Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan bagian generatif. yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Transkripsi:

2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan. Kegiatan pemeliharaan akan menyediakan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan pembibitan antara lain: penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta seleksi bibit (Pahan 2012). Perencanaan dan pengelolaan pembibitan harus dilaksanakan secara tepat dan bijaksana sehingga nantinya perusahaan tidak mengalami kerugian dana, waktu, dan tenaga. Pahan (2012) menyatakan bahwa faktor utama dalam perencanaan dan pengelolaan pembibitan dilakukan atas dasar sebagai berikut: (1) pertimbangan dalam menentukan lokasi pembibitan; (2) pertimbangan dalam menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai. Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pengelolaan pembibitan, kualitas bibit yang dihasilkan, dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit. Tujuan khususnya adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis dan memahami berbagai permasalahan dalam proses pembibitan tanaman kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman tahunan (perennial crops), termasuk dalam famili Arecaceae yang paling besar habitusnya. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak nabati tertinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledoneae Famili : Arecaceae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang memiliki bagian-bagian vegetatif dan bagian-bagian generatif yang khas. Bagian vegetatif tanaman kelapa

sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium), sedangkan bagian generatifnya meliputi bunga (flos) dan buah (fructus) (Pahan 2012). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar yang keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Akar tertier dan kuarterner merupakan akar yang paling aktif mengambil hara dan air dari dalam tanah. Batang kelapa tumbuh tegak lurus ke atas, berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Kecepatan tumbuh tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertambahan tinggi sekitar 25-40 cm per tahun (Setyamidjaja 2006). Daun pada kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets), tempat melekat anak daun (rachis), tangkai daun (petiole), seludang daun (sheath). Kelapa sawit merupakan tanaman monoecius (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen atau bunga majemuk (Pahan 2012). Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri atas dua bagian utama yaitu pericarp dan biji. Pericarp terdiri dari epicarp (kulit buah yang keras dan licin) dan mesocarp (daging buah), sedangkan biji terdiri dari endocarp (cangkang) dan endosperm disebut juga kernel atau daging biji (Fauzi et al. 2012). Ekologi Kelapa Sawit Lama penyinaran matahari yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit antara 5-12 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 2 000-2 500 mm, temperatur optimal 24-28 0 C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 0-500 m di atas permukaan laut. Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al. 2012) Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (ph) yang optimum untuk kelapa sawit adalah 5.0-5.5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase dan beririgasi baik serta memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 0 (BBPPTP 2008). 3 Pembibitan Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan mengembangkan benih menjadi bibit yang siap tanam. Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan (Pardamean 2012). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan.

4 Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa melalui pembibitan kelapa sawit akan dihasilkan bibit unggul yang merupakan modal dasar bagi perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Menurut PPKS (2010), bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat penanaman di lapangan. Persiapan Pembibitan Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga kegiatan persiapan pembibitan harus efektif dan efisien agar hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa tahapan perencanaan kegiatan sebelum pembibitan meliputi pemilihan lokasi, penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan, penyediaan sumber bibit, penyediaan media dan wadah tanam, persiapan dan penanaman di pembibitan (pre nursery dan main nursery), dan perawatan pembibitan (Pahan 2012). Sumber Bibit Kelapa Sawit Kecambah Kelapa Sawit Benih kelapa sawit yang digunakan sebagai sumber bibit harus dipastikan berasal dari sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Saat ini sumber benih kelapa sawit yang dianjurkan untuk digunakan sebagai sumber bibit berasal dari varietas Tenera yang merupakan hasil dari persilangan varietas Dura Pisifera. Benih kelapa sawit disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Kebutuhan kecambah setiap hektarnya adalah 140% dari jumlah bibit yang akan ditanam. Pemesanan kecambah harus dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah (PPKS 2010). Benih kelapa varietas Tenera memiliki beberapa keunggulan yaitu tempurung tipis (0.5-4 mm), daging buah sangat tebal, kandungan minyak pada mesocarp lebih tinggi. Keunggulan tersebut berasal dari hasil persilangan tanaman induknya yaitu Dura dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina memiliki ciri buah antara lain: tempurung tebal (2-8 mm), tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis 35-50% terhadap buah, kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah. Varietas Pisifera sebagai induk jantan memiliki ciri antara lain: temperung sangat tipis, daging buah tebal, kernel (daging biji) sangat tipis. Hasil persilangan Dura Pisifera telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibanding varietas lain sehingga lebih disukai untuk penanaman komersial (Fauzi et al. 2012). Ramet (Bibit Kelapa Sawit Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan) Ramet adalah bibit kelapa sawit hasil perbanyakan organ vegetatif melalui teknik kultur jaringan (Pahan 2012). Kriteria tanaman induk yang dijadikan sebagai sumber eksplan antara lain: toleran terhadap penyakit, berproduksi tinggi, dan berbatang pendek. Sumber eksplan dapat berasal dari daun muda, ujung akar

dan bunga (inflorescence). Sumber eksplan ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Eksplan dari daun muda mempunyai keunggulan yaitu dapat diperoleh dalam jumlah banyak (2 000-3 000 eksplan per ortet), eksplan relatif steril karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Kelemahannya adalah merusak ortet dan pemulihannya membutuhkan waktu lama 1.5-2 tahun. Eksplan dari bunga keunggulannya tidak terlalu merusak ortet, permukaannya steril karena masih terbungkus pelepah bunga. Kelemahan eksplan dari bunga adalah jumlah eksplan yang diperoleh sedikit (200-300 eksplan per tandan) dan induksi kalus membutuhkan waktu lama (satu tahun). Eksplan ujung akar keunggulannya tidak merusak ortet. Kelemahan eksplan ujung akar adalah kontaminasi mencapai 90-95% dan ada kemungkinan keliru dengan ortet yang terpilih karena akar tanaman simpang siur di dalam tanah (Ginting dan Fatmawati 2003). Tahapan metode kultur jaringan tanaman kelapa sawit melalui embriogenesis somatik (tidak langsung) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Tahapan perbanyakan bibit kelapa sawit dengan metode kultur jaringan Fenomena Tahapan Waktu (Bulan) Sumber jaringan (daun muda) - Pembentukan Kalus Kallogenesis (induksi kalus) 3 Embriogenesis (embrioid) 1-4 Multiplikasi (perbanyakan embrioid) 2-4 Perbanyakan Pembentukan daun 2 Pembentukan akar (rhizogenesis) 2 Planlet - Adaptasi Penyesesuaian di luar (hardening) 1 Pembibitan (pre nursery) 2 Sistem Pembibitan Sistem pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery), sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage) dilakukan pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu selama 3 bulan pada polibag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (main nursery) dengan polibag berukuran lebih besar selama 9 bulan (Pardamean 2012) Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: (1) kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama, (2) terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama, dan (3) seleksi bibit yang ketat 5-10% di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polibag besar di pembibitan utama (Ditjenbun 2007). 5

6 Pembibitan Awal (Pre Nursery) Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam sebelum dipindahkan ke pembibitan utama (Pardamean 2012). Bibit kelapa sawit di pembibitan awal dipelihara secara intensif sampai berumur 3 bulan atau memiliki 3-4 helai daun. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pembibitan awal antara lain: persiapan lahan dan media tanam, penanaman kecambah, pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan seleksi bibit, pemindahan dan pengangkutan (Pahan 2012). Tahap awal pekerjaan di pembibitan utama adalah persiapan lahan dan media tanam. Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan dan meratakan areal pembibitan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bedengan. Bedengan biasanya terbuat dari bambu atau kayu, berfungsi untuk tempat meletakkan bibit agar tersusun baik dan teratur (Lubis 2008). Media tanam yang digunakan harus berasal dari bagian atas tanah (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi. Proses pengayakan tanah perlu dilakukan agar media tanam bebas dari sampah atau material lain (Ditjenbun 2007). Penanaman kecambah dilakukan setelah proses pengisian tanah ke dalam polibag selesai dilakukan. Kecambah ditanam tepat di tengah polibag dengan kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah, kemudian diberi naungan agar kecambah tersebut terhindar dari sinar matahari langsung dan deraan hujan. Biasanya plumula akan muncul di permukaan tanah 7-10 hari setelah tanam. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air 0.25-0.50 liter per bibit. Penyiraman harus dilakukan dengan hatihati agar kecambah atau bibit tidak terbongkar (Lubis 2008). Pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, serta seleksi bibit harus dilakukan agar pertumbuhan bibit seragam. Pengendalian gulma di pembibitan awal biasanya dilakukan secara manual, sedangkan pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan secara kimiawi. Pemupukan dapat menggunakan pupuk Urea atau pupuk majemuk dalam bentuk larutan. Pemberian pupuk dilakukan setelah bibit berumur satu bulan dengan interval waktu setiap minggu. Setelah tiga bulan di pembibitan awal maka dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil dan abnormal dibuang untuk dimusnahkan, sedangkan bibit normal dipindahkan ke pembibitan utama (Fauzi et al. 2012). Pembibitan Utama (Main Nursery) Pembibitan utama (main nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Bibit kelapa sawit dipelihara secara intensif sampai berumur 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi di kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkan. Beberapa kegiatan di pembibitan utama antara lain: persiapan lahan dan media tanam, transplanting, pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan seleksi bibit, pemindahan dan pengangkutan (Ditjenbun 2007). Persiapan lahan di pembibitan utama dilakukan dengan membersihkan areal pembibitan dari gulma (semak), kemudian dilakukan pemancangan jarak tanam. Jarak tanam berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran 90 cm 90 cm 90 cm.

Pengisian polibag dilakukan setelah pemancangan selesai dilakukan. Tanah yang akan diisi kedalam polibag berukuran 40 cm 50 cm harus diayak terlebih dahulu. Setiap 100 kg tanah dicampur 300-350 gram pupuk SP-36. Polibag yang telah berisi tanah disusun sesuai dengan pancang yang telah dibuat. Pengisian polibag harus dilakukan 4 minggu sebelum kegiatan transplanting dilakukan (Pahan 2012). Transplanting bibit dari pembibitan awal ditanam tepat di tengah polibag dengan lebih dahulu membuat lubang tanam berdiameter 10-12 cm. Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan bambu atau besi. Bibit ditanam setelah polibag dirobek kemudian dipisahkan dengan hati-hati agar tanah disekitar bibit tetap menyatu dengan bibit. Pangkal batang ditanam 1.5-2 cm dibawah permukaan tanah, tanah ditekan ke bawah dan ke samping agar tanah tidak mudah terbongkar saat dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan kebutuhan air 1-3 liter per bibit per hari. Penyiraman bibit di pembibitan utama biasanya dilakukan secara mekanis menggunakan sprinkler (Lubis 2008) Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, seleksi bibit. Gulma yang tumbuh di dalam polibag dikendalikan dengan cara dicabut atau digaruk, sedangkan gulma di luar polibag dikendalikan dengan cara kimiawi menggunakan herbisida. Penyemprotan menggunakan herbisida harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai bibit yang dapat menyebabkan daun seperti terbakar. Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida dan fungisida (Lubis 2008). Pemberian pupuk pada bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pemupukan di pembibitan utama dilakukan pada minggu kedua setelah bibit dipindahkan. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4, NPKMg 12:12:17:2, dan pupuk Kieserit. Jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan harus disesuaikan dengan umur bibit. Pemberian pupuk dilakukan setiap 2 minggu (Pardamean 2012). Seleksi bibit di pembibitan utama perlu dilakukan untuk memisahkan bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan fenotip lainnya (BBPPTP 2008). Seleksi Bibit Pengawasan dan seleksi bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, terjangkit hama atau penyakit, mempunyai kelainan genetis dan penyimpangan lain harus dibuang (Setyamidjaja 2006). Seleksi bibit bertujuan untuk menjamin bibit yang akan ditanam di lapangan melalui dua tahapan seleksi, yaitu di pre nursery dan main nursery (Ditjenbun 2007). Darmosarkoro et al. (2008) menyatakan bahwa tidak semua bibit yang disemaikan di pembibitan awal dan dipelihara di pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari jumlah benih yang akan disemai akan dikeluarkan dari pembibitan karena tumbuh abnormal. Seleksi bibit di pre nursery dilakukan 2 tahap, yaitu pada umur 4-6 minggu dan 3 bulan. Persentase bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan awal 5-10% dari bibit yang ditanam. Seleksi bibit di main nursery dilakukan 4 tahap, yaitu pada umur 4, 6, 8 bulan dan pada saat akan pindah tanam ke lapangan. Persentase bibit 7

8 abnormal yang terseleksi di pembibitan utama 25-35% dari total bibit yang ditanam (Pahan 2012) melintir, daun seperti rumput, chimaera, daun menggulung, bibit kerdil, titik tumbuh abnormal Seleksi bibit di pembibitan awal dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas yaitu bibit dengan daun. Seleksi bibit di main nursery dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas seperti bibit tegak (erect), etiolasi (tumbuh meninggi), anak daun rapat, pertumbuhan terhambat, anak daun jarang, daun seperti rumput, daun menggulung, dan penyakit tajuk (PPKS 2012). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Magang berlangsung selama 4 bulan dimulai dari tanggal 24 Februari 2014 sampai 23 Juni 2014. Metode Pelaksanaan Magang dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan budidaya kelapa sawit, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Kegiatan magang sebagai BHL dilaksanakan selama satu bulan dengan melakukan pekerjaan harian yang ada di pembibitan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi BHL disajikan pada Lampiran 1. Satu bulan berikutnya sebagai pendamping mandor, penulis membantu mengawasi pekerjaan harian di lapangan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor disajikan pada Lampiran 2. Dua bulan terakhir menjadi pendamping asisten divisi, penulis bersama asisten melakukan kontrol lapangan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten disajikan pada Lampiran 3. Pengumpulan data dan informasi juga dilakukan dalam pelaksanaan magang. Metode pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengumpulkan data primer untuk setiap kegiatan budidaya dan pembibitan, pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf dan karyawan kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan manajerial dan arsip kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka. Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan pengelolaan pembibitan yaitu pada kegiatan