PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-131

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN, PEMURNIAN DAN STABILITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) BERTANDA RADIOIODIUM-131. Aang Hanafiah Ws, Eva Maria Widyasari, Nanny Kartini Oekar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

3. METODOLOGI PENELITIAN

Hendig Winarno. Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi Batan ABSTRAK

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

PREPARASI SAMPEL UNTUK PENGUKURAN HORMON PROGESTERON SAPI PADA APLIKASI TEKNIK RADIOIMMUNOASSAY

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

OPTIMASI PENANDAAN CA 15.3 DENGAN NA 125 I PRODUKSI PRR SEBAGAI PERUNUT KIT IRMA CA 15.3 ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1. Alat kromatografi gas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

3 Metodologi Penelitian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

PENENTUAN PROFIL ELUSI 125 I SEBAGAI PERUNUT UNTUK TUJUAN RADIOIMMUNOASSAY (RIA) Maiyesni, Mujinah, Dede Kurniasih, Witarti, Triyanto, Herlan S.

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI FLAVONOID DAUN TEH HIJAU (Camelia sinensis L. Kuntze) SECARA REAKSI WARNA DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Afriani Kusumawati

BAB 3 METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

2018 UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

4 Pembahasan Degumming

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

BAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

ANALISIS KADAR ASAM LEMAK ESENSIAL PADA KULIT BIJI JAMBU METE (Annacardium occidentale L.)

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

PENGARUH WAKTU DAN SUHU INKUBASI PADA OPTIMASI ASSAY KIT RIA MIKROALBUMINURIA

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

Transkripsi:

PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-131 Isti Daruwati, Eva Maria Widyasari, Nanny Kartini Oekar Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN, Jl. Tamansari No.71 Bandung 40134 e-mail : isti@batan-bdg.go.id ABSTRAK PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-13. Penelitian terhadap fraksi aktif benalu teh telah dilaksanakan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR)-BATAN. Fraksi aktif benalu teh ini memiliki kemampuan inhibisi sebesar 99% terhadap sel kanker. Isolat tersebut adalah senyawa octadeca-8,10,12-triyonic acid yang merupakan senyawa asam lemak tak jenuh rantai panjang dengan tiga buah ikatan rangkap tiga. Struktur fraksi aktif benalu teh tersebut mirip dengan asam linolenat yang merupakan senyawa asam lemak rantai panjang dengan tiga buah ikatan rangkap dua. Kesamaan jumlah ikatan rangkap asam linolenat dengan fraksi aktif benalu teh dijadikan sebagai dasar untuk studi awal penandaan. Lingkup penelitian diarahkan pada pencarian kondisi optimum penandaan asam linolenat dengan radionuklida iodium-131. Penandaan dilakukan dengan metode iodinasi menggunakan KIO 3 sebagai oksidator Na 131 I sehingga mampu mengadisi senyawa asam linolenat dan untuk menghentikan reaksi digunakan reduktor natrium metabisulfit. Penentuan hasil penandaan dilakukan dengan metode kromatografi kertas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penandaan yang terbaik dilakukan dengan menggunakan oksidator KIO 3 dengan kemurnian radiokimia 99,44% dalam pelarut VCO dan efisiensi penandaan sebesar 69,9 %. Stabilitas larutan memiliki kemurnian radiokimia yang tinggi hingga 10 hari penyimpanan dalam lemari es, yaitu 96,85 % dalam pelarut kloroform dan 98,33% dalam pelarut VCO. Kata kunci : penandaan, asam linolenat, Iodium-131, isolat benalu teh. ABSTRACT A STUDY ON LABELLING OF LINOLENIC ACID AS A MODEL OF ISOLATED BENALU TEH FOR CANCER DIAGNOSIS WITH IODINE-131. A study on active fraction of benalu teh has been carried out at Center for Application of Isotope and Radiation Technology - BATAN. This benalu teh active fraction has inhibition capability about 99% to the cancer cell. The isolated fraction is octadeca-8,10,12-triyonic acid compound which have long chain unsaturated fatty acid compound with three triple bonds. The Benalu teh active fraction has similar structure with linolenic acid which is a long chain unsaturated fatty acid with three triple bonds. Based on this similarity, the study of labelling of linolenic acid with iodine-131 has been conducted. The research was focused on optimum conditions for labelling of linolenic acid using Iodine-131 radionuclide. Labelling with iodine-131 was conducted using KIO 3 as an oxidizing agent, which can additionated linolenic acid and sodium metabisulfit for ending the reaction. Labelling efficiency determination was conducted using paper chromatography technique. The result showed that the optimum condition achievedby using KIO 3 as an oxidizing agent that gave radiochemical purity of 99,44% in virgin coconut oil, and labelling efficiency of about 69,9%. The labelled compound has high radiochemical purity i.e 96,85% in chloroform and 98,33% virgin coconut oil that was stable until 10 days in refrigerator. Key words : labelling, linolenic acid, Iodine-131, isolated of Benalu the 365

1. PENDAHULUAN Asam linolenat merupakan asam lemak tak jenuh esensial yang memiliki 18 rantai karbon dengan 3 ikatan rangkap dua pada posisi C9, C12 dan C15. Berdasarkan posisi ikatan rangkapnya, senyawa ini dikelompokkan ke dalam golongan asam lemak Omega 3 [1]. Di dalam tubuh, asam linolenat merupakan prekursor dalam pembentukan DHA (Asam Dokosaheksaenoat) yang penting bagi tubuh, yaitu untuk mendukung tumbuh kembang otak dan proses penglihatan; menurunkan kadar kolesterol darah; serta mencegah aterosklerosis, stroke dan penyakit jantung koroner. Asam linolenat banyak ditemukan didalam sayuran, biji-bijian, susu dan ikan [1,2]. Pada tahun 2002, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN telah melakukan penelitian terhadap zat anti kanker dari fraksi aktif benalu teh (Scurulla artopurpurea (BL) DANS). Benalu teh merupakan tanaman parasit yang tumbuh pada pohon teh (Thea sinensis). Isolasi komponen kimia dari benalu teh ditemukan 16 isolat murni. Berdasarkan hasil bioassay terhadap ke-16 isolat tersebut, ditemukan bahwa octadeca-8,10,12-triyonic acid sangat aktif menghambat invasi sel kanker secara in vitro dengan nilai inhibisi 99% pada konsentrasi 10µg/mL [3]. Senyawa octadeca-8,10,12-triyonic acid merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang dengan tiga buah ikatan rangkap tiga [3,4]. Baik dengan metode pengujian in vitro maupun in vivo yang dikembangkan Hitoshi Akedo, diketahui bahwa zat ini tidak membunuh sel kanker, melainkan menghambat invasi sel kanker sehingga sel tidak mengalami metastasis [5,6]. Rky Zee-Cheng dalam tulisannya mengenai penelitian anti kanker tanaman benalu dalam jurnal Drugs of the Future mengatakan, pasien penderita kanker yang diberi ekstrak benalu dari spesies Viscum album menunjukkan perbaikan pada DNA dalam limfosit dan sel kekebalan tubuh [7]. Zee-Cheng menyatakan bahwa senyawa bioaktif yang berperan sebagai antikanker adalah petida, oligisakharida, alkaloid, polifenol, dan flavanoid [7]. Ruang lingkup penelitian ini diarahkan kepada penandaan fraksi aktif benalu teh tersebut dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dalam diagnosis dan terapi kanker. Sebagai penelitian awal, penandaan dilakukan dengan menggunakan senyawa asam lemak rantai panjang yang mirip dengan senyawa octadeca-8,10,12-triyonic acid. Senyawa tersebut adalah asam linolenat yang memiliki tiga ikatan rangkap dua. Radionuklida yang digunakan adalah Iodium-131, yang diharapkan dapat mengadisi ikatan rangkap dari asam linolenat setelah mengalami oksidasi menjadi iodomonoklorida. Penelitian sebelumnya telah dilakukan tehadap senyawa asam oleat yang ditandai dengan Iodium-131 [8,9]. Penandaan asam linolenat- 131 I yang optimal ditentukan dengan mencari metode penandaan yang ideal menggunakan oksidator Kalium iodat. Selanjutnya menentukan konsentrasi asam linolenat, konsentrasi oksidator, waktu dan suhu penyimpanan sehingga diperoleh kemurnian radiokimia yang tinggi. 2. TATA KERJA 2.1. Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan adalah Na 131 I yang diperoleh dari PT. Batan Teknologi, Asam linolenat buatan Sigma, Natrium metabisulfit, Kalium Iodat, Kalium Iodida, Asam Klorida, Ammonium sitrat, Kloroform, VCO, air untuk injeksi buatan IPHA, kertas kromatografi Whatman 1. Peralatan yang digunakan terdiri dari tabung reaksi, corong pisah, vortex-mixer (Retcsh), jarum suntik disposable (Terumo), pencacah gamma saluran tunggal (Ortec), Delux Isotop Calibrator (Victoreen), satu perangkat alat kromatografi kertas, timbangan analitis (Metler Toledo), pipet mikro (eppendorf) dan alat-alat gelas lainnya. 2.2. Pembuatan larutan Iodomonoklorida Sebanyak 2 ml larutan Kalium Iodida 1M dan 2 ml larutan kalium iodat 0,5M dimasukkan ke dalam vial. Kemudian masukkan 6 ml HCl 10 N. Ekstraksi ICl yang terbentuk dengan kloroform hingga warna merah pada fraksi kloroform hilang. 2.3. Penandaan asam linolenat dengan Na 131 I Sebanyak 25 250 μl asam linolenat konsentrasi 91,4μg/μL ditambah dengan kloroform hingga volume 500μL. Kemudian ditambahkan 100μL ICl (konsentrasi 0,03mmol/100μL), kocok. Masukkan Na 131 I dengan aktivitas 2-3 mci kocok dengan vortex selama 5 menit. Dinginkan pada suhu 0 5 o C 366

selama 15 menit. Cuci larutan dengan 1 ml Natrium sulfit 0,1 M. Kemudian cuci dengan 1 ml aqua dest. Keringkan dengan Natrium sulfat anhidrat 2.4. Penentuan kemurnian radiokimia asam linolenat- 131 I Kemurnian radiokimia asam linolenat- 131 I ditentukan dengan kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman 1 dan eluen ammonium sitrat 0,02 M ph 9. Setelah dielusi, kertas dikeringkan dan dipotong tiap cmnya. Selanjutnya dilakukan pencacahan dengan pencacah gamma saluran tunggal. Stabilitas larutan ditentukan dengan menentukan kemurnian radiokimia selama 5 hari berturutturut. 2.5. Penentuan efisiensi penandaan Efisiensi penandaan ditentukan dengan membandingkan aktivitas asam linolenat- 131 I dengan aktivitas awal (Na 131 I). 2.6. Pengaruh pelarut Pelarut ekstraksi diganti dengan kloroform dan virgin coconut oil (VCO) 2.7. Optimasi penandaan dengan memvariasikan jumlah asam linolenat Dilakukan penandaan dengan menvariasikan asam linolenat konsentrasi 91,4μg/μL dengan pemipetan 25 μl, 50 μl, 100 μl, 150 μl dan 250 μl. 2.8. Optimasi penandaan dengan memvariasikan konsentrasi ICl sebagai oksidator Dilakukan penandaan dengan memvariasikan ICl dengan konsentrasi 3 μmol/μl dengan pemipetan 25 μl, 50 μl, 100 μl dan 150 μl. 2.9. Optimasi penandaan dengan memvariasikan suhu dan waktu penyimpanan Larutan hasil penandaan disimpan dalam temperatur kamar dan dalam lemari es kemudian ditentukan kemurnian radiokimia dalam penyimpanan pada hari ke- 0, 3, 4, 5, 6 dan 7. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penandaan asam linolenat dengan radionuklida Iodium-131 dilakukan sebagai studi awal dalam rangka penandaan isolat benalu teh dengan radionukida yang sama. Pemilihan asam linolenat sebagai model isolat benalu teh didasarkan atas kemiripan struktur kedua senyawa tersebut. Baik asam linolanet maupun isolat benalu teh yaitu octadeca- 8,10,12-triyonic acid memiliki ikatan rangkap sehingga mudah mengalami adisi oleh Iodium- 131. Struktur kedua senyawa ini dapat dilihat pada Gambar 1 [1,3]. Gambar 1. Struktur Kimia Asam Linolenat (A) dan octadeca-8,10,12-triyonic acid(b) Untuk memperoleh kondisi optimum penandaan, terlebih dahulu dibuat larutan iodomonoklorida (ICl) menggunakan oksidator kalium iodat (KIO 3 ) dalam suasana asam pekat (HCl). Selanjutnya, iodomonoklorida yang terbentuk diekstraksi dengan kloroform untuk memisahkan dengan pereaksinya antara lain KIO 3 dan KI. Reaksi yang terjadi seperti persamaan 1 dan 2 sebagai berikut [10]: IO 3 - + 2 I - + 6 H + 3 I - + 3 H 2 0 (1) 3 I - + 3 Cl + 3 Icl (2) Asam linolenat merupakan asaio3- + 2 I- + 6 H+ Ò 3 I- + 3 H20 m lemak rantai panjang yang mudah larut dalam pelarut semi polar dan non polar sehingga pada tahap penandaan dilakukan menggunakan pelarut yang bersifat non polar. Beberapa pelarut yang digunakan antara lain VCO dan kloroform. Reaksi penandaan asam linolenat dan iodomonoklorida merupakan reaksi adisi, yaitu ikatan rangkap asam linolenat diganti dengan radionuklida Iodium-131. Pada tahap awal penandaan, optimasi dilakukan dengan memvariasikan volume asam linolenat. Pada Gambar 2, kemurnian radiokimia yang diperoleh di atas 90%. Kondisi optimum terjadi pada volume asam linolenat sebesar 100µL yaitu 95,7%. Pada volume asam linolenat yang lebih tinggi tampak adanya penurunan 367

persentase kemurnian radiokimia namun masih di atas 90%. Dari hasil penandaan ini, volume asam linolenat yang digunakan adalah volume terkecil yaitu 25μL karena hasil kemurnian radiokimianya sudah cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan kemurnian radiokimia untuk volume asam linolenat 100μL. Selain itu, pemilihan volume terkecil juga berdasarkan keterbatasan jumlah asam linolenat dalam kegiatan penelitian ini. atas 56%. Rendemen yang diperoleh memang relatif rendah, karena volume yang dipisahkan juga relatif rendah yaitu dalam orde mikrogram. Peningkatan efisiensi penandaan dapat dilakukan dengan melakukan pencucian berulang sebanyak 3 kali. Ketrampilan dari peneliti yang mengerjakan tahap ini juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi penandaan yang diperoleh. Tabel 1. Efisiensi Penandaan Volume ICl dengan konsentrasi 0,3 μmol/μl Aktivitas awal (Na 131 I) (mci) Aktivitas asam linolenat- 131 I (mci) Efisiensi penandaan (%) 25 μl 0,966 0,675 69,9 50 μl 1,087 0,610 56,1 100 μl 1,500 1,017 67,8 150 μl 1,444 0,924 64,0 Gambar 2. Optimasi penandaan asam linolenat- 131 I dengan variasi volume asam linolenat Setelah diperoleh volume asam linolenat, selanjutnya dilakukan variasi volume ICl. Pada Gambar 3, terlihat bahwa variasi volume ICl 25 μl memberikan kemurnian radiokimia sebesar 85,27%. Peningkatan volume ICl memberikan peningkatan persentase kemurnian radiokimia yang diperoleh. Kemurnian radiokimia yang tertinggi diperoleh hingga 98,48% dengan volume 150 μl. Gambar 3. Optimasi penandaan asam linolenat- 131 I dengan variasi volume ICl Pada penelitian ini, hasil penandaan berupa asam linolenat- 131 Iodium dengan pereaksi lainnya seperti asam linolenat, Iodium-131 dan ICl dilakukan dengan metode ekstraksi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan efisiensi penandaan dari tiap perlakuan. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, efisiensi penandaan yang diperoleh di Gambar 4. Optimasi penandaan asam linolenat- 131 I dengan variasi suhu penyimpanan Stabilitas senyawa bertanda yang diperoleh merupakan hal yang sangat penting dalam optimasi penandaan. Stabilitas senyawa bertanda asam linolenat- 131 Iodium ditentukan dengan melakukan variasi penyimpanan pada temperatur kamar dan lemari es (4 0 C) dalam pelarut kloroform. Pada Gambar 4, terlihat bahwa penyimpanan dalam lemari es cenderung menunjukkan hasil yang relatif lebih baik dibandingkan dalam temperatur kamar. Mulamula senyawa bertanda asam linolenat- 131 Iodium memiliki kemurnian radiokimia yang cukup tinggi yaitu 97%. Namun pada penyimpanan temperatur kamar menunjukkan penurunan yang signifikan pada hari keempat sebesar 94,87% selanjutnya terus menurun hingga hari keenam sebesar 91,66%, sedangkan pada penyimpanan dalam lemari es tidak menunjukkan adanya penrunan kemurnian radiokimia yang cukup signifikan. Pada hari keenam, kemurnian radiokima yang diperoleh sebesar 97,70%. Walaupun pada 368

hari keempat tampak adanya penurunan hingga 96,25%, hal ini dianggap tidak berbeda secara signifikan. Pada Gambar 5, ditampilkan stabilitas senyawa bertanda dalam pelarut yang berbeda. Penentuan stabilitas senyawa bertanda diamati selama 5 hari berturut-turut dan pada hari ke-10. Dua macam pelarut yang digunakan adalah kloroform dan VCO. Kondisi penandaan awal diperoleh kemurnian radiokimia dalam kloroform sebesar 98,47% dan dalam VCO sebesar 99,44%. Selama 10 hari penyimpanan, senyawa bertanda dalam pelarut VCO maupun kloroform menunjukkan stabilitas yang baik yang ditunjukkan oleh persentase kemurnian radiokimia yang cukup tinggi yaitu berturutturut 98,33% dan 96,85%. Jika dibandingkan antara kedua pelarut tersebut, pelarut VCO lebih menguntungkan dibandingkan kloroform karena pada penyimpanan yang cukup lama dalam lemari es, kloroform cenderung lebih mudah menguap sehingga larutan harus diencerkan kembali sesaat sebelum digunakan, sedangkan dalam pelarut VCO volume larutan relatif tidak berubah sehingga lebih stabil dibandingkan kloroform. Gambar 5. Stabilitas asam linolenat- 131 I dalam pelarut kloroform dan VCO 4. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum penandaan asam linolenat dengan Iodium-131 diperoleh dengan menggunakan oksidator KIO 3. Kemurnian radiokimia yang diperoleh sebesar 99,44% dalam pelarut VCO dengan efisiensi penandaan sebesar 69,9 %. Stabilitas senyawa bertanda memiliki kemurnian radiokimia yang tinggi hingga 10 penyimpanan dalam lemari es, yaitu 96,85% dalam pelarut kloroform dan 98,33% dalam pelarut VCO. Hasil dari penelitian pendahuluan ini, selanjutnya dapat diterapkan langsung kepada fraksi aktif benalu teh sebagai fraksi aktif antikanker pada penelitian selanjutnya. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Bapak Kustiwa yang telah banyak membantu dalam kegiatan penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Wikipedia. Alpha-linolenic acid (2009. April. 3). Available : http://en.wikipedia.org/wiki/ Alphalinolenic_acid 2. CONNOR, W.E., Importance of n-3 fatty acid in health and disease.the American Journal of Clinical Nutrition. 71 (suppl) (2000)171S-5S. 3. OHASHI, K., et al., Indonesian medicinal plants XXV. Cancer cell invasion inhibitory effects of chemical constituents in the parasitic plant Scurulla artopurpurea (Loranthaceae), Chemical and Pharmaceutical Buletin, 51 (3) (2003) 489-492. 4. OHASHI, K., WINARNO. H., MUKAI, M., SHIBUYA, H., Preparation and cancer cell invasion inhibitory effects of C 16 -alkynic fatty acids, Chemical and Pharmaceutical Bulletin, 51 (4) (2003) 463-466. 5. WINARNO, H., Senyawa antikanker dari benalu teh, Kompas, 30 Desember 2003, hal 10. http://www2.kompas.com/kompascetak/0310/30/inspirasi/ 657330.htm 6. DURYATMO S., FITRIANI V., Penelitian benalu teh. http://softwarekomputer. blogspot.com/2008/05/penelitian-benaluteh. html 7. CHENG, R.K.-Y.Z., Anticancer research on Loranthaceaca plants, Drugs of The Future, 22 (1997) 519-530. 8. SUNARHADIYOSO, WAYAN, R.S., Radioiodinasi lemak dan asam lemak dengan metode iodomonoklorida, PRAB- 670/Sem-64/77, Bandung. 9. ADAM S., Pengaruh beberapa perubahan parameter pada sintesis asam oleat- 131 I (Prosiding Seminar Sains dan Teknologi Nuklir, Bandung, 7-9 Februari 1994) Pusat Penelitian Teknik Nuklir, BATAN. (1994)186-189. 10. ROTH HJ.,BLASCHKE G., Analisis Farmasi. Soebito S., Ed., Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 1998. 369