PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

dokumen-dokumen yang mirip
HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Eksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara

SIFAT SUB RUANG TOPOLOGI HASIL KALI RUANG METRIK KERUCUT

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Epsilon Juni 2014 Vol. 8 No. 1 METODE KARMARKAR SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

MATEMATIKA DASAR (Himpunan Terurut Parsial (Poset))

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

RUANG-RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

SIFAT TITIK TETAP PADA RUANG METRIK SKRIPSI

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

Arie Wijaya, Yuni Yulida, Faisal

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

TEOREMA TITIK TETAP DALAM RUANG 2-METRIK SEMI QUASI

ANTI SUBGRUP FUZZY. Kata Kunci: Lower level subset, Anti subgrup fuzzy, Lower Level Subgrup.

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

KONSTRUKSI, SIFAT DAN DIMENSI HIMPUNAN CANTOR MIDDLE THIRD. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG METRIK CONE PADA JARAK-W. Skripsi. Untuk memenuhi sebagai persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

KAJIAN KELENGKUNGAN PERSAMAAN

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB 3 ALJABAR MAX-PLUS. beberapa sifat khusus yang selanjutnya akan dibuktikan bahwa sifat-sifat tersebut

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

SIFAT TITIK TETAP PADA JARAK-W DI RUANG METRIK LENGKAP

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BARISAN p-summable DALAM NORM-n

INTERVAL KEKONTRAKTIFAN PEMETAAN PADA RUANG BANACH. Badrulfalah 1, Khafsah Joebaedi. 2.

SIFAT-SIFAT PEMETAAN OCCASIONALLY WEAKLY COMPATIBLE PADA RUANG METRIK FUZZY

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BANACH CONE

KEKONVERGENAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU MENGGUNAKAN METODE ITERASI VARIASIONAL

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

Restia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Sifat-sifat Ruang Banach

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

Mariatul Kiftiah. JurusanMatematika FMIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak Jl. A Yani Pontianak ABSTRACT

Sistem Bilangan Real

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

HUBUNGAN BENTUK-BENTUK KHUSUS K-ALJABAR HIPER IMPLIKATIF

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

2 BARISAN BILANGAN REAL

Rangkuman Suku Banyak

CATATAN KULIAH ANALISIS REAL LANJUT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

ISBN Prosiding SNMPM 2017 Fenomena Non-Linier dan Pembelajaran Pemodelan Matematika

SEMI-HOMOMORFISMA BCK-ALJABAR. Deffyana Prastya A. 1 dan Suryoto 2. Program Studi Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, SH, Semarang, 50275

TANPA MENGGUNAKAN SIFAT KEKONTINUAN FUNGSI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

PERAN FAKTOR PENYEKALA PADA KONSTRUKSI INTERPOLASI FRAKTAL. Marwan 1

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BARISAN BILANGAN REAL

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

MA3231 Analisis Real

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. pengembangan sistem yang menggunakan metode SDLC (System Development

MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

UNIVERSITAS INDONESIA PEMETAAN KOMPATIBEL DI RUANG METRIK Q-FUZZY TESIS SITI JULAEHA

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

FUNGSI CANTOR KAJIAN TEORI ABSTRAK 2.1 HIMPUNAN KOMPAK 2.2 HIMPUNAN COUNTABLE 2.3 HIMPUNAN TERUKUR I. PENDAHULUAN

Penjumlahan dari Subnear-ring Fuzzy

Transkripsi:

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT Mariatul Kiftiah Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat 78124 Email : kiftiahmariatul@math.untan.ac.id ABSTRACT In this paper, a new concept about Ciric-Matkowski contraction mapping in ordered metric space (related to ) is contructed. Different from the metric space, the Ciric-Matkowski contraction mapping in ordered metric space does not imply that the mapping to be continous. Next, some fixed point theorem of the Ciric-Matkowski contraction mapping in ordered metric space which is continous and not are proved. The result shows that the theorems do not guarantee the existence and uniqueness fixed point in ordered metric space. Adding comparable condition in it space then its mapping have a unique fixed point. Keywords: fixed point,metric space,contraction mapping. ABSTRAK Dalam penelitan ini, dibangun konsep pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski di ruang metrik terurut (terhadap relasi urutan ). Berbeda dengan ruang metrik, pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski di ruang metrik terurut tidak selalu kontinu. Selanjutnya, dalam penelitan ini dibangun beberapa teorema titik tetap untuk pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski yang kontinu dan tak kontinu. Hasil penelitian menunjukkan teorema tersebut tidak menjamin ketunggalan titik tetap di ruang metrik terurut. Dengan menambahkan sifat komparabel pada dua anggota dalam ruang metrik terurut maka dapat ditunjukkan bahwa pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski memiliki titik tetap tunggal. Kata kunci : titik tetap, ruang metrik, pemetaan kontraksi 1. PENDAHULUAN Konsep pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski diperkenalkan oleh L.J.Ciric (1981) dan J.Matkowski (1980). Pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski merupakan pemetaan dari ruang metrik (XX, dd) ke dirinya sendiri (self-mapping) dengan sifat untuk setiap εε > 0 ada δδ > 0 sehingga untuk setiap xx, yy XX dengan xx < yy dan εε < dd(xx, yy) < εε + δδ berakibat dd ff(xx), ff(yy) εε. Dalam penelitiannya, Ciric- Matkowski memberikan syarat cukup yang menjamin eksistensi dan ketunggalan titik tetap untuk pemetaan kontraksi yang terdefinisi dalam ruang metrik lengkap. 6

Konsep ruang metrik terus mengalami perkembangan. Untuk suatu himpunan terurut parsial (XX, ) dan suatu metrik d sedemikian sehingga (XX, dd) ruang metrik maka (XX, dd) merupakan ruang metrik terurut terhadap relasi urutan. Beberapa ilmuwan dalam penelitiannya telah membuktikan eksistensi dan ketunggalan pemetaan kontraksi di ruang metrik terurut. Salah satunya adalah Harjani [1] yang berhasil membuktikan eksistensi dan ketunggalan pemetaan kontraksi Meir-Keeler di ruang metrik terurut. Dalam penelitiannya, Matkowski [2] mendefinisikan pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski sebagai perluasan dari pemetaan kontraksi Meir-Keeler. Berdasarkan gagasan yang dilakukan oleh Harjani dan Matkowski, maka dalam paper ini akan dibangun konsep pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski pada ruang metrik terurut. Lebih lanjut, akan dikaji eksistensi dan ketunggalan titik tetap dari pemetaan kontraksi tersebut pada ruang metrik terurut. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Himpunan Terurut Parsial Himpunan terurut parsial merupakan suatu himpunan tak kosong yang dilengkapi dengan relasi dan memenuhi beberapa aksioma relasi. Berikut ini diberikan definisi Himpunan terurut parsial. Definisi 2.1.1 [3] Relasi pada himpunan tak kosong X dikatakan urutan parsial (partial order) jika dan hanya jika untuk setiap xx, yy, zz XX berlaku : (i) xx xx (sifat refleksif) (ii) Jika xx yy dan yy xx maka xx = yy (sifat antisimetris) (iii) Jika xx yy dan yy zz maka xx zz (sifat transitif) Lebih lanjut, (XX, ) disebut himpunan terurut parsial. Contoh 2.1.2 Diberikan R adalah himpunan semua bilangan real. (R, ) merupakan himpunan terurut parsial, sebab " " memenuhi sifat refleksif, antisimetris dan transitif pada R. Definisi 2.1.3 [3] Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial. Untuk setiap xx, yy XX disebut komparabel jika xx yy atau yy xx. Jika xx yy dan xx yy maka xx < yy. Untuk setiap xx, yy XX yang tidak komparabel disebut dengan inkomparabel. 2.2 Ruang Metrik Terurut Untuk membahas Ruang Metrik Terurut diawali dengan membahas konsep ruang metrik. Definisi 2.2.1 [4] Diberikan sebarang himpunan tak kosong X. Fungsi dd: XX XX R disebut metrik pada X jika memenuhi sifat-sifat : 7

Mariatul Kiftiah - Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski pada Ruang Metrik Trurut (M1) dd(xx, yy) = 0 jjjjjjjj dddddd haaaaaaaa jjjjjjjj xx = yy dd(xx, yy) > 0, uuuuuuuuuu ssssssssssss xx, yy XX, dddddddddddd xx yy (M2) dd(xx, yy) = dd(yy, xx), uuuuuuuuuu ssssssssssss xx, yy XX (M3) dd(xx, yy) dd(xx, zz) + dd(zz, yy), uuuuuuuuuu sseeeeeeeeee xx, yy, zz XX Himpunan X yang dilengkapi dengan suatu metrik dd disebut ruang metrik dan dituliskan dengan (XX, dd) atau X asalkan metriknya telah diketahui. Selanjutnya, pengertian barisan konvergen dan barisan Cauchy di dalam ruang metrik diberikan pada definisi berikut. Definisi 2.2.2 [4] Diberikan ruang metrik (XX, dd). a. Barisan {xx nn } XX dikatakan konvergen ke xx XX, ditulis dengan llllll nn dd(xx nn, xx) = 0 jika untuk setiap ε > 0 ada nn 0 N sehingga untuk setiap n N dengan nn nn 0 berlaku dd(xx nn, xx) < εε. Dalam hal ini x disebut limit barisan {xx nn }. b. Barisann {xx nn } XX disebut barisan Cauchy, jika untuk setiap ε > 0 ada nn 0 N sehingga untuk setiap mm, nn N dengan mm, nn nn 0 berlaku dd(xx mm, xx nn ) < εε. c. Ruang metrik yang setiap barisan Cauchy di dalamnya konvergen disebut ruang metrik lengkap. Pada ruang metrik didefinisikan konsep fungsi tak turun sebagai berikut. Definisi 2.2.3 [4] Diberikan (XX, dd) ruang metrik dan fungsi ff: XX XX. Fungsi ff dikatakan tak turun jika untuk setiap xx, yy XX berlaku xx yy ff(xx) ff(yy) Definisi 2.2.4 [2] Diberikan (XX, dd) ruang metrik dan pemetaan ff: XX XX. Pemetaan ff dikatakan memenuhi kontraksi Ciric-Matkowski jika untuk setiap εε > 0 ada δδ > εε sehingga untuk setiap xx, yy XX dengan εε < dd(xx, yy) < δδ dan xx < yy berakibat dd ff(xx), ff(yy) εε. Definisi 2.2.6 [6] Diberikan (XX, dd) ruang metrik dan pemetaan ff: XX XX. Pemetaan ff dikatakan memenuhi kontraksi Meir-Keeler jika untuk setiap εε > 0 ada δδ > εε sehingga untuk setiap xx, yy XX dengan εε (xx, yy) < δδ dan xx < yy berakibat dd ff(xx), ff(yy) < εε. Selanjutnya, dibawah ini didefinisikan Ruang Metrik Terurut. Definisi 2.2.7 [3] Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial dan d metrik pada X. Himpunan (XX, dd) disebut dengan ruang metrik terurut terhadap relasi. Selanjutnya, jika (XX, dd) ruang metrik lengkap maka ruang metrik terurutnya disebut dengan ruang metrik terurut lengkap. 8

Contoh 2.2.8 Diberikan XX = R. Didefinisikan relasi urutan RR = {(xx, xx), xx R}, maka (R, RR) himpunan terurut parsial. Selanjutnya, (XX, d) merupakan ruang metrik terhadap metrik dd: dd(xx, yy) = xx yy, untuk setiap xx, yy R Karena (R, dd) merupakan ruang metrik lengkap maka (R, dd) merupakan ruang metrik terurut lengkap terhadap relasi RR. 3. METODE PENELITIAN Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari literatur, baik dari buku teks maupun dari paper yang terkait. Penelitian ini dilakukan dengan membangun pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski pada ruang metrik terurut. Kemudian diselidiki kekontinuan pemetaan tersebut. Di akhir penelitian ini dikaji syarat cukup yang menjamin eksistensi dan ketunggalan titik tetap untuk pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski pada ruang metrik terurut. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski pada Ruang Metrik Terurut Pada bagian ini konsep pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski di Ruang Metrik Terurut didefinisikan. Definisi 4.1.1 Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial, suatu metrik d sedemikian sehingga (XX, dd) ruang metrik terurut (terhadap relasi ) dan ff: XX XX pemetaan. Pemetaan ff dikatakan memenuhi kontraksi Ciric-Matkowski jika untuk setiap εε > 0 ada δδ > 0 sehingga untuk setiap xx, yy XX dengan xx < yy dan εε < dd(xx, yy) < εε + δδ berakibat dd ff(xx), ff(yy) εε. Dari Definisi 4.1.1, dapat dilihat bahwa xx, yy XX komparabel. Hal ini berarti dengan mengambil εε = dd(xx, yy), maka diperoleh dd ff(xx), ff(yy) < dd(xx, yy), untuk setiap xx, yy XX dengan xx < yy. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diberikan contoh fungsi kontraksi tipe Ciric-Matkowski di ruang metrik terurut. Contoh 4.1.2 Diberikan XX = {3nn} nn=0 3nn + 1 + 1 nn+1 nn=0 Didefinisikan relasi urutan RR = {(xx, xx), xx XX}, maka (XX, RR) himpunan terurut parsial. Selanjutnya, (XX, d) merupakan ruang metrik terhadap metrik dd: dd(xx, yy) = xx yy, untuk setiap xx, yy XX Didefinisikan pemetaan ff: XX XX dengan 1 1, jika xx = 3nn + 1 + ff(xx) = nn + 1 0, jika xx = 3nn 9

Mariatul Kiftiah - Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski pada Ruang Metrik Trurut Diambil sebarang εε > 0. Dipilih 1, jika 0 < εε < 1 δδ = 2εε + 1, jika 1 εε < maka δδ > εε sehingga untuk setiap xx, yy XX dengan εε < dd(xx, yy) < δδ dan xx < yy berakibat dd ff(xx), ff(yy) εε. Dengan kata lain, f memenuhi pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski. 4.2 Eksistensi Titik Tetap untuk Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski Dari Contoh 4.1.2, menunjukkan tidak selalu berlaku bahwa f pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski di ruang metrik terurut merupakan pemetaan kontinu. Oleh karena itu, untuk membuktikan eksistensi titik tetap dari pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski di ruang metrik teurut ditambahkan syarat cukup bahwa f kontinu. Berikut teorema yang menjamin eksistensi titik tetap tersebut. Teorema 4.2.1 Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial, suatu metrik d sedemikian sehingga (XX, dd) ruang metrik lengkap (terhadap relasi ) dan ff: XX XX suatu pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski. Jika kedua kondisi berikut terpenuhi : 1. Pemetaan f kontinu dan tak turun 2. Terdapat xx oo XX sehingga xx oo ff(xx oo ) maka ff mempunyai titik tetap. Bukti. Diberikan xx 0 XX sehingga xx 0 ff(xx 0 ). Untuk setiap nn {0, 1, 2, } didefinisikan barisan {xx nn } XX dengan xx nn+1 = ff(xx nn ) Akan ditunjukkan {xx nn } merupakan barisan tak turun. Karena ff tak turun maka xx 0 ff(xx 0 ) = xx 1 yang berakibat xx 1 = ff(xx 0 ) ff(xx 1 ) = xx 2. Jadi, untuk setiap nn {0, 1, 2, } diperoleh xx 0 xx 1 xx 2 xx nn Jadi, {xx nn } merupakan barisan tak turun. Akan ditunjukkan llllll nn dd(xx nn, xx nn+11 ) = 00. Jika xx nn0 = xx nn0 +1, untuk suatu nn 0 {0, 1, 2, }, maka ff mempunyai titik tetap yaitu xx nn0 XX. Jika xx nn xx nn+1, untuk setiap nn {0, 1, 2, }, maka diperoleh xx 0 < xx 1 < xx 2 < < xx nn < Karena dd metrik pada XX maka dd(xx nn, xx nn+1 ) > 0, untuk setiap nn {0, 1, 2, }. Selanjutnya, karena ff memenuhi pemetaan kontraksi Ciric maka dd(xx nn, xx nn+1 ) = dd(ff(xx nn 1 ), ff(xx nn )) < dd(xx nn 1, xx nn ) Dengan kata lain, {dd(xx nn, xx nn+1 )} nn=0 merupakan barisan turun dan terbatas ke bawah. Berarti ada εε 0 0 dengan εε 0 = inf dd(xx nn, xx nn+1 ) nn {0, 1, 2, } sehingga lim nn dd(xx nn, xx nn+1 ) = εε 0. Akan ditunjukkan εε 0 = 0. Andaikan εε 0 > 0. Karena f pemetaan kontraksi Ciric maka ada δδ 0 > 0 sehingga εε 0 < dd(xx nn, xx nn+1 ) < εε 0 + δδ 0. Selanjutnya, karena lim nn dd(xx nn, xx nn+1 ) = εε 0 maka ada NN N sehingga εε 0 < dd(xx NN, xx NN+1 ) < εε 0 + δδ 0. Akibatnya diperoleh dd(xx NN+1, xx NN+2 ) εε 0. Timbul kontradiksi dengan εε 0 = inf dd(xx nn, xx nn+1 ) nn {0, 1, 2, }. Jadi, εε 0 = 0. Hal ini berarti lim nn dd(xx nn, xx nn+1 ) = 0. Selanjutnya akan ditunjukkan {xx nn } merupakan barisan Cauchy. 10

Diambil sebarang εε > 0. Tanpa mengurangi keumuman, diasumsikan δδ εε. Karena lim nn dd(xx nn, xx nn+1 ) = 0, maka ada K N sehingga untuk setiap nn N dengan nn > K berlaku dd(xx nn 1, xx nn ) < δδ. Diambil sebarang mm, nn N dengan mm, nn > K. Tanpa mengurangi keumuman diasumsikan mm > nn, maka mm = nn + pp, untuk suatu pp N. Untuk menunjukkan {xx nn } barisan Cauchy maka akan ditunjukkan dd xx nn, xx nn+pp = dd(xx nn, xx mm ) εε Pernyataan akan dibuktikan dengan induksi matematika. Akan ditunjukkan benar untuk pp = 1. Karena dd(xx nn, xx nn+1 ) < dd(xx nn 1, xx nn ) dan dd(xx nn 1, xx nn ) < ηη maka dd(xx nn, xx nn+1 ) < dd(xx nn 1, xx nn ) < δδ εε. Selanjutnya, jika pernyataan dianggap benar untuk pp, yaitu dd xx nn, xx nn+pp εε, akan ditunjukkan pernyataan tersebut benar pula untuk pp + 1. dd xx nn 1, xx nn+pp dd(xx nn 1, xx nn ) + dd xx nn, xx nn+pp < δδ + εε Ada dua kasus: 1. Jika dd xx nn 1, xx nn+pp > εε. Hal ini berarti εε < dd xx nn 1, xx nn+pp < δδ + εε. Karena xx nn 1 < xx nn+pp maka diperoleh dd xx nn, xx nn+pp+1 εε 2. Jika dd xx nn 1, xx nn+pp εε. Karena xx nn 1 < xx nn+pp maka diperoleh dd xx nn, xx nn+pp+1 < dd xx nn 1, xx nn+pp εε Jadi, {xx nn } merupakan barisan Cauchy. Karena XX lengkap maka ada uu XX sehingga lim nn xx nn = uu. Karena ff kontinu maka uu = lim xx nn+1 = lim ff(xx nn ) = ff(uu) nn nn Jadi, ada uu XX yang merupakan titik tetap ff. Dari Teorema 4.2.1 di atas, dapat dilihat bahwa eksistensi titik tetap di ruang metrik terurut ditentukan oleh kekontinuan pemetaan ff. Pada teorema berikut membuktikan bahwa dengan mengasumsikan suatu kondisi kekonvergenan pada barisan tak turun di ruang metrik terurut, kekontinuan pemetaan ff tidak lagi menjadi syarat cukup untuk eksistensi titik tetap. Teorema 4.2.2 Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial, suatu metrik d sedemikian sehingga (XX, dd) ruang metrik lengkap (terhadap relasi ) dan ff: XX XX suatu pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski. Jika ketiga kondisi berikut terpenuhi : 1. Pemetaan f tak turun 2. Terdapat xx oo XX sehingga xx oo ff(xx oo ) 3. Untuk setiap {xx nn } barisan yang konvergen dengan lim nn dd(xx nn, xx) = 0, maka terdapat subbarisan xx nnkk {xx nn } sedemikian sehingga xx nnkk xx, untuk setiap kk N maka ff mempunyai titik tetap. 11

Mariatul Kiftiah - Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski pada Ruang Metrik Trurut Bukti. Diberikan xx 0 XX sehingga xx 0 ff(xx 0 ). Untuk setiap nn {0, 1, 2, } didefinisikan barisan {xx nn } XX dengan xx nn+1 = ff(xx nn ) Sejalan dengan Teorema b, dapat ditunjukkan bahwa 1. {xx nn } merupakan barisan tak turun 2. lim nn dd(xx nn, xx nn+1 ) = 0 3. {xx nn } merupakan barisan Cauchy Selanjutnya, karena XX lengkap maka ada uu XX sehingga lim nn xx nn = uu. Karena {xx nn } XX barisan tak turun maka menurut yang diketahui terdapat subbarisan xx nnkk {xx nn } sedemikian sehingga xx nnkk uu, untuk setiap kk N. Ada dua kasus: 1. Jika xx nnkk 0 = uu, untuk suatu kk 0 N, maka untuk setiap kk nn kk0 diperoleh uu = xx nnkk 0 xx kk uu Jadi, xx kk = uu, untuk setiap kk nn kk0. Lebih lanjut, xx nnkk 0 = uu = xx nn kk 0+1 = ff(xx nn kk 0 ). Dengan kata lain, xx nn kk 0 = uu merupakan titik tetap untuk ff. 2. Jika xx nnkk < uu, untuk setiap kk N, maka dengan mengambil εε = dd(xx nnkk, zz) maka diperoleh dd ff xx nnkk, ff(zz) = dd xx nnkk +1, ff(zz) < dd xx nnkk, zz = εε Karena lim nn dd xx nnkk, uu = 0 maka lim nn dd xx nnkk +1, ff(uu) = 0. Selanjutnya, karena xx nnkk +1 {xx nn } dan lim nn dd(xx nn, uu) = 0 diperoleh lim dd(xx nn, uu) = lim dd xx nnkk nn nn +1, uu = lim dd ff xx nnkk, uu = 0 nn Dengan menggunakan ketunggalan limit fungsi diperoleh ff(uu) = uu. Dengan kata lain, uu merupakan titik tetap untuk ff. Jadi terbukti bahwa ff mempunyai titik tetap. 4.3 Ketunggalan Titik Tetap untuk Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski Teorema 4.2.1 dan Teorema 4.2.2 tidak menjamin ketunggalan titik tetap di ruang metrik terurut. Berikut merupakan contoh dari pemetaan kontraksi Ciric- Matkowski ff di ruang metrik terurut mempunyai titik tetap tidak tunggal. Contoh 4.3.1 Diberikan XX = {(aa, 0), (0, aa)} R 2., dengan aa R +. Didefinisikan relasi urutan di R 2 dengan (kk, ll) (yy, zz) kk yy dan ll zz (XX, ) merupakan himpunan terurut parsial dimana untuk setiap pp, qq XX akan komparabel jika dan hanya jika pp = qq. Didefinisikan dd 2 metrik Euclidean di XX yaitu dd 2 (pp, qq) = (qq 1 pp 1 ) 2 + (qq 2 pp 2 ) 2 dengan pp = (pp 1, pp 2 ) dan qq = (qq 1, qq 2 ). Diperoleh (XX, dd 2 ) merupakan ruang metrik lengkap. Selanjutnya didefinisikan pemetaan identitas ff: XX XX dengan ff(xx, yy) = (xx, yy), maka ff kontinu, tak turun dan ff memenuhi pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski. Lebih lanjut, (aa, 0) ff(aa, 0) dan 12

dd 2 (ff(aa, 0), (aa, 0)) = dd 2 (ff(aa, 0), (0, aa)) = 0 Jadi (aa, 0) dan (0, aa) merupakan titik tetap untuk ff. Dengan kata lain, ff memiliki titik tetap tidak tunggal. Dengan menambahkan kondisi komparabel pada setiap dua anggota di XX sebagai syarat cukup pada kedua teorema di atas, maka ketungalan titik tetap dari pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski dapat dibuktikan kebenarannya. Berikut diberikan teorema yang menjamin ketungalan titik tetap dari pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski. Teorema 4.3.2 Diberikan (XX, ) himpunan terurut parsial, suatu metrik d sedemikian sehingga (XX, dd) ruang metrik lengkap (terhadap relasi ) dan ff: XX XX suatu pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski yang memenuhi kondisi 1 dan 2 pada Teorema dan kondisi 1, 2, 3 pada Teorema. Jika untuk setiap x, yy XX, terdapat zz XX sedemikian sehingga zz komparabel dengan xx dddddd yy, maka ff mempunyai titik tetap tunggal. Bukti. Andaikan terdapat xx, yy XX merupakan titik tetap untuk f, dengan xx yy. Ada dua kasus: 1. Misalkan xx dan yy komparabel. Diasumsikan xx < yy (dengan cara yang sama dapat ditunjukkan untuk yy < xx). Dengan mengambil εε = dd(xx, yy), dan mengingat bahwa f memenuhi pemetaan kontaksi Ciric-Matkowski maka dd(xx, yy) = dd ff(xx), ff(yy) < dd(xx, yy) = εε Timbul kontradiksi. 2. Misalkan xx dan yy inkomparabel. Menurut yang diketahui, terdapat zz XX sedemikian sehingga zz komparabel dengan xx dan yy. Diasumsikan xx < zz (dengan cara yang sama dapat ditunjukkan untuk zz < xx). Karena ff tak turun maka ff nn (xx) = xx xx ff nn (zz), untuk setiap nn N. Lebih lanjut diperoleh a. Jika ff nn 0(xx) = xx = ff nn 0(zz), untuk suatu nn 0 N, dan karena xx titik tetap untuk ff maka ff nn (zz) = xx, untuk setiap nn nn 0. Akibatnya lim nn ff nn (zz) = xx. b. Jika ff nn (xx) = xx < ff nn (zz), untuk setiap nn N, dan karena f memenuhi pemetaan kontaksi Ciric-Matkowski maka dengan mengambil εε = dd(ff nn (xx), ff nn (zz)) diperoleh dd ff nn+1 (xx), ff nn+1 (zz) = dd xx, ff nn+1 (zz) dd ff nn (xx), ff nn (zz) = dd(xx, ff nn (zz)) Jadi, {dd(xx, ff nn (zz)) } merupakan barisan turun dan terbatas ke bawah. Berarti ada εε 0 0 dengan εε 0 = inf{dd(xx, ff nn (zz)) nn N} sehingga lim nn dd(xx, ff nn (zz)) = εε 0. Akan ditunjukkan εε 0 = 0. Andaikan εε 0 > 0. Karena f pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski maka ada δδ 0 > 0 sehingga untuk xx < ff nn (zz) maka εε 0 < dd(xx, ff nn (zz)) < εε 0 + δδ 0. Selanjutnya, karena lim nn dd(xx, ff nn (zz)) = 13

Mariatul Kiftiah - Pemetaan Kontraksi Ciric-Matkowski pada Ruang Metrik Trurut εε 0 maka ada NN N sehingga εε 0 < dd(xx, ff NN (zz)) < εε 0 + δδ 0. Akibatnya diperoleh dd ff(xx), ff NN+1 (zz) εε 0. Timbul kontradiksi dengan εε 0 = inf{dd(xx nn, xx nn+1 ) nn N}. Jadi, xx = yy. Dengan kata lain, titik tetap ff tunggal. 5. KESIMPULAN Pada ruang metrik terurut, pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski tidak berakibat bahwa pemetaan tersebut kontinu. Oleh karena itu, kekontinuan pemetaan merupakan syarat cukup untuk menjamin eksistensi titik tetap. Di sisi lain, syarat kekontinuan pada pemetaan dapat dihilangkan dengan menambahkan sifat kekonvergen barisan tak turun di ruang metrik terurut. Dengan demikian, eksistensi titik tetap untuk pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski yang tak kontinu dijamin keberadaannya. Lebih lanjut, ketunggalan titik tetap untuk pemetaan kontraksi Ciric-Matkowski dapat ditunjukkan dengan menambahkan sifat komparabel pada dua anggota dalam ruang metrik terurut. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Harjani, J., et al. 2011. Fixed Point Theorem for Meir-Keeler Contractions in ordered Metric spaces, Fixed Point Theory and Applications, 1 (83) 1-8. [2] J. Matkowski. 1980. Fixed point theorems for contractive mappings in metric spaces, Cas. Pest. Mat. (105)341 344. [3] Trotter, W.T. 1992. Combinatorics and Partially Ordered Sets: Dimension Theory. J. Hopkins University Press: U.S. [4] Royden, H.L. 1989. Real Analysis. 3rd ed. Macmillan Publishing Company: New York. [5] Ciric, L., 1981. A New Fixed-Point Theorem For Contractive Mappings. Publications De L Institut Mathematique (N.S). 30 (44), 25 27 [6] Meir, A, Keeler. E. 1969. A Theorem On Contraction Mappings. Journal of Mathematical Analysis and Applications. (28)326 329. 14