BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,
|
|
- Sudomo Suparman Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia mencapai 11%. Saat ini ketika banyak ketidakpastian menghantam perekonomian dunia, sektor pariwisata sudah diakui menjadi salah satu pilar penting perekonomian. Dari sedikitnya 1 miliar atau 1/7 dari total penduduk dunia telah melakukan perjalanan (Bisnis.com, 2012). Penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa dan meningkatnya penduduk diperkotaan mendorong majunya sektor pariwisata nusantara selama kurun waktu Hal ini diiringi dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk sebagai akibat langsung dari pembangunan ekonomi, sekaligus munculnya 6,5 juta masyarakat kelas menegah baru. Pada tahun 2012 angka sementara BPS menunjukkan terjadi 245 juta perjalanan wisata dengan total pengeluaran mencapai Rp171,5 triliun (Antara News, 2012). Pada tahun 2013 ini pemerintah menargetkan sembilan juta turis asing datang ke Indonesia dengan estimasi pemasukan sekitar 10 milyar dollar AS, atau sekitar Rp97 triliun (Pos Kota News.com, 2012). Saat ini wisatawan asing yang banyak mengunjungi Indonesia masih didominasi oleh wisatawan ASEAN dan Australia. Dan yang paling besar dikunjungi adalah Bali, Jakarta, Riau, Batam, Lombok dan Raja Ampat. 1
2 Badan Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) memperkirakan industri pariwisata global akan tumbuh antara 3-4 persen pada Hal ini didorong pertumbuhan pengunjung yang lebih tinggi sebesar 6 persen di pasar negara berkembang (Sindonews.com, 2013). Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di Tahun 2012 mencatatkan angka 6.23% sepanjang tahun Angka ini masih di bawah target APBN-P 2012, namun, pencapaian ini masih dalam target yang realistis yakni pada kisaran %. Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh pengeluaran rumah tangga (5.28%), pengeluaran konsumsi pemerintah (1.25%), pembentukan modal tetap bruto (PMTB) (9.81%, ekspor (2.01%), dan impor 6.65%. Sektor sektor ekonomi yang membukukan pertumbuhan tertinggi yakni sektor pengangkutan dan komunikasi 9.98%, sector perdangangan, hotel dan reestoran 8.11% serta sektor konstruksi 7.50%. Namun kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia adalah sektor Industri Pengolahan yakni sebesar 23.94% dan Sektor Perdangan,hotel dan restoran 13.90% (The President Post Indonesia, 2013). Terkait dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh selama tahun 2012, hal ini didorong oleh jumlah wisatawan mancanegara selama periode Januari Desember 2012 yang mencapai orang atau meningkat sebesar 5.61% dibandingkan tahun Kenaikan jumlah wisman ini terjadi di sebagian besar pintu masuk utama, dengan persentase kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara Husein Sastranegara, Bandung, sebesar 27,28 persen, diikuti Bandara Adisutjipto, Yogyakarta 22,35 persen, dan Bandara Sepinggan, Balikpapan 7,82 persen. 2
3 Pertumbuhan wisatawan nusantara juga meningkat seiring dengan peningkatan kelas menengah, pertumbuhan hotel, perbaikan infrastruktur serta pertumbuhan rute penerbangan menuju pusat pariwisata utama di Indonesia. Selain menjadi tujuan wisata, perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) di Indonesia yang terus tumbuh, tidak kurang dari perusahaan beroperasi di Indonesia dapat menjadi peluang besar untuk menggelar event minimal 1 tahun sekali pada pusat bisnis dan pariwisata di Indonesia. Didukung dengan keadaaan pariwisata yang kondusif, dan memanfaatkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang baik, PT Bukit Uluwatu Villa memanfaatkan peluang ini dengan usaha perhotelannya. Perlu diketahui, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk didirikan pada tahun 2000 dan memiliki kegiatan usaha utama dalam bidang penyediaan jasa akomodasi dan perhotelan. Kepemilikan atas perusahaan terdiri dari PT Asia Leisure Network (40,29%), Archipelago Resort and Hotels Ltd (16,19%) dan publik (43,52%). Perusahaan berdomisili di Badung, Bali. Perusahaan telah mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli tahun Ditengah ketatnya persaingan bisnis perhotelan, perusahaan ini telah melakukan sejumlah aksi korporasi di berbagai daerah yang menjanjikan prospek cerah bagi perusahaan dan pemegang sahamnya. Dengan kondisi fundamental dan makro ekonomi yang baik seperti telah dijelaskan maka PT Bukit Uluwatu Tbk terus berekspansi dengan akuisisi berbagai properti di tujuan wisata yang ternama. 3
4 Kondisi fundamental menjadi peran utama dalam menentukan pembentukan harga saham. Kondisi baik buruknya emiten akan menentukan baik buruknya kinerja sahamnya. Investor harus dapat menilai apakah sekuritas yang menjadi pilihan investasi di pasar modal mampu memberikan keuntungan secara optimal. Salah satu cara untuk melakukan analisis adalah dengan menggunakan alat analisis fundamental. Analisis ini mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dengan menggunakan hubungan variael-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental atau juga dikenal dengan analisis nilai intrinsik melibatkan data keuangan dan data fundamental dari perusahaan untuk menduga nilai saham dan memprediksi pergerakan harga saham pada waktu yang akan datang. Dalam membuat peramalan harga saham tersebut langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan hal lainnya. Analisis fundamental dilakukan dengan cara menghitung nilai saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan tersebut seperti tingkat omset dan biaya biaya serta resiko yang dihadapi perusahaan. Analisis fundamental menyatakan bahwa nilai intrinsik dari aktiva keuangan sama dengan nilai sekarang dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik asset. Sesuai dengan hal itu maka analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian dikonversikan menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingka diskon yang 4
5 tepat. Sebagian informasi fundamental berhubungan dengan keadaan ekonomi, industri dan kondisi perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penilaian harga saham terdapat dua cara dalam menghitungnya yaitu menggunakan strategi aktif yang terdiri dari analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam proposal tesis kali ini akan digunakan analisis fundamental dalam menentukan harga saham PT Bukit Uluwatu Villa. PT Bukit Uluwatu Villa adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi dan perhotelan. Berdasarkan data dari World Tourism Organization disebutkan bahwa bisnis perjalanan dan pariwisata menyumbang angka yang cukup besar dalam GDP dunia yaitu sebesar 6 triliun dollar AS pada tahun Hal ini berarti bahwa sebesar 9% GDP dunia adalah berada di sektor perjalanan dan pariwisata. Sementara itu data dari BPS Indonesia menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan ke Indonesia dalam 5 tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Hal ini disajikan dalam tabel di bawah ini. 5
6 Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Wisatawan Menurut Negara Asal Tempat Tinggal Tahun Sumber: BPS diolah Dari kedua informasi di atas dapat dijadikan indikator bahwa kondisi pariwisata global dan Indonesia dalam keadaan yang baik. Artinya terdapat permintaan akan jasa pariwisata ini yang megalami pertumbuhan. Penelitian terhadap perusahaan ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikit penelitian berupa analisis fundamental atas emiten disektor jasa akomodasi dan perhotelan di Bursa Efek Jakarta. Hanya terdapat 9 perusahaan yang bergerak dibidang jasa akomodasi dan perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dan dari kesembilan emiten tersebut hanya beberapa saham yang aktif diperdagangkan termasuk PT Bukit Uluwatu Villa sementara beberapa saham pada industri perhotelan ini termasuk dalam kategori saham yang tidur. Data dari kontan.co.id menyebutkan bahwa pada perdagangan perdana, harga saham BUVA, sebutan untuk saham PT Bukit Uluwatu Villa, langsung naik Rp 100 per saham menjadi Rp 360 per saham. Harga perdana initial public offering (IPO) BUVA adalah Rp 260 per saham. Pada perdagangan pembukaan, BUVA sempat menyentuh level tertinggi, yakni Rp 380 per saham. Sementara, harga terendah saham ini berada pada level Rp 350 per saham. 6
7 Pada hari-hari berikutnya pada perdagangan di bursa, saham BUVA selalu aktif diperdagangkan dengan junlah trading day selalu di atas 15 hari sesuai dengan data ICMD 2011 dan Hal ini menarik untuk diteliti pada kisaran berapakah harga wajar saham PT Bukit Uluwatu, Tbk ini berada. Gambar 1.1 Grafik Harga Saham BUVA Periode Juli 2010-April Pertanyaan Penelitian Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan Berapa harga saham PT Bukit Uluwatu Villa yang wajar berdasarkan analisis fundamental?. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian karya akhir ini yakni bertujuan untuk melakukan analisis fundamental yakni analisis yang komprehensif atas kondisi perusahaan secara menyeluruh dengan top down approach untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh mengenai keadaan 7
8 perusahaan secara signifikan. Analisis ini dimulai dengan melakukan analisis ekonomi makro yang dilanjutkan dengan analisis industri dimana perusahaan beroperasi. Selanjutnya dilakukan analisis yang lebih dalam terhadap perusahaan dengan melakukan proyeksi keuangan untuk dapat menentukan nilai intrinsik saham perusahaan tersebut. Selanjutnya melakukan perhitungan nilai intrinsik saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk dengan menggunakan metode valuation yakni free cash flow to the firm. Dari hasil valuation ini kemudian baru dapat diketahui apakah saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk berada dalam posisi undervalued atau overvalued. 1.5 Manfaat Penelitian Sehingga hasil dari penelitian ini nantinya dapat memberikan gambaran kepada investor di dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat bagi calon investor, maupun investor yang telah memiliki saham di PT Bukit Uluwatu Villa Tbk, sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut. 1.6 Batasan Penelitian Penyusunan karya akhir ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan melalui analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam pendekatan analisis kualitatif ini dilakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek dan kondisi perusahaan. Analisis dilakukan pertama kali terhadapfaktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan 8
9 analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan dalam hal ini PT Bukit Uluwatu Villa Tbk yang mengeluarkan saham. Dan pada akhirnya dilakukan valuation atau penilaian apakah saham yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor. Penelitian terhadap laporan keuangan terbatas setelah PT Bukit Uluwatu Villa, Tbk melaksanakan pendaftaran sahamnya di Bursa Efek Indonesia yaitu tahun 2010 ditambah dengan prospektus perusahaan sebelum dilaksanakannya pendaftaran saham yaitu tahun Estimasi nilai perusahaan menggunakan horoson waktu lima tahun yaitu prediksi dari tahun 2013 sampai dengan Sistematika Penulisan Penulisan Karya Akhir ini, diuraikan secara sistematis dengan susunan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dari penelitian, metodologi penelitian serta sistematika pembahasaan dari karya akhir ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menggambarkan landasan teori yang dijadikan pedoman didalam melakukan analisis secara fundamental meliputi valuation terhadap harga saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk dengan menggunakan metode Free Cash Flow to The Firm. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 9
10 Bab ini akan menjelaskan gambaran umum dari perusahaan yang menjadi objek penelitian meliputi sejarah perusahaan, visi, misi dan nilai perusahaan, struktur organisasi perusahaan serta kegiatan operasional perusahaan saat ini. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan analisis fundamental secara top-down yang dimulai dengan analisis mengenai kondisi ekonomi secara makro, selanjutnya dilakukan analisis industri, dan analisis terhadap perusahaan yang lebih dalam. Dimana kesemua analisis ini dilakukan untuk memprediksi nilai intrisik dari saham. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan serta memberikan saran dan rekomendasi kepada investor mengenai harga saham perusahaan tersebut. 10
BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO). IPO merupakan simbol
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana untuk mengembangkan bisnis dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat yang harus dipenuhi agar target pengembangan bisnis tercapai. Perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai atau jumlah sumber daya yang dimiliki saat ini untuk masa yang akan datang (Tandelilin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia tampak mengalami perkembangan si Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber: waskita.co.id Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN terkemuka
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di Amerika Serikat, yang diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2012 merupakan tahun yang menggembirakan bagi Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa terus membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Perekonomian Indonesia tumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu industri yang memiliki peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf Khusus Presiden
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha sangat diperlukan perusahaaan untuk dapat terus tumbuh berkembang dan meningkatkan nilai perusahaan, namun upaya ini seringkali menghadapi kendala
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017
No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2009 MENCAPAI 4,5 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1982 baru 23 perusahaan yang melakukan IPO (initial public offering),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pasar modal Indonesia resmi dimulai tahun 1997 sewaktu PT semen Cibinong menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam kondisi ekonomi dan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013
No.23/05/31/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2011 MENCAPAI 6,5 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerimaan devisa, sektor ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Riau, khususnya Pekanbaru sangat meningkat. Pekanbaru merupakan Kota dengan pertumbuhan dan perkembangan tertinggi di Indonesia. Kota yang diprediksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu organisasi jasa yang mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi penyalur dana
Lebih terperinciDenpasar, Juli 2012
Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan
Lebih terperinciA. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk
Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang sebesar besarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kekayaan dari pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasar modal memiliki dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika perusahaan tidak memiliki sumber dana internal yang mencukupi, pasar modal merupakan salah satu tempat bagi perusahaan mencari sumber dana alternatif selain
Lebih terperinciStatistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya
BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008
No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum pemilik dana mengenal saham, banyak pemilik dana lebih memilih berinvestasi dalam bentuk investasi berwujud seperti emas, tanah ataupun rumah. Akan tetapi muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013
No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Initial Public Offering (IPO) dalam rangka rencana Perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007 PT Elnusa Tbk melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dalam rangka rencana Perusahaan untuk melakukan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini kebutuhan untuk memenuhi hidup sangatlah tinggi, begitu juga dengan perusahaan. Didalam memenuhi kebutuhan perusahaan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2013 MENCAPAI 5,78 PERSEN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016
No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang terjadi di tahun 2008 harus diakui telah memberikan dampak negatif ke seluruh dunia dan juga berimbas buruk kepada perekonomian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari
Lebih terperinciNo. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014
No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014 Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan nilai..., Ivalandari, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, pilihan berinvestasi masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito, emas, ataupun properti mulai bergeser ke dalam bentuk saham. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai pasar yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut (Hartono 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan internasional (international tourism) telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade terakhir. Satu miliar manusia bepergian di seluruh
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007
BPS PROVINSI D.K.I. JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Tempat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya perekonomian global, regional dan nasional membuat banyak perusahaan melakukan ekspansi usaha agar tetap bertahan dan dapat bersaing. Akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain ditunjang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5 % tahun ini, yang awalnya hanya ditargetkan 6,4 % oleh pemerintah. Penunjang pertumbuhan ekonomi tahun ini meliputi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA
No. 18/05/31/Th. XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2009 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi investor untuk menginvestasikan dananya bagi perusahaan perusahaan yang membutuhkan dana dan terdaftar dalam Bursa Efek
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian menciptakan berbagai kebutuhan baru untuk mampu berkembang ataupun bertahan pada kondisi yang memiliki persaingan tinggi. Perusahaan sebagai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alas kaki atau sepatu. Produk sepatu merupakan salah satu kebutuhan sandang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemenuhan kebutuhan sandang menjadi hal pokok dan menjadi salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi, salah satunya yaitu mengenai kebutuhan alas kaki atau sepatu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal Indonesia. Menurut Sari dan Kaluge (2013) Pasar modal merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian di Indonesia dapat dicerminkan melalui indeks harga saham di pasar modal Indonesia. Menurut Sari dan Kaluge (2013) Pasar modal merupakan lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. alternatif model dengan persentase kesalahan 8,9 persen. Sementara itu, satu
BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meramalkan permintaan pariwisata internasional di Indonesia dari Singapura dapat menggunakan dua alternatif model dengan persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertimbangkan yaitu return dan risiko. Return adalah tingkat
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan usaha yang dilakukan para investor untuk mendapatkan hasil yang akan dikonsumsi di masa yang akan datang. Didalam berinvestasi terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara tersebut. Untuk itu banyak para ahli keuangan yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal pada saat ini menjadi perhatian penting di berbagai negara. Hal ini dikarenakan aktivitas yang tinggi di pasar modal maupun pasar uang akan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami penurunan harga-harga hingga lebih dari lima puluh persen. Hal ini terjadi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014
No. 63/08/Th. XVII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014 TUMBUH 5,12 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), selanjutnya disebut Sampoerna, berdiri pada tahun 1913 dan kini telah menjadi salah satu perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Sampoerna
Lebih terperinciPERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %
No, 11/02/13/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 % Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2013 meningkat sebesar 6,2 persen terhadap 2012, terjadi pada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Sebagai negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai lembaga bisnis, seperti juga manusia, berada pada lingkungan yang tidak pasti. Berbagai faktor bisa berubah setiap saat, seperti konsumen, pesaing,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciakan datang. Pada umumnya dari seluruh informasi yang disajikan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan keputusan investasi, investor lebih menekankan informasi yang menyangkut kejadian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondusif dimana nilai tukar Rupiah cenderung terdepresiasi serta Produk
BAB I PEDAHULUA 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2015 perkembangan pasar saham tidak sebaik tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian nasional yang kurang kondusif dimana nilai
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ekonomi di semua sektor maka dibutuhkan dana yang sangat besar. Berbagai upaya dilakukan guna memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinci