BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN PAYUDARA POST NATAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi : inspeksi dan palpasi pada payudara. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam organisme

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1. Praktek Perawatan Payudara Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku hanya sebatas sikap, belum ada tindakan nyata. Menurut Yetty Zein (2005), menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : a. Faktor Predisposisi Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai budaya, dan motivasi. 1) Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya ibu yang hamil atau pernah hamil menganggap bahwa perawatan payudara selama tidak perlu dilakukan atau tidak boleh dilakukan, karena mereka menganggap bahwa jika bayi lahir maka ASI akan keluar dengan sendirinya. Dan 9

apabila ada masalah sehubungan dengan laktasi, pada awal masa menyusui, maka hal tersebut adalah wajar dan perlu dikhawatirkan dan diantisipasi. 2) Sikap Mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan kesiapan berespon atau bertindak. Bila ibu bersikap kurang baik sehubungan dengan perawatan payudara selama hamil maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perilaku yang muncul. Untuk itu sikap ibu sehubungan dengan perawatan payudara selama hamil harus diperhatikan oleh petugas kesehatan. 3) Nilai Budaya Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang diharapkan akan memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat. 4) Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Masyarakat yang mempercayai suatu keyakinan tertentu, maka dalam menghadapi suatu perilaku kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatannya.

5) Motivasi Mempengaruhi perilaku karena motivasi aadalah dorongan dalam diri seseorang untuk melakukaan kegiatan tertentu. Setiap perilaku pada hakekatnya mempunyai motif tertentu. b. Faktor Pendukung (Enabling Factors) Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Faktor pendukung ada dua macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. Sedangkan fasilitas umum yaitu media informasi, misalnya TV, koran, majalah. c. Faktor Penguat Meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidikan kesehatan. Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Perilaku erat hubungannya dengan kesehatan. Tingkat kesehatan, keselamatan, serta kehidupan seseorang banyak ditentukan oleh faktor perilaku. Perilaku mempunyai andil nomor dua setelah lingkungan, terhadap status kesehatan. Sedangkan perilaku kesehatan juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat. Strategi pendekatan yang digunakan untuk mengkondisikan faktor

predisposisi adalah komunikasi dan dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas. Selain itu petugas - petugas lain atau tokoh masyarakat merupakan panutan perilaku termasuk perilaku kesehatan Perawatan payudara selama hamil (Prenatal BreastCare) adalah perlakuan yang diberikan kepada payudara untuk persiapan menyusui dengan tujuan untuk memudahkan bayi menghisap ASI, untuk menjaga kesehatan payudara, sehingga mencegah gangguan yang bisa timbul selama menyusui, dan yang dilakukan setelah 6 bulan usia kehamilan (Manuaba, 1998). Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus ibu perhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya. Saat kehamilan payudara akan membesar dan daerah sekitar putting susu akan lebih gelap warnanya dan juga sensitive. Semua ini terjadi untuk persiapan tubuh ibu hamil untuk memberikan makanan pada bayinya kelak. Perawatan payudara selama kehamilan sebaiknya dilakukan mulai umur kehamilan 6 bulan, karena dapat mengetahui kelainan yang terdapat pada payudara. Menurut Ilyas (1995), tujuan dilakukannya perawatan payudara selama hamil, antara lain: a. Memelihara kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.

b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu. c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar. d. Mengeluarkan puting susu yang masuk ke dalam ( Retracted Nipple ). e. Mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya. f. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui. Perawatan payudara sebelum melahirkan mempunyai banyak manfaat untuk ibu. Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara merupakan satu satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir. Ibu juga harus dipersiapkan secara fisik maupun psikologis untuk menyusui. Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat kehamilan. Berikut ini perawatan payudara yang bisa dilakukan pada ibu hamil, yaitu (Anwar, 2005, Perawatan Payudara selama hamil, 5, http://www.asysyariah.com, diperoleh tanggal 18 September 2006 ). a. Umur kehamilan 3 Bulan

Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. Puting susu yang normal akan menonjol keluar. b. Umur Kehamilan 6-9 Bulan Teknik perawatan payudara selama hamil, antara lain : 1) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa atau baby oil. 2) Puting susu sampai areola mammae (daerah sekitar putting dengan cara lebih gelap) dikompres dengan menempelkan kapas yang dibasahi minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada putting susu sehingga mudah dibersihkan. Jangan membersihkan putting dengan alcohol, sabun atau yang lainnya yang bersifat iritasi, karena dapat menyebabkan putting susu lecet. 3) Kedua putting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar (searah dan berlawanan jarum jam). 4) Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurat ke arah putting susu sebanyak 20-30 kali. 5) Pijat daerah areola mammae sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan putting susu tidak tersumbat 6) Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan handuk yang kering dan bersih.

7) Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan memakai BH yang ketat dan menekan payudara. 8) Jika putting susu datar atau tertarik ke dalam, cara merawatnya adalah sebagai berikut : a) Letakkan kedua ibu jari diatas dan di bawah putting susu. b) Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke arah bawah sebanyak 20 kali. c) Letakkan kedua ibu jari di samping kiri dan disamping kanan putting. d) Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke arah kiri dan kanan sebanyak 20 kali. Lakukan 2 kali sehari sejak usia kehamilan 3 bulan. Selain dengan cara menarik putting ke arah kiri dan kanan, putting yang mendelep juga dapat diatasi dengan penyedot payudara. Menurut King (1991), hal-hal yang perlu diperhatikan dan selama melakukan perawatan payudara selama hamil : a. Kuku tidak boleh panjang dan tajam, karena akan mengakibatkan luka pada payudara bila ibu kurang hati-hati b. Tangan dan jari tangan harus bersih c. Dalam melakukan perawatan harus dalam suasana santai, misal setelah mandi sore / malam hari sebelum tidur d. Jangan melakukan perawatan payudara secara berlebihan. Jika ditemukan kelainan, segera periksa ke dokter.

e. Lakukan perawatan payudara secara rutin. Perawatan payudara selama hamil dilakukan sehari satu kali sebelum mandi. 2. Pengetahuan ( knowledge ) Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Misalnya, seorang ibu akan melakukan perawatan payudara selama hamil apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau bayinya, dan apa akibatnya bila tidak melakukan perawatan payudara selama hamil. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. Menurut Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a) Awareness ( kesadaran ), yaitu individu menyadari adanya stimulus b) Interest (terarah, individu mulai tertarik pada stimulus) c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.

d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e) Adaption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus. Perubahan perilaku pada seseorang tidak selalu melewati tahap-tahap diatas, sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Apabila perubahan perilaku baru pada seseorang melalui tahap-tahap diatas, dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku baru tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya, ibu-ibu melakukan perawatan payudara sebelum melahirkan karena diperintah oleh petugas kesehatan tanpa mengetahui makna dan tujuan dari perawatan payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan hal tersebut lagi setelah beberapa saat perintah tersebut diterima. Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan : a) Tahu (Know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan. Contoh : Dapat menyebutkan 3 manfaat perawatan payudara saat hamil, dapat menguraikan bahan yang digunakan pada pelaksanaan perawatan

payudara saat hamil, dapat mendefinisikan arti perawatan payudara selama hamil, dapat menyatakan tujuan dilakukan perawatan payudara. b) Memahami (Comprehension) Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan. Contoh : Jelaskan manfaat mengompres putting dengan minyak, berikan contoh hal-hal yang mengganggu proses menyusui, ibu-ibu dapat menyimpulkan hasil pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara selama hamil. c) Aplikasi (Aplication) Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. Contoh : Ibu-ibu dapat mempraktekan cara perawatan payudara selama hamil dengan baik. d) Analisis (Analysis) Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis) Yaitu suatu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori yang telah ada. Contoh : Ibu-ibu dapat merencanakan perawatan payudara selama hamil. f) Evaluasi (Evaluation) Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri. Contoh : seorang ibu dapat membedakan perawatan payudara yang baik dan benar pada saat hamil. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin kita ketahui atau kita ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan diatas. Menurut Warijan, pengukuran tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : Kategori baik (80-100 %) dari total nilai jawaban yang benar Kategori cukup (65-79 %) dari total jawaban yang benar Kategori kurang (< 65 %) dari total jawaban yang benar

3. Sikap ( Attitude ) Menurut Sunaryo (2004), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap masih merupakan reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berespon terhadap objek atau stimulus. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Agar sikap terwujud dalam suatu perilaku nyata, diperlukan faktor pendukung dan fasilitas. Contoh : Sikap ibu yang positif terhadap perawatan payudara selama hamil harus mendapatkan dukungan dari suaminya dan tersedianya fasilitas yang mudah didapat, sehingga ibu bersedia melakukan perawatan payudara sebelum melahirkan.

Menurut Yetty Zein (2005), sikap mempunyai 3 komponen yang membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu : a. Komponen kognitif ( komponen perceptual ) Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsikan terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi. b. Komponen afektif ( komponen emosional ) Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif. c. Komponen konatif ( komponen perilaku ) Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Ketiga komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan manusia merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Pengetahuan dan perasaan merupakan bagian dari sikap yang akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Komponen afeksi memiliki penilaian emosional yang dapat bersifat positif atau negatif. Berdasarkan penilaian ini maka terjadilah kecenderungan untuk bertingkah laku hati-hati. Misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang

perawatan payudara selama hamil (manfaatnya, caranya, dan sebagainya), pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha untuk melakukan perawatan payudara. Menurut Notoatmodjo (1997), sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : a. Menerima ( receiving ) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Contoh : Sikap ibu terhadap perawatan payudara selama hamil dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu terhadap pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara selama hamil. b. Merespons ( responding ) Memberikan jawaban apabila datanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai ( valuing ) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk melakukan perawatan payudara selama hamil, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap perawatan payudara selama hamil. d. Bertanggung jawab ( responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misal : seorang ibu mau melakukan perawatan payudara selama hamil, meskipun ditentang oleh suaminya. Setelah individu mendapat stimulus dari lingkungannya, maka individu tersebut akan bereaksi atau berespon terhadap objek tersebut. Sebelum individu tersebut bersikap terhadap objek tertentu, maka akan melalui tahapan-tahapan diatas. Tindakan yang diawali dengan melalui proses yang cukup kompleks akan bersifat langgeng. Semua proses ini sifatnya tertutup sebagai dasar pembentukan suatu sikap yang akhirnya akan terjadi tindakan yang terbuka, dan inilah yang disebut tingkah laku. Menurut Sunaryo (2004), ada empat hal penting yang menjadi determinan ( faktor penentu ) sikap individu, yaitu : a. Faktor Fisiologis Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap individu. Contoh : orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal dibandingkan dengan orang tua yang penuh kehati-hatian.

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek sikap tersebut. Misal : pasien yang pernah dirawat dengan baik oleh seorang perawat, akan menaruh sikap positif terhadap perawat. c. Faktor kerangka acuan Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Misal individu yang meyakini bahwa hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah adakah tidak sesuai dengan norma masyarakat dan agama. Oleh karena itu, individu tersebut tidak akan melakukan hal tersebut sebelum melaksanakan perkawinan (bersikap negatif). d. Faktor komunikasi sosial Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Misalnya ibu mendengar informasi dari TV tentang perawatan payudara selama hamil sangat bermanfaat, maka sikap ibu terhadap perawatan payudara selama hamil positif. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. Faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu. Faktor yang berasal dari dalam individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman langsung dari individu. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain informasi,

kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi faktor penentu sikap individu terhadap objek atau stimulus. Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap, yaitu : a. Faktor Internal Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Faktor individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan haus (faktor fisiologis). b. Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat langsung, misal individu dengan individu atau dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti alat komunikasi dan media massa. Contoh : pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat. Sikap dapat berubah ubah dalam situasi yang memenuhi syarat, sehingga dapat dipelajari. Sebagaimana telah diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai

makhluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari luar individu antara lain : pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu. Disamping itu, manusia juga sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal), juga mempengaruhi pembentukan sikap. Faktor yang berasal dari dalam individu yaitu fisiologis, psikologis, dan motif yang ada dalam diri individu. Menurut Sunaryo (2004), pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 macam cara yaitu : a. Secara langsung Dengan cara ini, subjek secara langsung dinilai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Jenis pengukuran sikap secara langsung yaitu : 1) Langsung berstruktur Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepad subjek yang diteliti. 2) Langsung tidak berstruktur Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak diperlukan persiapan yang mendalam, misal pengamatan langsung atau survei, mengukur sikap dengan wawancara bebas / free interview. b. Secara tidak langsung Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

4. Motivasi Menurut Monica (1998), motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Setiap perilaku manusia pada hakekatnya mempunyai motif tertentu, termasuk perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis, mempunyai maksud tertentu walaupun maksud itu tidak selalu disadari oleh manusia dengan lebih sempurna. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif memberi arah dan tujuan kepada perilaku manusia, juga kegiatan yang dilakukan setiap hari. Motif timbul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri individu. Akibat ketidakseimbangan itu, akan menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi sehingga terjadi keseimbangan atau homeostasis. Dan cara untuk memenuhi keseimbangan itu adalah manusia harus berperilaku. Motivasi sendiri bukan merupakan suatu kekuatan netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalamam masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita cita hidup, dan sebagainya. Makin intelegensi dan berpendidikan seseorang, akan semakin baik perbuatannya dan secara sadar pula melakukan perbuatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2003), motivasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Motivasi intrinsik Yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu dan dipengaruhi sesuatu, seperti : kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, dan cita-cita. b. Motivasi ekstrinsik Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu dan dipengaruhi segala sesuatu / pendorong dari luar, seperti orang tua, saudara dan lingkungan sekitar. c. Motivasi terdesak Yaitu muncul dari kondisi terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali. Misalnya : motivasi untuk melepaskan diri dari bahaya, untuk melawan, mengatasi rintangan. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik). Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai. Motivasi juga dapat timbul pada saat individu dalam kondisi terjepit dan munculnya secara tiba-tiba. Setelah kondisi tersebut dapat diatasi, motivasi yang sudah terpenuhi tidak akan muncul lagi. Motivasi / upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat untuk mengarahkan seseorang untuk giat melakukan tugas kewajibannya tanpa

harus diperintah dan diawasi. Kesulitannya, adalah untuk mengenali dan memahami pada jenjang kebutuhan yang mana ia berada, sebab kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak lagi menjadi motivasinya. Menurut Sunaryo (2004), secara umum motif terbagi menjadi 2 macam yaitu : a. Motif primer atau motif dasar Yaitu motif yang tidak dapat dipelajari karena berbentuk insting dan untuk mempertahankan hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini sering disebut drive. Contoh : Dorongan umum, seperti takut, ingin tahu, dan kasih sayang. b. Motif sekunder Yaitu motif yang dapat dimodifikasi, dikembangkan, dan dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu. Contoh : Motif menjadi perawat yang profesional, motif mencapai sukses, belajar, berprestasi, dan bekerja. Ada dua motif dasar yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku yaitu motif primer dan sekunder. Motif primer biasanya berhubungan dengan keperluan, kebutuhan untuk mempertahankan hidup dengan kepuasan yang tercapai berkaitan dengan azas azas biologis. Motif primer bercorak universal dan kurang terikat dengan lingkungan. Sedangkan motif sekunder adalah moif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Motif sekunder tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang lain.

Agar seseorang mau dan bersedia melakukan seperti yang diharapkan, kadangkala perlu disediakan perangsang (incentive). Menurut Notoatmodjo (1997), untuk meningkatkan motivasi berperilaku individu dapat dilakukan dengan 4 cara sebagai berikut : a. Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi pendidikan, dan jabatan. b. Kompetisi atau persaingan yang sehat. c. Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan antara (pace making). d. Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, untuk mendorong agar lebih berhasil. Manusia sifatnya unik, sehingga untuk memotivasi satu dengan yang lainnya tidak sama. Melalui pemahaman tentang hierarki kebutuhan Maslow, kita dapat mengetahui jenis jenis motivator. Individu memiliki hierarki kebutuhan yang menentukan tindakannya. Sekali kebutuhan paling dasar dipuaskan, individu akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan berikutnya. Dengan diberikan perangsang (incentive), akan dapat meningkatkan motivasi pada individu untuk berperilaku. Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :

a. Memotivasi dengan kekerasan ( motivating by force ) Yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman, agar individu yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan. Contohnya seorang komandan mengancam akn memberikan hukuman pada anak buahnya apabila tidak disiplin. b. Memotivasi dengan bujukan ( motivating by enticement ) Yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi. Contohnya mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan berupa bebas membayar SPP selama 2 semester. c. Memotivasi dengan identifikasi Yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu. Contohnya seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi ingin mendapatkan nilai yang bagus dan yang memetik hasilnya adalah diri sendiri. Selain dengan memberikan perangsang atau incentive untuk meningkatkan motivasi seseorang, motivasi juga dapat ditingkatkan dengan cara kekerasan, dengan bujukan, dan identifikasi. Memotivasi dengan kekerasan adalah cara yang kurang efektif karena dengan cara ini, individu akan berperilaku sesuai yang diinginkan oleh yang memberi motivasi. Tapi setelah ancaman itu tidak ada maka motivasi akan menurun. Memotivasi dengan bujukan adalah cara yang cukup efektif karena dengan diberi hadiah, seseorang termotivasi untuk

berperilaku. Tapi cara ini kelemahannya adalah jika tidak ada imbalan hadiah maka motivasi seseorang menurun. Sedangkan memotivasi dengan identifikasi merupakan cara yang paling efektif. Dalam hal ini individu telah mempunyai kesadaran yang timbul dari dalam dirinya, sehingga untuk mencapai sesuatu individu tidak perlu perangsang. Menurut Purwanto (1999), pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu : a. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang. b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu. Ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang dapat juga disimpulkan dari tingkah lakunya, misalnya kekuatan tenaga yang ia keluarkan (usahanya), frekuensinya, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, impian-impiannya. Motivasi merupakan tenaga penggerak dan kadang dilakukan dengan mengesampingkan hal hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan. Dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan. Suatu motivasi murni adalah motivasi yang disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Menurut Monica (1998), terdapat faktor faktor untuk memahami motivasi, yaitu : a. Motif

Motif adalah suatu kekuatan dasar yang terdapat dalam diri organisme, yang menyebabkan organisme tersebut berbuat untuk memenuhi kebutuhan agar tercapai keseimbangan atau homeostasis. Pada umumnya motif digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Motif merupakan kebutuhan, keinginan, rangsangan atau impuls dalam diri seseorang yang menimbulkan perilaku. Setiap perilaku manusia pada dasarnya mempunyai motif tertentu, termasuk perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara otomatis. b. Kekuatan motif Adalah suatu cara untuk mengkategorisasikan kekuatan suatu motif atau kebutuhan, karena orang umumnya memiliki berbagai motif yang kesemuanya bersaing untuk dipenuhi. Maka motif yang berkekuatan paling tinggilah yang dipuaskan terlebih dahulu melalui perilaku. Seringkali setelah kebutuhan dapat terpenuhi, maka kekuatan motif akan menurun dan kebutuhan pada prioritas berikutnya akan mendapat perhatian. c. Tujuan Merupakan harapan untuk mendapatkan hadiah, insentif, dan keinginan eksternal. Tujuan adalah sesuatu diluar diri seseorang, dan apa yang seseorang ingin capai. d. Perilaku Merupakan apa yang seseorang lakukan dan apa yang orang lain terima atau rasakan.

B. Kerangka Teori Penelitian Terbentuknya perilaku, yaitu praktek perawatan payudara selama hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan, dan motivasi. Faktor pendukung terdiri dari sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Fasilitas meliputi fasilitas fisik dan umum. Fasilitas fisik terdirri daari fasilitas kesehatan misal puskesmas, obat, alat kontrasepsi. Fasilitas umum meliputi media informasi, misal TV, koran, majalah, leaflet. Faktor penguat terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan. Kerangka Teori Faktor predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Nilai 4. Kepercayaan 5. Motivasi Faktor pendukung : 1. Fasilitas fisik : fasilitas

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian : Terbentuknya Perilaku C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat pengetahuan Ibu tentang perawatan payudara selama hamil Sikap Ibu terhadap perawatan payudara selama hamil Praktek perawatan payudara selama hamil Motivasi Ibu untuk melakukan perawatan payudara selama hamil Gambar 2.2 Kerangka konsep Penelitian D. Variabel Penelitian Variabel penelitian terbagi menjadi 3 macam yaitu: 1. Variabel Independent (bebas) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan payudara selama hamil, sikap Ibu dalam perawatan payudara selama hamil, motivasi ibu untuk melakukan perawatan payudara selama hamil. Tingkat pengetahuan meliputi: pengertian perawatan payudara selama hamil, tujuan perawatan payudara selama hamil, dan cara perawatan payudara selama hamil.

2. Variabel Dependent (terikat) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah praktek ibu mengenai cara perawatan payudara selama hamil. E. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan payudara selama hamil dengan praktek perawatan payudara selama hamil. 2. Ada hubungan antara sikap ibu dalam perawatan payudara selama hamil dengan praktek perawatan payudara selama hamil. 3. Ada hubungan antara motivasi ibu untuk melakukan perawatan payudara selama hamil dengan praktek perawatan payudara selama hamil.