I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan
|
|
- Ridwan Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan yang mampu memberikan peningkatan pendapatan peternak rakyat yang relatif tinggi dan menciptakan daya saing global produk peternakan adalah paradigma pembangunan agribisnis berbasis peternakan. Sistem agribisnis peternakan mencakup empat subsistem, yaitu: 1) subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak (industri pembibitan, pakan, vaksin/obatobatan dan alat-alat peternakan; 2) subsistem budidaya peternakan (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan komoditi peternakan primer; 3) subsistem agribisnis hilir peternakan (downstream agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan (industri pengolahan : daging, susu, telur, kulit, industri restoran makanan dan perdagangannya) dan 4) subsistem jasa penunjang (supporting institution) yakni kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang dibutuhkan ketiga subsistem yang lain, seperti transportasi, penyuluhan dan pendidikan, penelitian dan pengembangan, perbankan dan kebijakan pemerintah. Nilai tambah yang paling besar dari keempat subsistem agribisnis di atas terdapat pada subsistem agribisnis hulu dan hilir (Saragih, 2000). Produk pangan yang berasal dari ternak kini umumnya telah dikenal luas, salah satunya adalah susu. Berbagai macam zat nutrisi yang diperlukan oleh tubuh terkandung dalam produk tersebut. Beragam produk pangan yang berbahan baku susu kini telah ditemukan dan produknya pun mudah didapatkan. Masyarakat kini
2 cukup memilih jenis minuman sehat susu, mulai susu bubuk, susu kental manis, mentega, keju, yoghurt hingga susu cair. Pertumbuhan positif terhadap peningkatan pasar susu tercermin dari konsumsi per kapita di Indonesia yang mulai tumbuh pesat. Dilihat dari angka statistik tahun 2001 yang menunjukkan konsumsi susu nasional rata-rata naik sebesar 12,2 persen per tahun. Namun sayangnya pertumbuhan yang positif, tidak didukung oleh angka produksi rata-rata nasional per tahun yang hanya mencapai 5,6 persen. Terdapatnya selisih persentase menyebabkan angka impor susu per tahun meningkat rata-rata mencapai 18,8 persen ( 2005). Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan susu adalah PT. Fajar Taurus. Perusahaan ini menghasilkan dua macam produk, yaitu susu pasteurisasi dan susu fermentasi. Adapun pertumbuhan produksi di PT. Fajar Taurus selama tahun , selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Produksi PT. Fajar Taurus Tahun Tahun Produk Susu Yoghurt Total Pertumbuhan (%) , , , , , ,00-15, , , ,00-12, , , ,00 15, , , ,00 19, , , ,00-23, , , ,40 15, , , ,00 5, , , ,30-17, , , ,10 3, , , ,20 7,89 Sumber : PT. Fajar Taurus 2006 Dari Tabel 1 terlihat volume produksi di PT. Fajar Taurus mengalami fluktuasi yang cukup tinggi dari tahun ke tahun. Tahun 1998 pertumbuhan 2
3 produksi mengalami peningkatan mencapai 19,67 persen, di mana setelah dua tahun sebelumnya mengalami penurunan. Penurunan pertumbuhan produksi ini kembali terjadi pada tahun 2000, bahkan merupakan pertumbuhan negatif terbesar selama 10 tahun terakhir. Tahun 2001, pertumbuhan jumlah produksi kembali meningkat yang mencapai 15,92 persen. Namun, dua tahun berikutnya pertumbuhan mengalami penurunan dan diakhir tahun 2005 pertumbuhan produksi mulai mengalami kenaikan kembali. Tetapi, kenaikan ini bila dibandingkan dengan jumlah produksi tahun 1995 masih jauh lebih rendah. Tingkat pertumbuhan berfluktuatif tersebut, berdampak pada penjualan produk yang mengalami penurunan dan keuntungan yang diperoleh pun demikian. Hilangnya beberapa pelanggan terbesar, diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi di PT. Fajar Taurus. Selain itu, kurang akuratnya data dari masing-masing departemen menimbulkan ketidaktepatan perhitungan rencana produksi yang cenderung meningkatkan biaya produksi. Permasalahan utama di PT. Fajar Taurus diduga terletak pada perencanaan sumber daya produksi yang belum terintegrasi. Perusahaan memandang proses produksi hanya sebagai kegiatan rutin yang belum berkaitan satu dengan yang lainnya. Padahal perencanaan produksi adalah bagian dari sistem produksi. Kecenderungannya terlihat pada perencanaan yang belum bisa mengatasi kendala produksi, seperti bahan baku, modal dan manusia sebagai bagian dari sistem yang terintegrasi. Ketiga kendala ini bersumber dari departemen berbeda yang berperan penting dalam pencapaian efisiensi dan efektivitas produksi. Di sisi lain, sistem dapat berfungsi bila terdapat interaksi dari elemen-elemen penyokongnya sehingga terjadi hubungan timbal-balik. Hal ini tidak mengherankan, bila terjadi 3
4 gangguan saat proses produksi dilakukan. Akibat terputusnya aliran informasi maka rencana produksi kurang sesuai dengan jumlah permintaan dan cenderung meningkatkan biaya produksi. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dapat diselesaikan dengan cara memperbaiki sistem yang digunakan saat ini. Dengan perbaikan sistem yang dapat melingkupi seluruh proses produksi, mengendalikannya dan memberikan umpan-balik. Sistem yang menyokong seluruh departemen untuk saling berinteraksi mencapai tujuan perusahaan. Upaya umpan-balik diperlukan untuk memberikan laporan yang mudah dipahami. Serta pengendalian sebagai tindakan korektif terhadap sistem, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Penerapan teknologi informasi pada sistem produksi kini telah memberikan bukti pada beberapa perusahaan yang mampu mempercepat proses produksinya. Perusahaan yang menerapkan Teknologi Informasi (TI) menyakini proses produksi tidak hanya mencari ketepatan, efisien dan mutu yang dibutuhkan, tetapi juga mampu memperpendek prosesnya melalui kecepatan aliran informasi dimulai pesanan pelanggan, rencana produksi, produk akhir sampai dipasarkan. Saat ini telah ditemukan berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan perencanaan produksi ke dalam sistem produksi perusahaan. Salah satu teknik yang sedang berkembang adalah Enterprise Resources Planning (ERP). Kecepatan dan ketepatan arus informasi yang terdapat dalam sistem ini, memungkinkan perusahaan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam perencanaan bisnis secara cepat. Contohnya, perusahaan tidak akan memerlukan waktu yang lama untuk memproduksi pesanan produk ketika pemesanan dilakukan oleh pelanggan. Hal ini disebabkan karena sistem berjalan secara 4
5 integratif, di mana data permintaan akan cepat diterima oleh bagian produksi. Pada departemen ini rencana produksi, jadwal induk produksi, perencanaan kebutuhan, perencanaan pembiayaan sampai pada proses pembelian bahan baku dapat dilakukan secara cepat termasuk perencanaan tenaga kerja. Selanjutnya informasi tersebut menjadi kebutuhan bagi departemen keuangan yang akan memperhitungkan keuntungan dan kerugian perusahaan. Selain itu, berdasarkan informasi yang diperoleh maka akan menghasilkan perencanaan bisnis di masa yang akan datang. Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan proses perencanaan bisnis terintegrasi beserta eksekusinya guna mencapai fungsi-fungsi dari proses bisnis. ERP mengelola operasi dan fungsi-fungsi pendukung industri manufaktur dengan memperhatikan sumber-sumber daya kritis perusahaan (Gaspersz, 2005). ERP mendukung fungsi integrasi yang melewati batas antara penjualan, pemasaran, manufaktur, operasi, logistik, pembelian, keuangan, pengembangan produk baru dan HRD. Dengan memanfaatkan sistem ERP, perusahaan dapat memperoleh banyak keuntungan diantaranya kemampuannya yang dapat menampilkan data secara real time dan memiliki integrasi yang baik antara proses rantai pasokan, produksi dan administrasi, menciptakan database yang umum dan sama. Selain itu, ERP juga dapat digunakan untuk memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan penetapan strategi berdasarkan penampilan data yang real time dan dapat menampilkan data dengan mudah, cepat dan akurat. Dengan berbagai keuntungan yang akan diperoleh dengan sistem ERP ini, sudah saatnya perusahaan untuk mengimplementasikan sistem ERP sebagai metode pengelolaan proses bisnis secara keseluruhan. Memang tidak dipungkiri 5
6 masih banyak perusahaan yang ragu untuk menerapkan teknik ini. Hal ini disebabkan penerapannya membutuhkan perubahan besar pada perusahaan dan proses yang dimilikinya, sangat rumit dan banyak perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri serta keahlian sumber daya manusia yang terbatas dalam implementasi teknik ini. Sulitnya mencari parameter pengukuran produksi yang benar-benar akurat. Data yang ada disusun secara subjektif dan alat ukur yang digunakan oleh masing-masing bagian berbeda, merupakan alasan mengapa perusahaan saatnya menerapkan sistem ERP dalam menjalankan proses bisnis. Sistem informasi perusahaan dapat dilakukan pertama kali dengan cara merancang sistem produksi kemudian mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang terdapat dalam perusahaan. Terdapatnya interaksi dari seluruh departemen merupakan kunci dalam penerapan teknik ini. Arus data yang berasal dari seluruh departemen, akan dimasukkan ke dalam sebuah database. Proses selanjutnya, yaitu pengolahan data dalam database. Output yang dihasilkan berupa modelmodel yang dapat digunakan oleh masing-masing departemen. Selanjutnya, informasi yang dihasilkan tersebut menjadi input bagi perencanaan strategi berikutnya. Dengan demikian, sistem ERP menawarkan solusi optimal di mana aliran informasi dapat dibangun secara terintegrasi melewati batas fungsi-fungsi perusahaan dan dapat digunakan oleh seluruh pengguna secara cepat dan informasi yang terkini. Alat yang dapat mengintegrasikan seluruh aliran data dalam perusahaan yaitu komputer sebagai perangkat kerasnya, aplikasi program sebagai pengatur proses kerja sistem yang dirancang. Dengan pemanfaatan komputer maka seluruh input data akan tersimpan dalam sebuah database yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh departemen. 6
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan gambaran di atas, permasalahan yang terjadi di PT. Fajar Taurus terletak pada perencanaan sumber daya produksi yang terdiri atas tiga kendala, yaitu sumber daya bahan baku, modal dan tenaga kerja. Di mana masingmasing kendala ini masih berdiri sendiri, sehingga diduga menimbulkan kurang tepatnya perencanaan produksi. Oleh karena itu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh PT. Fajar Taurus, salah satunya memperbaiki sistem dengan menggabungkannya ke dalam sistem ERP. Sistem informasi perusahaan dibangun dengan cara membuat rancangan aliran informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perancangan sistem ini merupakan langkah awal dalam pengembangan sistem ERP yang aplikatif. Bila perancangan ini berhasil, perusahaan cukup menambahkan aplikasi lainnya yang menggabungkan data dan informasi serta mengimplementasikan rancangan ini menjadi program ERP. Berdasarkan identifikasi masalah, dapat disimpulkan beberapa kendala yang dialami oleh PT. Fajar Taurus dalam perancangan sistem perencanaan sumber daya produksi. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PT. Fajar Taurus, mencakup : 1. Sejauh mana perencanaan produksi yang dilakukan oleh PT. Fajar Taurus? 2. Bagaimanakah perusahaan merancang sistem Enterprise Resource Planning (ERP) pada departemen pemasaran, produksi, bagian gudang, HRD dan finansial? 3. Bagaimanakah strategi implementasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang telah dirancang? 7
8 1.3 Tujuan Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Menganalisis dan memililih model-model terbaik yang digunakan dalam sistem perencanaan produksi, meliputi : peramalan, rencana produksi, kebutuhan tenaga kerja, jumlah produksi, perhitungan upah langsung, kebutuhan bahan baku, biaya pemakaian bahan baku, perhitungan Biaya Overhead Pabrik (BOP) dan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP). 2. Merancang sistem perencanaan sumber daya perusahaan yang melibatkan departemen pemasaran, produksi, bagian gudang, HRD dan finansial. 3. Merumuskan strategi implementasi sistem Enterprise Resource Planning (ERP) di PT. Fajar Taurus. 1.4 Manfaat Dengan melakukan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya : 1. Penulis Wahana untuk belajar dan mengembangkan wawasan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, khususnya mengenai manajemen industri. 2. PT. Fajar Taurus Sebagai masukkan bagi PT. Fajar Taurus dalam perencanaan sumber daya produksi, sehingga diperoleh masukkan yang terbaik dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. 3. Pembaca Sebagai literatur bagi penelitian yang berhubungan dengan masalah ini. 8
9 1.5 Ruang Lingkup Perancangan sistem perencanaan sumber daya produksi dengan pengembangan sistem ERP mengambil studi kasus di PT. Fajar Taurus yang berlokasi di Jalan Raya Bogor-Cijantung No. 40 Jakarta Timur. Adapun ruang lingkup pembahasannya, sebagai berikut : 1. Melakukan analisa dan menentukan model perencanaan produksi produk susu coklat plastik 175 ml di PT Fajar Taurus, seperti : a. Ramalan permintaan, metode yang digunakan : 1). Moving average with linear trend, 2). Weighted moving average model, 3). Double exponential smoothing with linear trend dan 4) Linear regression model. b. Rencana produksi, metode yang digunakan : level method, chase strategy dan compromise. c. Jadwal produksi induk, meliputi : jumlah kebutuhan tenaga kerja, upah langsung dan tingkat produksi. d. Perencanaan kebutuhan bahan. e. Perhitungan biaya pemakaian bahan baku dan biaya overhead pabrik. f. Perhitungan HPP Susu Coklat Plastik 175 ml. 2. Mengembangkan sistem ERP, yang terdiri atas : a. Analisa aliran informasi pada beberapa departemen, diantaranya : pemasaran, produksi, gudang, HRD dan finansial. b. Analisa kebutuhan sistem ERP. c. Integrasi sistem informasi PT. Fajar Taurus d. Membuat basis model dan basis data. e. Implementasi sub-sub model yang telah dibuat untuk menganalisis proses produksi PT. Fajar Taurus. 9
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Agribisnis mencakup ruang lingkup yang sangat luas, meliputi. pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan maupun perkebunan.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis mencakup ruang lingkup yang sangat luas, meliputi pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan maupun perkebunan. Selain itu juga, agribisnis mencakup mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang. telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah sejak lama dan dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia semakin bervariasi. Susu olahan adalah salah satu jenis minuman yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia
Lebih terperinci5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis
5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat
Lebih terperinciBIAYA& PENERIMAAN USAHA. Sapi Perah
1 BIAYA& PENERIMAAN USAHA Sapi Perah PETERNAKAN Aktivitas biologis yang dikendalikan (manage) oleh manusia, dimana ternak sebagai obyek & SDA (lahan, air) sebagai media/basis ekologis, serta aspek modal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet
Lebih terperinciKrisis ekonomi yang diawali krisis moneter dan berujung pada krisis. multidimensi yang masih melanda Indonesia, telah menyadarkan
1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang diawali krisis moneter dan berujung pada krisis multidimensi yang masih melanda Indonesia, telah menyadarkan terjadinya kekeliruan pembangunan selama
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang ini sedang berada dalam tren yang sangat positif. Walaupun ada beberapa Negara lain sedang mengalami krisis ekonomi, dimana
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di bidang industri berjalan seiring dengan semakin majunya teknologi. Tingkat persaingan antar perusahaan yang sangat ketat menyebabkan setiap
Lebih terperinciRANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN
RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan
Lebih terperinciBarat yang Integratif Melalui Pegembangan Agribisnis
Wilayah Jawa Barat yang Integratif Melalui 18Pembangunan Pegembangan Agribisnis Pendahuluan Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) telah berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia
Lebih terperinci6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung
89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam suatu perusahaan khususnya perusahaan industri, persediaan dalam proses produksi memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk itu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komponen subsektor peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis persusuan. Susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai
Lebih terperinciAGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi
Lebih terperinciBab 3 Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Flowchart pemecahan masalah merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat melakukan penelitian. Dimulai dari tahap observasi di PT. Agronesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya
Lebih terperinci3 KERANGKA PEMIKIRAN
12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy
Lebih terperinci4.10 Minimum Order Struktur Produk BAB 5 ANALISA 5.1 Pengolahan Data Perhitungan Coefficient of Variance
ABSTRAK Dalam industri manufaktur, ketersediaan bahan baku merupakan salah satu bagian yang penting dalam menunjang kelancaran operasi. Dengan ketersediaan bahan baku yang memadai, maka kegiatan produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENGENALAN KONSEP AGRIBISNIS MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN KONSEP AGRIBISNIS
PENGENALAN KONSEP AGRIBISNIS MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN KONSEP AGRIBISNIS Apa itu Agribisnis? So...What is Agribusiness? Agribisnis = perusahaan di bidang pertanian Pemahaman yang bersifat mikro, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan
Lebih terperinciNama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18
ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI BUTRI CABANG TAMBUN Nama : WENY ANDRIATI NPM : 28210479 Kelas : 3 EB 18 BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kebutuhan
Lebih terperinciKonsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis
Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Contents 1. Pertanian berwawasan agribisnis 2. Konsep Agribisnis 3. Unsur Sistem 4. Mata Rantai Agribisnis 5. Contoh Agribisnis Pertanian Moderen berwawasan Agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : Data historis penjualan yang akan digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin
Lebih terperinciNisaa Aqmarina EB10
ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PERUSAHAAN ROTI LESTARI BOGOR Nisaa Aqmarina 25211190 3EB10 Latar Belakang Masalah Usaha Perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. signifikan pada beberapa tahun terakhir. Menurut data Euromonitor, nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bakery di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada beberapa tahun terakhir. Menurut data Euromonitor, nilai konsumsi roti per kapita oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dan dari sekian banyak para pengusaha budidaya sapi di indonesia, hanya sedikit. penulis ingin mengangkat tema tentang sapi perah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis sapi perah di Indonesia merupakan industri peternakan rakyat, karena yang mengusahakannya adalah peternak skala kecil sampai skala besar. Dan dari sekian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa akan lebih baik jika terdapat perbedaan tersendiri (diferensiasi)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mendirikan suatu bisnis baik itu berupa barang atau jasa, sebaiknya dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Selain hal tersebut, penciptaan produk atau
Lebih terperinciBAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga
BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Perkembangan perekonomian saat ini menuntut setiap perusahaan untuk selalu bersaing secara global. Perusahaan harus memiliki strategi tertentu agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian terus tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Jika perekonomian dalam suatu negara berjalan stabil maka kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini, persaingan dalam dunia usaha semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi ini, persaingan dalam dunia usaha semakin kompetitif, hal ini mendorong setiap badan usaha untuk meningkatkan daya saingnya. Upaya yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian dunia saat ini sedang mengalami penurunan, termasuk negara Indonesia. Hal ini karena terjadinya krisis global yang menerpa di semua
Lebih terperinciPOLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR
POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, pengusaha akan dihadapkan pada resiko
Lebih terperinciAGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS
bab dua AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS Pendahuluan Tinggal satu Pelita lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas yakni pada tahun 2003 di kawasan AFTA (Asean
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan
Lebih terperinciSISTEM AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
SISTEM AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Sekilas Pandang Kondisi Makro Catatan: Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri: Industri Pengolahan Sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional dalam abad ke-21 (paling tidak dalam beberapa
Lebih terperinciAGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah
AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA
bab lima belas MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA Pendahuluan Di Indonesia, ternak domba diduga telah mulai dikenal sejak nenek moyang pertama bangsa Indonesia mendiami Indonesia. Adanya ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan
Lebih terperinciMuhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan
Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi
Lebih terperinci7.2. PENDEKATAN MASALAH
kebijakan untuk mendukung ketersediaan susu tersebut. Diharapkan hasil kajian ini dapat membantu para pengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan dan pelaksanaan penyediaan susu serta mampu mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi persaingan yang kompleks, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Persaingan antar perusahaan
Lebih terperinciV. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Keadaan perekonomian dunia saat ini sedang mengalami penurunan, karena krisis global yang menerpa semua sektor perekonomian di dunia menyebabkan turunnya daya beli konsumen. Turunnya daya beli
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fajar Kerupuk Bawang berdiri sejak tahun 1999 dan sudah mengenalkan produk pada tahun 2000. Usaha kerupuk ini memiliki toko yang kecil, namun mengutamakan pesanan dan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi titik ungkit pembangunan daerah, mewujudkan misi Pemda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Jombang, sehingga pertanian mampu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hortikultura tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi (high value commodity). Kontribusi sub sektor hortikultura pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil pertanian atau agroindustri yang banyak dikonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA. Oleh : YUDI T. KARTANEGARA F
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN PEMBANTU PADA PROSES SUSU PASTEURISASI DI PT FAJAR TAURUS, JAKARTA Oleh : YUDI T. KARTANEGARA F14102121 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi yang terintegrasi telah banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan bisnis saat ini. Semua proses bisnis dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki
Lebih terperinciSI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)
SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi manajer dalam membuat keputusan. Menurut cophra dan meindl(2007) informasi harus memiliki karakteristik:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, teknologi, industri, kesehatan, dan bidang lainnya
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI
Lebih terperinciABSTRAK Universitas Kristen Maranatha
iii ABSTRAK Dalam menghadapi era globalisasi yang semakin pesat, persaingan antar perusahaan juga semakin ketat. Keadaan seperti ini membuat perusahaan terus melakukan perbaikan terutama dalam mengefisienkan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi antar pelaku usaha dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang terjadi antar pelaku usaha dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan harga yang cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari
Lebih terperinciDaftar Isi Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Abstrak Lembar Peruntukan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran
Daftar Isi Lembar Pengesahan... i Lembar Pernyataan... ii Abstrak... iii Lembar Peruntukan... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran... xiv Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian
Lebih terperinciBAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya.
BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Peramalan Permintaan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012
No. 13/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan
Lebih terperinciSISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem
SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO Departemen SOSEK-Faperta IPB 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistem yang saling terkait
Lebih terperinciOrang-orang, Prosedur-prosedur, Data, Software (perangkat lunak), Infrastruktur teknologi informasi.
Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masing-masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300
Lebih terperinciKONSEP SISTEM INFORMASI
CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM
Lebih terperinci