ANALISA WASTE MATERIAL KONSTRUKSI DENGAN APLIKASI METODE LEAN CONSTRUCTION (STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN SHOWROOM AUTO 2000) Raedian Aulia Adlin 1, Nursyamsi 2, Andy Putra Rambe 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: raedians@gmail.com 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: njnursyamsi@gmail.com 3 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: andyputrarambe@gmail.com ABSTRAK Material adalah salah satu komponen dari biaya yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek. Adanya waste sangat dihindari agar tidak menimbulkan kerugian. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi material dan penyebab terjadinya waste dengan metode lean construction. Dimana pada lean construction, kita dapat melihat proses apa saja yang berpotensi menyebabkan waste material. Pada proyek pembangunan Showroom Auto 2000 Binjai, Banyak ditemukan masalah dalam proses konstruksi seperti, perubahan gambar proyek, perubahan spesifikasi, tempat penyimpanan yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan lainnya yang menyebabkan waste material. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengevaluasi jenis waste material yang dihasilkan dalam proyek konstruksi, untuk mengidentifikasi proses yang menghasilkan limbah (sumber limbah) pada proyek konstruksi d engan menggunakan metode lean construction, dan Untuk mengetahui waste level tertinggi dan terendah yang ada di proyek. Dari hasil identifikasi material yang berbiaya besar dan berpotensi menimbulkan waste dan analisa pareto didapat 4 material yang berpotensi menimbulkan waste yang besar yaitu : Besi D10mm, atap zinc aluminium,, Besi D19mm, Besi D16mm. Dari hasil analisa waste level, didapat persentase limbah dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu : Besi D10mm sebesar = 3.69%, Atap Zinc Aluminium sebesar = 2.06%, Besi D16mm sebesar = 0.90%, dan Besi D19mm sebesar = 0.19%. Dari identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction, didapatkan defect (cacat produk konstruksi), over production, dan Inventory merupakan penyebab dari waste material di proyek pembanguna Showroom Auto 2000. Pada defect, waste material terjadi disebabkan oleh perubahan spesifikasi bangunan oleh owner yang menyebabkan berubahnya dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over production, waste material terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana. Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena tempat penyimpanan material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik ini menyebabkan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, dan terhambatnya pengambilan material. Kata kunci: Waste Material, Lean Construction, Waste Hierarchy ABSTRACT Material is one of the components of the costs that plays an important role in the success of a project. Waste is avoided so as not to cause harm to the material. It is necessary for material identification and cause of waste with lean construction methods. Where in lean construction, we can see what processes potentially cause waste material. At the 2000 Auto Showroom development projects Binjai, have found some problems in the construction process such as, changes in project drawings, specification changes, poor storage, and other technical problems that led to the field of waste material. The purpose of this study was to evaluate the type of material waste generated in construction projects, to identify the processes that produce waste (waste sources) in construction projects using lean methods of construction, and to know the high and low level waste in the project. From the results of the costly material identification and potential waste and Pareto analysis obtained 4 material that potentially cause great waste, namely: D10mm rebar, zinc aluminum roof, D19mm rebar, D16mm rebar. From the analysis of the level of waste, waste percentage derived from the largest to the smallest: D10mm Rebar = 3.69%, Zinc Aluminium Roof = 2.06%, D16mm Rebar = 0.90%, and D19mm Rebar = 0.19%. From the identification process that produces waste with lean construction, obtained defect, over production, and Inventory is the cause of the waste material in the construction project in 2000. At Auto Showroom defects, waste of material
occurs due to changes in the specifications of the building by the owner who causes changing the dimensions of the existing building in construction project. At over production, waste of material occurs due to lack of material optimization in the project by the executor. While on inventory, waste of material occurs as a storage material that is still not good. This lack of inventory which causes the material damaged caused by the weather, the loss of some material, and propelling the material making. Keywords: Waste Material, Lean Construction, Waste Hierarchy 1. PENDAHULUAN Proyek konstruksi melibatkan banyak peserta (multiparties) untuk melakukan kegiatan yang direncanakan. Masing masing peserta saling berinteraksi satu sama lain hingga semua pekerjaan yang di jadwalkan selesai. Semua bertindak untuk kepentingan mereka sendiri, berusaha untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, material, dan peralatan yang di sediakan. Untuk itu, perlu pendekatan untuk membawa masing masing stakeholder dalam keselarasan dengan janji - janji kepada pelanggan (costumer). Konstruksi di Indonesia pada saat ini terdapat banyak permasalahan mengenai ketidakefisienan dalam pelaksanaan konstruksinya. Penyebab dari ketidakefisienan ini seperti kinerja yang buruk, terjadinya pemborosan (waste) sumber daya yang dipakai selama prose s konstruksi, namun tidak menambah nilai dari fungsi sumber daya yang dipakai. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Lean Construction Institute (LCI), waste pada industri konstruksi sekitar 57% dan kegiatan yang memberikan nilai tambah hanya sebesar 10% (Abduh, 2007). Pada proyek pembangunan Showroom Auto 2000 ini telah ditemukan masalah dalam proses konstruksi seperti, perubahan gambar proyek, perubahan spesifikasi, tempat penyimpanan yang kurang baik, dan masalah teknis dilapangan lainnya yang menyebabkan waste material. Masalah seperti ini, dapat berdampak pada kerugian biaya proyek melebihi dari yang direncanakan Oleh karena itu, lean construction sangat diperlukan pada proyek konstruksi agar tidak terjadi waste karena masalah masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan demikian diharapkan dapat mengurangi waste yang ada diproyek. Sehingga dapat mengurangi biaya yang diakibatkan oleh waste dan dapat menjalin hubungan yang lebih baik antar individu yang terlibat di proyek. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses untuk dapat melakukan penelitian. Data yang diambil yaitu : 1. Data Primer : Data yang didapatkan langsung di lapangan. Data yang diambil yaitu Wawancara, dan Observasi Lapangan 2. Data Skunder : Data yang dikumpulkan dari instansi terkait. Data yang diambila yaitu RAB, Time Schedule, struktur organisasi, gambar kerja, As Built Drawing, Data Logistik. 2.2 Pengolahan Data 2.2.1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste Identifikasi material yang berbiaya besar bertujuan untuk mengetahui material apa saja yang dipakai pada proyek dan untuk mengetahui dimana material akan digunakan. Pada analisa ini, peneliti mengumpulkan data material proyek melalui observasi langsung, RAB, dan Gambar kerja proyek.
2.2.2. Analisa Pareto Analisa pareto dilakukan menggunakan data dari Identifikasi material yang berbiaya besat, sehingga akan didapat jenis jenis material yang dominan mempengaruhi biaya total. Jenis jenis material tersebut akan dijadikan sebagai objek untuk wawancara dan analisa Waste Level. Tahap awal dari analisa pareto adalah mencari bobot tiap pekerjaan pada proyek. 2.2.3. Menghitung Volume Material Terpasang Menghitung volume ini dilakukan untuk mendapatkan volume material yang telah terpasang setelah proses konstruksi telah selesai. Hasil dari perhitungan volume ini akan digunakan untuk menghitung waste level. Volume terpasang akan dihitung berdasarkan As Built Drawing. 2.2.4. Analisa Waste Level Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing material yang sudah diperoleh dari hasil indentifikasi material. Pada analisa ini, kita dapat mengetahui material yang berpotensi menimbulkan waste. Waste Level dihitung dengan rumus : 2.2.5. Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction Mengidentifikasi proses konstruksi yang ada pada proyek pembangunan showroom Auto 2000 yang mempunyai kemungkinan menghasilkan limbah. Jenis limbah (waste) yang akan di teliti adalah limbah konstruksi dengan lean construction menurut Womack dan Jones (1996) yaitu : 1. Defects 2. Overproduction 3. Waiting 4. Over Processing 5. Motion 6. Transportation 7. Inventory 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste
Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan adalah merangking trading consumable material berdasarkan total harganya, sehingga di dapatkan harga yang besar menjadi urutan pertama. Tabel 1. Trading Consumable material 3.2 Analisa Pareto Setelah Trading Consumable Material dibuat selanjutnya pengolahan data akan dihitung dengan analisa pareto. Tabel 2. Hasil Analisa Pareto
Gambar 1. Grafik Pareto Dari analisa pareto material yang akan dipilih adalah empat item pekerjaan yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat material tersebut adalah Besi D10mm, atap zinc aluminium,, Besi D19mm, Besi D16mm. 3.3. Menghitung Volume Material Terpasang Volume material terpasang dengan menghitung volume material yang ada pada as built drawing. Material yang akan dihitung yaitu 4 material yang telah didapatkan berdasarkan analisa pareto yaitu : atap zinc aluminium, Besi D10mm, Besi D16mm, Besi D19mm. Hasil yang didapatkan yaitu : Tabel 3. Hasil Perhitungan volume atap As built drawing Tabel 4. Hasil Perhitungan Besi As built drawing 3.4. Analisa Waste Level Berdasarkan Hasil Perhitungan volume dari as built drawing dan data logistik yang telah diberikan, maka waste level yang di dapatkan adalah
Tabel 5. Hasil analisa Waste Level Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level terbesar adalah Besi D10 mm dengan volume waste sebesar 3139.95 Kg dan waste level sebesar 3.69%. Sedangkan material yang memiliki presentase waste level terkecil adalah besi D19 mm dengan volume waste sebesar 79.07 kg dan waste level sebesar 0,19%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan. 3.5. Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction 3.5.1 Defect Pada proyek ini, ada beberapa bangunan yang mengalami perubahan desain seperti bangunan rekondisi stall dan workshop. Dari gambar shop drawing dan as built drawing terlihat ukuran yang berbeda yang disebabkan perubahan spesifikasi dari owner, ini mengakibatkan defect pada bangunan rekondisi stall sehingga dibutuhkan rework untuk bangunan ini. Defect pada bangunan ini mengakibatkan waste material pada besi D10 mm, D16mm, dan D19mm. Waste yang signifikan terjadi pada Besi D10mm hal ini dikarenakan pemakaian besi D10mm untuk plat lantai yang mengalami perubahan ukuran. Untuk membantu menghilangkan defect dan pengerjaan ulang dari rutinitas di proyek, pastikan Anda memiliki pemahaman penuh dari semua persyaratan kerja dan kebutuhan owner sebelum memulai tugas. Pekerjaan sederhana, seperti daftar periksa dan rencana kerja standar, dapat membuat perbedaan besar juga. 3.5.2. Over Production Berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, ada terjadi over production pada pembesian dan atap. Hal ini terjadi kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana tetapi kelebihan material akibat over production ini tidak terlalu signifikan. Untuk menghilangkan over production dari rutinitas harian proyek, sebaiknya fokus pada: Memproduksi bahan-bahan Just In Time (JIT) daripada Just In Case, Menerapkan prosedur untuk setiap proses dan tugas yang telah selesai, serta menjaga proses mengalir untuk mencegah kemacetan. 3.5.3. Waiting Waiting terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk beberapa alasan seperti karena ada yang rusak, sedang menunggu respon, sedang menunggu kedatangan material, atau sudah kehabisan material. Berdasarkan hasil wawancara dengan site manager, waiting terjadi dikarenakan lamanya kedatangan material sehingga pekerja harus lembur yang mengakibatkan bertambahnya cost proyek. Lamanya kedatangan material ini disebabkan kurangnya transportasi dari pihak pengirim material dan lamanya proses standarisasi material dari pabrik. Menunggu tidak selalu bisa dihindari tetapi kita dapat membuat rencana dalam menuggu. Tim pelaksana proyek harus dapat memahami waktu pemilihan material, pemilihan produsen material, dan dapat merencakan value added task.
3.5.4. Over Processing Over processing terjadi karena kita atau orang di sekitar kita meluangkan waktu untuk melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak menambah nilai kepada pelanggan. Pada proyek ini, over processing tidak terlalu signifikan pada waste material karena berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, tidak terlalu banyak over processing yang terjadi di proyek. 3.5.5. Motion Motion yaitu setiap waktu yang dihabiskan bergerak di sekitar, bukannya melakukan pekerjaan yang menambah value. Kurangnya profesionalitas dari pekerja dapat mempengaruhi motion. Contoh pada proyek ini yaitu masih ada pekerja yang tidak tahu melakukan pekerjaannya sehingga pekerja tersebut memperlambat proses konstruksi. Solusi dari pelaksana yaitu mengganti pekerja tersebut dengan pekerja yang lebih professional walaupun biaya yang dibutuhkan akan bertambah. 3.5.6. Transportation Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun adalah memiliki bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak piranti dapat menciptakan masalah bagi diri kita sendiri. Kita perlu fokus pada menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan, menangani dan mengelola bahan untuk mencegah harus memindahkan material beberapa kali. material dan sisa material masih berserakan di lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan lambatnya pemuatan material yang datang ke proyek dan kerusakan material. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya telah di sediakan tempat yang tidak menghalangi jalanya pekerja untuk berpindah tempat ataupun mengambil material yang akan dipasang. 3.5.7. Inventory Perletakan inventory (tempat penyimpanan) yang baik dapat menurangi waste material dan mempermudah gerak pekerja dalam proses konstruksi. Pada proyek ini, inventory masih tergolong kurang baik.. Berdasarkan wawancara dengan site manager, telah ditemukan material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, terhambatnya pengambilan material. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti berkaratnya besi, membatunya semen karena ditempatkan langsung ke lantai,. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya pelaksanakan menyediakan tempat khusus untuk inventory yang aman dari gangguan cuaca, mudah untuk pengambilan material, dan aman dari pencurian. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan identifikasi material biaya terbesar dan analisa pareto, material yang berpotensi menghasilkan waste yang besar yaitu Besi D10 mm, Atap zinc-aluminium, Besi D19 mm, Besi D16 mm 2. Waste Level terbesar yaitu besi D10 mm sebesar 3.69 %. Sedangkan untuk Atap zincaluminium sebesar 2.06 %, Besi D16 mm 0.9 %, dan Besi D19 mm sebesar 0.19 %. 3. material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan.
4. Berdasarkan proses yang menyebabkan waste pada lean construction, waste material terjadi disebabkan oleh defect (cacat produk konstruksi), Over production, dan Inventory. SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk Mengurangi waste pada proyek pembangunan Showroom auto 2000, beberapa saran yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Perlu lebih mengenal metode lean construction untuk mengurangi waste. Baik waste material maupun waste of time. 2. Perlu memperbaiki komunikasi antara owner, perencana pelaksana dan orang orang yang terlibat dalam proyek. 3. Harus lebih memperhatikan kebutuhan material just in time daripada just in case. 4. Untuk mengurangi waste pada awal proyek sebaiknya perencana lebih memperhatikan detail perhitungan RAB. pemasukan serta perletakan material di awal proyek. Sedangkan pada pertengahan proyek sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan dilapangan, karena masih banyak pekerja lebih mementingkan cepat selesainya pekerjaan daripada memperhatikan sisa material yang terbuang. DAFTAR PUSTAKA Ariani, D. W. (2005). Pengendalian Kualitas Statistik Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas. Penerbit ANDI, Yogyakarta.Ervianto, Wulfram I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Yogyakarta. Nasution, M. N. (2005). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia Indonesia, Bogor. Womack and Jones. (1996). Lean Thinking : banish waste and create wealth in your corporation. Michigan: Simon & Schuster. Samadhi, T.M.A.A. (2005). Lean Production: Konsep dan Praktek, Departemen Teknik Sipil ITB, Bandung. Bossink, B. A. G, dan H. J. H. Brouwers. (1996). Construction Waste : Quantification And Source Evaluation. Gavilan, R. M., and Bernold, L. E. (1994). Source evaluation of solid waste in Building construction. Journal of Construction Engineering and Management, September 1994. pp.536 552. Intan, S., et al. (2005). Analisis dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi : Sumber Penyebab, Kuantitas, dan Biaya.Civil Engineering Dimension, Vol.7, No.1, pp 36-45 Munje. (2014). Comparative Study of Last Planner System Over Traditional Construction Processes. Rajarambapu Institute of Technology. Rahmawati, Hayati. (2002). Analisa Sisa Material Konstruksi dan Penanganannya Pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negri Surabaya. Jurnal Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November.
Manurung, Vanbori. (2012). Analisis aplikasi Lean Construction Untuk Mengurangi Limbah Material Pada Proyek Konstruksi Jembatan. Depok : Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abduh, M., Syahrani, S., dan Roza, H.A., Agenda Penelitian Konstruksi Ramping Prosiding 25 tahun Pendidikan Manajemen dan Rekayasa Konstruksi di Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, 2005. Abduh, M., dan Roza, H.A. Indonesian Contractors Readiness towards Lean Construction Proceedings of the 14th Annual Conference of International Group for Lean Construction, Santiago, Chile, 2006.