BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan teknologi informasi, transportasi, dan komunikasi. Bertambah mudahnya mobilitas manusia ini berkaitan erat pula dengan dinamika sektor pariwisata yang ada di dalam dunia internasional. Sektor pariwisata dalam hal ini memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menyokong perekonomian suatu negara dengan semakin mudahnya mobilitas dari manusia itu sendiri. Negara-negara saat ini pun berlomba-lomba dalam memperbaiki sektor pariwisatanya guna menyokong perekonomian negaranya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung sektor pariwisata suatu negara adalah dengan melakukan strategi promosi. Promosi ini salah satunya memiliki kaitan yang erat dengan persebaran pengaruh dari suatu negara itu sendiri, sebagai contohnya adalah Korea Selatan dan Jepang. Tren persebaran popular culture dari dua negara tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah masingmasing negara bukan hanya untuk menyebarkan pengaruhnya, namun juga untuk menstimulasi sektor pariwisata dalam negerinya. Jepang merupakan negara pertama di kawasan Asia Timur yang memulai untuk mengembangkan industri kreatifnya dan memasarkan produk-produk budaya populernya hingga sempat memonopoli pasar di Asia Timur. Adapun dalam perkembangannya, Cina dan Korea Selatan berupaya mengejar ketertinggalan dengan ikut mendorong pertumbuhan industri kreatif dalam negeri masing-masing guna menggeser monopoli pasar budaya pop oleh Jepang. Korea Selatan merupakan negara kedua di Asia Timur yang berusaha mengembangkan industri budaya pop. Apabila dilihat dari tingkat penjualannya, produk budaya populer di Korea yang paling berhasil adalah video game. Industri ini menyumbang pendapatan sebesar 9,7 juta per tahunnya, diikuti oleh industri musik dengan 3,9 juta, industri film sebanyak 4,4 juta, industri manhwa atau komik sebanyak 758 ribu, dan industri animasi yang hanya menghasilkan 521 ribu. 1 Berangkat dari logika terkait dengan efek ekonomi positif yang dibawa oleh budaya pop melalui kegiatan ekspor, kemudian muncul juga 1 Korea Creative Content Agency (KOCCA), Statistics of Korea s Creative Content Industry (daring), 2012, diakses dari <http://eng.kocca.kr/en/contents.do?menuno=201450> pada 10 November 2015. 1
Cool Japan merupakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah jepang terkait dengan budaya pop yang dimilikinya. Pada awalnya, konsep Cool Japan pertama muncul bersamaan dengan konsep Japan s Gross National Cool di tahun 2002. Konsep ini kemudian menjadi inspirasi bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan Cool Japan Strategy, melalui inisiatif serta promosi dari Proposal Cool Japan Advisory Council pada Mei 2011. 2 Pada dasarnya, Cool Japan ini memiliki tiga tingkatan, yaitu terkait dengan Japan boom untuk menyebarkan attractiveness Jepang secara efektif, membuat platform budaya pop sebagai bisnis di luar negeri, menarik turis asing untuk masuk, dan mendorong konsumsi di Jepang. 3 Seperti yang dapat terlihat melalui platform ketiga dari Cool Japan, terkait dengan menarik turis, pemerintah Jepang dalam hal ini mempromosikan Cool Japan sebagai salah satu instrumen untuk menarik wisatawan asing untuk masuk ke Jepang. Sejalan dengan Jepang, Pemerintah Korea Selatan pun juga memanfaatkan Hallyu wave sebagai salah satu pilar dari promosi sektor pariwisatanya. Hal ini dapat terlihat melalui official website milik Korea Tourism Organization yaitu (KTO), Visit Korea, yang memiliki bagian tersendiri terkait informasi informasi tentang Hallyu Tourism. Melihat besarnya antusiasme masyarakat global terkait dengan fenomena Hallyu wave, kemudian pemerintah menyokong fenomena ini melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung semakin tersebarnya hallyu ke seluruh dunia. Dampak yang diciptakan Hallyu wave ini terhadap perekonomian negara Korea Selatan dapat dikatakan cukup signifikan. Meningkatnya jumlah ekspor barangbarang terkait hallyu, makanan, kosmetik, maupun fashion, serta meningkatnya jumlah turis yang masuk ke Korea Selatan untuk mengunjungi spot-spot tertentu yang berhubungan dengan Hallyu menjadi salah satu buktinya. Asia Tenggara merupakan kawasan yang secara geografis memiliki kedekatan dengan Korea Selatan dan Jepang. Lebih jauh lagi, nilai-nilai budaya yang dimiliki negara-negara di kawasan Asia Tenggara pun masih dekat sifatnya dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh Korea Selatan dan Jepang. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara merupakan salah satu pasar terbuka bagi budaya pop milik Korea Selatan dan Jepang. Kegiatan ekspor konten budaya pop milik kedua negara telah banyak ditujukan ke negara-negara kawasan Asia Tenggara. Dalam hal pariwisata terkait dengan budaya pop, Asia Tenggara kemudian 2 Ministry of Economy, Trade, and Industry, Cool Japan / Creative Industries Policy, < http://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industries/creative_industries.html>, diakses pada 17 November 2015. 3 Ministry of Economy, Trade, and Industry, Cool Japan Strategy 2012, < www.meti.go.jp/english/policy/mono_info.../pdf/120116_01a.pdf>, diakses pada 17 November 2015. 2
menjadi kawasan penting bagi Korea Selatan dan Jepang dalam menyumbang jumlah wisatawan asing yang masuk kesana. Dalam melihat jumlah turis yang masuk ke Jepang dan Korea Selatan, terdapat salah satu grafik perbandingan jumlah turis yang masuk ke kedua negara dalam website trendingeconomics, dimana, mulai tahun 2012-2014, jumlah wisatawan asing yang masuk ke Korea Selatan lebih banyak daripada jumlah wisatawan asing yang masuk ke Jepang. Hal ini kemudian diasumsikan salah satunya sebagai efek dari adanya fenomena Hallyu wave, yang di tahun 2012 semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat global melalui salah satu aktornya, yaitu Psy, yang mengeluarkan single Gangnam Style ditahun tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat ditarik dua rumusan masalah yang diajukan yaitu: 1. Bagaimana Strategi Pemerintah Korea Selatan dan Jepang Mempromosikan Pariwisatanya melalui Budaya Pop? 2. Bagaimana Budaya Pop Korea Selatan dan Jepang Menarik Wisatawan Asia Tenggara? 1.3.Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis akan menggunakan landasan konseptual sebagai berikut: 1. Public Sector Management Public Sector Management merupakan sebuah konsep yang dijabarkan olej James Elliot dalam bukunya, Tourism: Politics and Public Sector Management. Secara garis besar, konsep ini menjelaskan tentang proses pengelolaan sektor pariwisata dan kaitannya dengan politik. Dalam menjelaskan tentang korelasi pengelolaan sektor pariwisata dan politik, terdapat beberapa kerangka analisis yang harus diperhatikan, yaitu tentang siapa aktor yang aktif dalam pengelolaan pariwisata sebuah negara, bagaimana sektor pariwisata itu kemudian dikelola, serta apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengelolaan sektor pariwisata tersebut. 3
Selain tiga pertanyaan diatas, James Elliot juga pada dasarnya mengemukakan tentang mengapa peranan aktor-aktor baik yang sektor publik maupun swasta penting bagi pengelolaan sektor pariwisata suatu negara. Dalam bukunya, Elliot menjelaskan bagaimana pentingnya pemerintah suatu negara dalam pengelolaan sektor pariwisata. Pemerintah adalah salah satu aktor penting dalam sektor pariwisata pariwisata di dunia modern. Hal ini padanya dasarnya didasari pemikiran bahwa pemerintah lah yang memiliki kekuatan untuk memberikan stabilitas politik, keamanan dan kerangka hukum, serta keuangan yang diperlukan oleh sektor pariwisata. 4 Ada beberapa jenis dari pemerintah, termasuk nasional, negara bagian dan lokal, dan mereka dapat aktif atau pasif dalam manajemen pariwisata dan dalam penggunaan kekuatan mereka. Pemerintah dapat membantu pariwisata dengan penyediaan layanan; mereka juga dapat mengontrol industri dan kegiatan dalam rangka untuk memastikan bahwa kegiatan dan standar keselamatan diselenggarakan dalam kepentingan publik. Bagaimana fungsi-fungsi ini dilakukan dan keberhasilan dari pemerintah tergantung pada kualitas manajemen sektor publik (PSM). Pemerintah melakukan fungsi mereka melalui PSM, dimana dalam PSM termasuk semua manajer di pemerintah dan organisasi publik yang tugasnya mengelola pariwisata dalam beberapa cara. 4 James Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management, Routledge, London, 1997, hal. 2. 4
Lebih jauh lagi, dalam menganalisa sebuah public sector management sektor pariwisata di suatu negara, terdapat kerangka analisa yang dijabarkan oleh James Elliot didalam bukunya. Dalam melihat PSM kemudian, beberapa pertanyaan sebagai kerangka analisa harus dijawab, yaitu Siapa aktor yang terlibat dalam pengelolaan sektor pariwisata, bagaimana kemudian pariwisata tersebut dikelola, serta apa hasil yang telah dicapai dalam mengelola pariwisata tersebut. 5
Pemerintah disemua tingkatan, dari mulai pemerintah nasional dan federal, hingga pemerintah daerah di tingkat desa, semua bisa terlibat dalam pengelolaan pariwisata. PSM juga mencakup semua organisasi publik seperti layanan nasional sipil dan kementerian pemerintah dan departemen, otoritas hukum, serta badan-badan publik. Kementerian pariwisata dan departemen dan organisasi pariwisata nasional (NTOs) juga merupakan aktor yang sangat penting. 5 Selain itu, sektor industri pun juga memegang peranannya tersendiri. Dalam melihat bagaimana PSM terlibat dan benar-benar berhasil dalam prakteknya akan berbeda di setiap negara, terkait dengan budaya politik negara dan kekuatan prinsip-prinsip operasi dalam situasi tertentu. Manajer terlibat dalam pariwisata melalui organisasi dan jaringan, melalui pemecahan masalah dan baik secara formal dan informal. Kompleksitas dari budaya politik, banyaknya aktor yang terlibat, kemudian juga menciptakan interdependensi antara sati aktor dengan aktor yanglain dalam PSM. Selain itu, bagaimana sektor pariwisata tersebut dikelola kemudian menjadi penting guna mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan terkait sektor pariwisata suatu negara. Dalam melihat kinerja PSM kemudian, beberapa evaluasi terkait dengan legitimasi, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi yang ditemukan dalam hasil praktek dan kinerja. Evaluasi berdasarkan praktek adalah evaluasi dari praktek yang dilakukan oleh PSM dalam mengelola pariwisata sedangkan evaluasi kinerja adalah evaluasi dari tujuan pariwisata dan seberapa sukses PSM telah bekerja. 6 Teori ini kemudian digunakan oleh penulis dalam menganalisa bagaimana strategi pemerintah Korea Selatan dan Jepang dalam mengelola pariwisatanya melalui budaya pop. Peran dari masing-masing aktor serta sinergi diantara mereka dalam mengelola pariwisata kemudian dilihat sebagai salah satu strategi yang diterapkan. Lebih jauh lagi, dalam melihat bagaimana kemudian budaya pop mempengaruhi perilaku calon turis Asia Tenggara juga dapat dilhat dengan menjawab pertanyaa ketiga, tentang hasil apa yang sudah dicapai dalam pengelolaan pariwisata melalui budaya pop. 1.4.Argumen Utama 5 6 James Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management, Routledge, London, 1997, hal. 8. Ibid, hal. 12. 6
Pada dasarnya, pemerintah Korea Selatan dan Jepang sama-sama mendukung budaya pop dari masing-masing negara yaitu Hallyu wave dan Cool Japan dalam mempromosikan pariwisatanya. Pemerintah Korea Selatan dan Jepang sama-sama mengeluarkan kebijakan yang memiliki tujuan untuk menstimulus jumlah turis asing yang masuk. Namun dalam prakitiknya, pemerintah Korea Selatan dirasa lebih memanfaatkan Hallyu sebagai instrumen promosi pariwisata negaranya. Hal ini dapat dilihat melalui kebijakan-kebijakan langsung yang dikeluarkan oleh pemerintah Korea Selatan terkait Hallyu dan pariwisata, berbeda dengan pemerintah Jepang yang lebih menggunakan budaya pop sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan sebagai tujuan utamanya, bukan untuk menstimulus jumlah wisatawan yang masuk. 1.5.Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber utama berupa pustaka literatur. Data yang akan digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah literatur buku, jurnal, laporan resmi pemerintah dan organisasi, serta artikel-artikel dari internet. Dalam skripsi ini, data yang akan di kumpulkan adalah mengenai peran masing-masing pemerintah dalam mengelola budaya pop yang mereka punya, serta dampak dari fenomena Hallyu wave Korea Selatan dan COOL Japan Jepang terhadap jumlah turis yang masuk ke masing-masing negara pada tahun 2012-2015, khususnya yang berasal dari Asia Tenggara. 1.6.Lingkup Waktu Lingkup waktu 2012-2015 dipilih menyesuaikan dengan grafik data yang menunjukkan bahwa di tahun 2012, terjadi pergeseran jumlah turis yang masuk ke masing-masing negara, dimana Korea Selatan memiliki jumlah turis masuk yang lebih banyak. Selain itu, tahun 2012 juga dipilih mengingat pada tahun tersebut, fenomena Hallyu mulai banyak menarik perhatian dunia, melalui salah satu artis pilar Hallyu yaitu, Psy, dengan lagu populernya berjudul Gangnam Style. Lebih jauh lagi, Cool Japan Strategy pun mulai diterapkan ditahun 2012, mengingat Cool Japan Strategy ini merupakan kebijkan yang tercetus melalui inisiatif serta promosi dari Proposal Cool Japan Advisory Council pada Mei 2011. Melihat fenomena tersebut kemudian, lingkup waktu 2012-2015 dipilih dalam menganalisa dua instrumen budaya pop milik 7
Korea Selatan dan Jepang dalam menarik jumlah wisatawan asing yang masuk ke masing-masing negara. 1.7.Sistematika Penulisan Penelitian yang berjudul mengenai Strategi Pemerintah Korea Selatan dan Jepang dalam Menarik Wisatawan Asing dari Asia Tenggara melalui Budaya Pop ini di bagi menjadi BAB I yaitu Pendahuluan, penulis akan menyajikan pendahuluan penelitian yang mengulas latar belakang dan gambaran awal permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. BAB II yaitu Pembahasan mengenai apa itu Hallyu dan Cool Japan. Lebih jauh lagi, dalam bab ini akan dibahas bagaimana sekilas keadaan pariwisata di masing-masing negara dan bagaimana hubungan antara budaya pop masing-masing dengan sektor pariwisatanya dikaitkan dengan wisatawan Asia Tenggara. BAB III yaitu Pembahasan mengenai strategi apa yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dan Jepang melalui budaya pop untuk menarik wisatawan Asia Tenggara untuk datang berkunjung. Dalam bab ini juga dibahas bagaimana peranan pemerintah kedua negara dalam mengelola pariwisatanya terkait dengan budaya pop masing-masing. BAB IV yaitu Kesimpulan dari BAB I sampai BAB III. 8