II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KAJIAN PEMILIHAN PEMASOK BUAH-BUAHAN DENGAN PROSES HIRARKI ANALITIS. Oleh IKLIMA PUTRI BUNGSU H

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

III. KERANGKA PEMIKIRAN

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang lain, melainkan antara satu supply chain dengan supply

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Dwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN I-1

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

Kolaborasi (Collaboration)

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

BAB II URAIAN TEORITIS. Lestari (2009) melakukan penelitian yang berjudul Kajian Supply Chain

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Merancang Jaringan Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi. Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

Copyright Rani Rumita

Informasi harus memeiliki karakteristik seperti di bawah ini agar berguna dalam mengambil keputusan pada rantai pasok :

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi telah memaksa industri consumer products untuk menyediakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Hakikat Rantai Pasokan

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #2

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 2 PEMASOK SUSTAINABEL

1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

Deskripsi Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

Transkripsi:

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rantai Pasokan Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang. Menurut DHL (2009), rantai pasokan adalah perjalanan barang, informasi dan keuangan. Berawal dari pembelian bahan dasar ataupun setengah jadi, yang kemudian dikirim ke pabrik untuk diolah menjadi barang jadi (Gambar 1). Barang-barang jadi tersebut akan dikirim ke gudang atau pusat distribusi untuk dikirim ke ritel, distributor ataupun langsung ke rumah/kantor pelanggan. Layanan purna jual seperti perawatan dan perbaikan atau pengembalian dan daur ulang produk-produk tersebut berada diakhir masa gunanya. Perencanaan rantai pasokan yang baik akan mengoptimalisasikan rantai pasokan. Rencana Rantai Pasokan Manufaktur Penyimpanan Manufaktur Distrubusi Retail/ Distributor Pusat Distribusi Pemasaran Konsumen/ Pengguna Pusat Pelayanan Gambar 1. Model Rantai Pasokan (DHL, 2009)

23 Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan terdiri atas 3 (tiga ) macam aliran yang harus dikelola, yaitu : 1. Aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, produk dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. 2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu 3. Aliran informasi yang dapat terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh pemasok juga dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan baku dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim maupun yang akan menerima. Perusahaan perkapalan harus membagi informasi seperti ini guna perencanaan yang lebih akurat. 2.2 Supplier Relationship Management Menurut Carter dalam Supriharyanti (2005), Supplier Relationship Management (SRM) merupakan suatu proses yang menjelaskan bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pemasok, dan hal tersebut merupakan salah satu kunci bagi MRP secara keseluruhan. Quinn(1999) dalam Supriharyanti (2005), menyoroti bahwa tujuan hubungan mengalami pergeseran dari sekedar untuk mendapatkan komponen atau bahan baku hingga bertujuan pada peningkatan keahlian dan transfer pengetahuan. Pernyataan tersebut sejalan dengan rekomendasi para akademisi yang menyarankan praktisi untuk melakukan perubahan hubungan dengan pemasok menjadi hubungan yang berifat kolaboratif dan jangka panjang.

24 Hal tersebut didasarkan atas bukti empiris yang dilakukan oleh beberapa peneliti (Stuart, 1993; Dyer & Ouchi, 1993; Ellram & Edis, 1996; Wong, 2002). Studi-studi itu menyimpulkan kemitraan dapat menjadi inti kompetensi dan merupakan sumber keunggulan kompetetif. Pernyataan tersebut membawa implikasi bagi perusahaan, bahwa untuk menjadi lebih baik perusahaan harus membangun kemitraan dengan pemasok. Ellram (1995) dalam Supriharyanti (2005), mendefinisikan pola hubungan kemitraan sebagai hubungan terus menerus antara dua organisasi yang melibatkan komitmen pada periode waktu yang lama dan terdapat pembagian risiko dan manfaat dari hubungan tersebut. Dengan demikian dalam hubungan yang bersifat jangka panjang tersebut, terdapat pertukaran informasi dan pengetahuan, aktivitas pembelajaran hingga pemecahan masalah secara bersama. Pola hubungan kemitraan menggunakan beberapa kriteria dalam menyeleksi pemasok diantaranya kinerja pemasok sebelumnya, harga, kualitas, dan sebagainya. Pemasok banyak terlibat dalam keputusan-keputusan strategik diantaranya pengembangan produk baru, dan pengembangan proses logistik. Menurut Mustamu (2007), mata rantai pasokan yang terlalu panjang dapat menyebabkan kerugian. Waktu perlaluan (throughput time) yang semakin panjang menyebabkan berkurangnya peluang produk untuk lebih cepat diserap konsumen. Pada sisi lain, lambatnya proses penyerapan produk oleh konsumen memunculkan risiko kerusakan produk (waste) akibat keterbatasan waktu kadaluwarsa. Faktor kerugian kedua adalah munculnya kerusakan barang akibat kesalahan penanganan (misshandling), baik dalam bentuk kerusakan akibat proses perpindahan antar sarana transportasi dan antar gudang, maupun akibat kesalahan proses pengelolaan ruang penyimpanan (gudang). Berdasarkan konteks inilah pendekatan MRP menjadi sangat penting. Jika memungkinkan, penghapusan salah satu mata rantai pasokan (sub-distributor) akan sangat bermanfaat karena dapat menurunkan biaya setidaknya 15-16 persen.

25 2.3. Kriteria Pemilihan Pemasok Pujawan (2005) menyatakan bahwa hubungan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk menciptakan kepercayaan yang lebih baik serta menciptakan efisiensi. Efisiensi dapat tercipta karena hubungan jangka panjang berarti mengurangi biaya untuk mendapatkan perusahaan mitra baru. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan pemasok. Kriteria yang digunakan harus mencerminkan strategi rantai pasokan maupun karakteristik dari item yang akan dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Namun sering kali pemilihan pemasok membutuhkan kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan seperti kemasan, lokasi, termasuk sistem komunikasi. Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat pemasok diperoleh maka perusahaan harus melakukan pemilihan. Perusahaan akan memilih satu atau beberapa dari alternatif yang ada melalui perangkingan. Perangkingan dilakukan untuk menentukan mana pemasok yang akan dipilih atau mana yang akan dijadikan sebagai pemasok utama dan mana yang akan dijadikan pemasok cadangan. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam merangking alternatif berdasarkan beberapa kriteria yang ada adalah metode PHA (Pujawan, 2005). Pemilihan pemasok dalam manajemen rantai pasok menjadi penting, sebagai akibat adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend menunjukkan bahwa konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk yang berkualitas tinggi, pengiriman yang tepat waktu serta layanan purna jual yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan pemilihan dan evaluasi kinerja pemasok. Hal ini akan membantu proses peningkatan kinerja pemasok, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan pengalokasian sumber daya yang optimal pada program pengembangan pemasok serta membantu manajer dalam merestrukturisasi jaringan pemasok perusahaan berdasarkan kinerjanya (Vani, 2007).

26 Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak dalam satu mata rantai, MRP menuntut beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan bahan baku, tetapi juga informasi. Dukungan manajemen merupakan syarat utama dari penerapan MRP. Manajemen di semua tingkat dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian (Irghandi, 2008). Selain dukungan manajemen, perusahaan melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan distributor. Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan kontrak kerja dengan para pemasok, perusahaan terlebih dahulu melaksanakan evaluasi pemasok (Irghandi, 2008). Evaluasi pemasok dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan bahan baku. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz dalam Irghandi, 2008): 1. Keadaan umum pemasok a. Ukuran atau kapasitas produksi b. Kondisi finansial c. Kondisi operasional d. Fasilitas riset dan desain e. Lokasi geografis f. Hubungan dagang antar industri 2. Keadaan pelayanan a. Waktu penyerahan bahan baku b. Kondisi kedatangan bahan baku c. Kuantitas pemesanan yang ditolak d. Penanganan keluhan dari pembeli e. Bantuan teknik yang diberikan f. Informasi harga yang diberikan

27 3. Keadaan bahan baku a. Kualitas bahan baku b. Keseragaman bahan baku c. Jaminan dari pemasok d. Keadaan pengepakan (pembungkusan) Menurut Chopra dan Meindl (2004), perusahaan dapat memilih pemasok berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetitif, sistem lelang, atau negoisasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada biaya total yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga penjualannya. Sebelum memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan menggunakan pemasok tunggal atau banyak pemasok sebagai sumber dari produk. Pemasok tunggal hanya melayani pemesanan produk yang spesifik. Sedangkan banyak pemasok dapat meningkatkan persaingan dan ada kemungkinan produk gagal untuk dikirim. Setelah pemasok dipilih, maka dibuat kontrak antara pembeli dengan pemasok. Kontrak tersebut merupakan parameter kewajiban yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh pembeli dan pemasok. Trend globalisasi menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang berskala besar telah menghubungkan rantai pasokan di hulu dan hilir untuk mengefisienkan biaya. Hubungan antara pemasok dengan perusahaan tidak lagi sebagai musuh, namun sebagai rekan yang bekerjasama. Kerjasama dengan sedikit pemasok dapat meningkatkan kualitas dengan menggunakan sumber pasokan yang berbiaya rendah. Oleh karena itu, pemilihan pemasok menjadi suatu hal penting (Lin dan Juang, 2008).

28 Pemilihan pemasok yang tepat sebagai mitra merupakan jantung dari MRP, sedangkan bahan baku atau pelayanan yang dihasilkan merupakan bagian yang sangat terkait dengan perusahaan. Jika perusahaan dapat menemukan pemasok yang sesuai dengan karakter industri dan memenuhi persyaratan rantai pasokan, maka rantai pasokan perusahaan dapat bersaing. Namun terkadang pemasok tidak dapat beroperasi secara maksimal. Hal ini dikarenakan keterlambatan pengiriman dan rencarna produksi, atau disebabkan pengeluaran biaya yang terlalu besar (Lin dan Juang, 2008). 2.4. Strategi Rantai Pasokan Pujawan (2005) menyatakan bahwa, strategi tidak dapat dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Persaingan pasar dapat dimenangkan melalui rantai pasokan yang dapat menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Namun perlu disadari bahwa tingkat kepentingan untuk masingmasing tujuan tersebut berbeda untuk tiap jenis produk dan segmen pelanggan. Beberapa konsumen ada yang membeli produk dengan pertimbangan utama harga yang murah, namun ada juga pelanggan yang membeli dengan kualitas sebagai pertimbangan utama. Berdasarkan hal tersebut, maka rantai pasokan harus dapat menterjemahkan tujuan-tujuan tersebut ke dalam sumber daya yang dimiliki. Masing-masing aspirasi pelanggan tersebut dapat didukung oleh satu atau beberapa kemampuan strategis suatu rantai pasokan. Aspirasi untuk mendapatkan produk yang murah tidak hanya didukung oleh kemampuan rantai pasokan untuk beroperasi secara efisien, tetapi juga oleh kemampuannya untuk menciptakan kualitas. Kualitas tidak selalu diasosiasikan dengan produk, tetapi juga dengan proses. Manajemen kualitas juga besar perannya dalam mengurangi produk yang rusak atau yang harus dikerjakan ulang (rework). Kualitas proses yang dijaga akan banyak memberikan penghematan sehingga rantai pasokan mampu menawarkan dengan harga yang lebih murah.

29 Menurut Chopra dan Meindl (2004), perusahaan membutuhkan keseimbangan antara responsifitas dan efisiensi, yang dapat memenuhi kebutuhan strategi kompetisi Perusahaan. Untuk mengerti Bagaimana Perusahaan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan, maka harus diuji terlebih dahulu mengenai logistik dan penggerak rantai pasokan antar organ fungsional perusahaan, seperti fasilitas, persediaan, transportasi, dan kebijakan harga. Menurut Maheswari (2008), perusahaan harus memutuskan suatu rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Strategi yang digunakan dalam manajemen rantai pasokan: a. Bernegoisasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok dengan pemasok lain. Berhubungan kepada banyak pemasok memudahkan perusahaan untuk mendapatkan harga yang paling murah. Biasanya dipakai untuk komoditas. Pendekatan ini mengutamakan tanggung jawab pemasok untuk dapat mempertahankan teknologi, keahlian, dan kemampuan memprediksi, begitu pula biaya, dan kemampuan pengiriman yang diperlukan. b. Mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan sedikit pemasok untuk memuaskan pelanggan. Perusahaan ingin menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok yang setia. Kondisi ini akan menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi rendah. c. Integrasi vertikal, dimana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut. Mengembangkan kemampuan untuk membuat produk yang sebelumnya dibeli atau membeli perusahaan pemasok. d. Kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi vertikal yang dikenal dengan strategi keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok menjadi bagian dari kesatuan perusahaan.

30 e. Mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan para pemasok sesuai kebutuhan. Contoh bisnis pakaiana jadi, para perancang pakaian jarang memproduksi hasil rancangan mereka, namun mereka menyerahkan ke manufaktur untuk diproduksi. 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan MRP adalah sebagai berikut : a. Oktiya (2006) meneliti Analisis Rantai Pasokan terhadap Produktivitas di UKM keramik Kelompok Banjarnegara. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, model MRP di UKM keramik Kelompok Banjarnegara terdiri atas beberapa anggota pemasok, UKM/produsen, pengepul barang ekspor dan pelanggan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa dari beberapa elemen MRP yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas adalah kerjasama. Penulis juga menyatakan bahwa MRP berpengaruh nyata terhadap produktivitas UKM keramik Kelompok Banjarnegara. Hal tersebut dibuktikan dengan regresi logistik dan diketahui bahwa variable yang berhubungan signifikan dengan produktivitas yaitu kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2). b. Irmawati (2007) meneliti Pengaruh MRP terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa strategi MRP mempengaruhi kinerja perusahaan secara signifikanmdan nyata sebesar 84 persen. Strategi MRP perusahaan sangat mempengaruhi. 1,46 =ג kepuasan pelanggan dengan c. Setyawan (2009) meneliti Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di Jawa Barat. Penulis menyatakan bahwa alternatif sistem rantai pasok paprika adalah dengan mensinergikan antara rantai pasok primer dan rantai pasok sekunder. Rantai pasuk primer terdiri atas petani, koperasi, bandar, retailer, packaging house, eksportir dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan anggota rantai pasok sekunder

31 terdiri atas pemasok input budidaya paprika, pemerintah, Balista, Perbankan, perusahaan swasta, LSM, dan perguruan tinggi. Hasil perhitungan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) diperoleh tiga jenis sayuran unggulan yaitu paprika (12.236,33), lettuce (9.967,33), dan brokoli (8.272). Paprika memberikan marjin keuntungan yang besar dan potensi pasar domestik maupun mancanegara. d. Mardhiyyah (2008) meneliti Kinerja Penyampaian Suku Cadang PT Toyota-Astra Motor dengan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR). Aspek kritis yang sangat mempengaruhi keberhasilan rantai pasok adalah ketepatan waktu penyiapan suku cadang untuk dikirim (picking, checking dan packing). Hal tersebut dibuktikan dengan Delivery performance yang menunjukkan bahwa, pengiriman on time untuk tujuan luar Jakarta di atas 90 persen dan Jakarta 98 persen.