawang merah yang ditetapakan sebesar 20%. Permintaan bawang merah cenderung merata setiap saat sementara produksi bawang merah bersifat musiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak karean adanya senjang antara pasokan dan permintaan sehingga dapat

menyebabkan gejolak harga antar waktu. Permintaan bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi bawang merah pada masyarakat. Jika pemerintah bermaksud mengatasi masalah tersebut secara jangka panjang, pemerintah harus mengambil kebijakan yang bersifat fundamental (mendasar). Kebijakan tersebut akan memerlukan biaya yang cukup besar, namun diyakini mampu menyelesaikan masalah secara lebih mendasar dan jangka panjang. Investasi biaya yang mahal tersebut akan terbayar jika masalah fluktuasi harga dan produktivitas bawang marah dalam negeri mampu menghasilkan. Kerangka konseptual kebijakan penerapan tarif impor terhadap produktivitas impor bawang merah terdapat pada gambar 2. Sebelum Tarif Impor Produktivitas Bawang Merah Setelah Tarif Impor 2.9 Hipotesis Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Terdapat dua hipotesis yaitu hipotesis negative (Ho) yang merupakan hipotesis yang menyangkal jawaban sementara yang dirancang oleh peneliti yang harus diuji kebenarannya dengan analisa

statistik dan hipotesis statistik (Ha) merupakan hipotesi yang akan diuji kebenarannya melalui perhitungan statistik. Berdasarkan perumusan masalah maka peneliti menetapkan hipotesis di dalam penelitiannya yaitu: 1. Adanya perbedaan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara terhadap sesudah dan sebelum berlakunya tarif impor.