II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Palmales : Palmae : Cocoideae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq 1. Akar (Radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (calon akar) pada bibit terus tumbuh memanjang kearah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akhirnya mencapai 15 cm. Sedangkan akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Hartanto, 2011). 4

2 Berdasarkan diameternya pengelompokkan akar dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Diameter Akar Kelapa Sawit Nama Akar Primer Sekunder Tertier Kuarter Sumber data : Wahyuni. (2007) Diameter 5 10 mm 2-4 mm 1-2 mm 0,1-0,3 mm 2. Batang (Caulis) Batang tanaman kelapa sawit tingginya dapat mencapai 24 meter dan diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah itu pelepah yang mengering akan terlepas hingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang, dibatang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkalpangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas sehingga batang kelapa sawit tampak hitam beruas (Hartanto, 2011). 3. Daun (Folium) Daun (folium) kelapa sawit pertama yang keluar adalah pada stadia bibit adalah berbentuk lenceolate, kemudian muncul bifurcate dan menyusul bentuk pinnate. Produksi pelepah dsun tergantung pada umur tanaman. Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi atau kurang. Panjang cabang daun di ukur dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedang pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap 5

3 pelepah di isi oleh anak daun di kiri kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai Anak daun yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2 m. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dewasa dapat di jumpai pelepah (Lubis 2008). Tahap perkembangan daun kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Tahap Perkembangan Daun Tahap Perkembangan Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh Bifurcate Bentuk daun dengan helai daun sudah pecah bagian ujung yang belum terbuka Pinnate Bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan anak daun keatas dan kebawah Sumber : Wahyuni. (2007) 4. Bunga (flos) Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina berbentuk agak bulat. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Hartanto, 2011). 5. Buah (Fructus) Buah kelapa sawit berukuran sekitar 2 5 cm, benrbentuk oval. Buah terdiri dari exocarp (kulit buah), mesocarp yakni bagian yang mengandung minyak, endocarp atau batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa 6

4 sawitnya yang sering di sebut kernel. Endocarp dan kernel di sebut seed atau biji. Minyak sawit (Crude Palm Oil) di hasilkan dari mesocrp, sedangkan minyak inti (Kernel Oil) dihasilkan dari kernel (Hakim 2013). B. Umur Tanaman Kelapa Sawit Umur ekonomis kelapa sawit yang di budidayakan umumnya 25 tahun. Pada umur lebih 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit di panen, jumlah tandan buah juga sedikit sehingga tidak ekonomis lagi. - Pengelompokkan berdasarkan umur tanaman 3-8 tahun : Muda 9 13 tahun : Remaja tahun : Dewasa > 20 tahun : Tua - Pengelompokkan berdasarkan masa berbuah TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 0 s/d 3 tahun TM (Tanamana Menghasilkan) > 3 tahun C. Teknik Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan langkah awal yang penting dalam menjamin budidaya tanaman kelapa sawit yang sukses. Seluruh prosedur pembibitan harus dipatuhi dengan baik sehingga kita dapat mengeluarkan potensi optimal bahan tanaman. Kegiatan pembibitan harus di mulai setahun sebelum penanaman dilapangan. Penjadwalan yang tepat perlu dilakukan karena keterbatasan yang mungkin di alami seperti ketersediaan kecambah oleh pemasok, musim tanam, dan ketersediaan tenaga (Lubis 2008). 7

5 Pembibitan dapat dilakukan dengan dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan satu tahap (Single stage) dan sistem pembibitan dua tahap (Double stage). Pada pembibitan single stage, kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar, cara ini menghemat tenaga dan biaya. Sedangkan sistem pembibitan double stage penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali. Sistem pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan karena memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu dalam persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama, terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama, seleksi yang ketat (5-10 persen) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama (Hartanto, 2011). 1. Pembibitan awal (Pre Nursery) Pembibitan awal (pre nursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan di pelihara hingga bibit berumur tiga bulan. Setelah bibit berumur tiga bulan kemudian bibit di pindahkan ke polibag besar hingga bibit siap tanam umur 12 bulan (3 bulan) di Pre Nursery dan 9 11 bulan di Main Nursery (Darmosarkoro dkk, 2008). 8

6 a. Persiapan Lokasi Pembibitan Lokasi pembibitan awal harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya datar, dekat dengan sumber air, ada naungan, bebas dari gangguan hewan liar, dekat dengan pengambilan tanah dan mudah diawasi (Sianturi, 1990). b. Pemilihan Polibag Persiapan pembibitan dengan menggunakan Polibag standar di Pre Nursery menggunakan polibag berwarna hitam untuk menghindari tranparansi dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 15 cm, tebal sekitar 0,5 mm dan memiliki lubang perforasi sebanyak 10 berdiameter 3 mm sebanyak tiga baris berjarak 3 x 4 cm pada bagian setengah bawah polibag. c. Pengisian Polibag Kesalahan dalam pengisian polibag sering menyebabkan kematian benih yang baru di semaikan, sehingga tidak jarang petani mengeluh dan mencurigai kualitas benih yang jelek. Pengisian tanah harus dilakukan cukup padat sampai mencapai 2 cm dari tepi atas polibag. Sebelum di isi polibag di balik, bagian dalam menjadi bagian luar agar polibag terisi penuh. Pengisian polibag yang dilakukan dengan baik akan diperoleh polibag yang dapat berdiri tegak (Darmosarkoro, 2008) d. Pembuatan Bedengan Polibag di Pre Nursery selanjutnya di susun dalam satu bedengan agar mudah memeliharanya. Polibag sebaiknya disusun cukup rapat yang terdiri atas polibag per baris. Bedengan berukuran sekitar 1,2 m x 8 m dibatasi oleh kayu atau papan kecil berukuran penampang sekitar tinggi cm untuk 9

7 menahan susunan polibag agar tegak. Dapat juga digunakan batang bambu kecil atau batang kayu kecil berukuran diameter ± 2 cm dengan panjang sesuai panjang bedengan (Darmosarkoro, dkk 2008). e. Pembuatan Naungan Lahan pembibitan yang telah dipersiapkan untuk pembibitan Pre Nursery diberi naungan. Pada pembibitan Pre Nursery perlu naungan agar sinar matahari masuk menjadi tidak langsung. Intensitasnya pada 0 2 minggu cukup sebanyak 40%. Naungan tersebut dikurangi tiap 2 minggu sampai akhirnya dihilangkan. Tinggi naungan sebaiknya minimal 2,25 m agar pekerja bebas bergerak. Atap naungan dapat menggunakan pelepah sawit, dedaunan yang ada disekitar lahan seperti lalang, rumbia dan lain lain. Untuk tiang dan penahan dapat digunakan bambu atau kayu yang banyak terdapat sekitar lahan (Hakim, 2013). f. Penyemaian Benih Kelapa Sawit Kecambah kelapa sawit yang baik untuk disemaikan adalah biji kelapa sawit yang telah tumbuh plumula (bakal daun) dan radikula (bakal akar) kira kira 0,5 2 cm. Plumula dan radikula tersebut harus sehat dan tegap, tumbuh lurus, tidak cacat dan tidak luka. Radikula berukuran diameter lebih kecil dan berwarna lebih kekuningan dan berbulu dibandingkan dengan plumula yang berwarna kehijauan (Darmosarkoro, dkk 2008). g. Penyiraman Penyiraman bibit dapat dilakukan dengan cara manual menggunakan gembor, selang di tambah dengan kepala gembor di ujung selang, atau menggunakan selang berlubang (tube system). Jika penyiraman dilakukan dengan 10

8 menggunakan selang maka tekanan air saat penyiraman agar di atur tidak perlu kencang guna menghindari kerusakan akar bibit, karena sering di jumpai tekanan air terlalu keras sehingga pancaran air dari kepala gembor mencongkel tanah. Umumnya penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada padi dan sore hari dimana diperlukan air 0, liter/bibit (Lubis, 2008) h. Pemupukan Pemupukan bibit di Pre Nursery tidak dianjurkan hingga bibit berumur 2 bulan. Bahkan jika media yang digunakan berupa tanah yang subur maka pemupukan tidak diperlukan hingga bibit pindah ke pembibitan utama. Jika media yang digunakan kurang baik maka pemupukan dilakukan sesuai kebutuhan, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala daun menguning dapat dilakukan pemupukan dengan konsentrasi pupuk urea 0,1 0,2 % (1 2 gram urea/liter air untuk 100 bibit). Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprotkan pada bibit berumur 1,5-2 bulan. i. Pengendalian Hama dan Penyakit Serangan hama yang sering terjadi di Pre Nursery adalah serangan Apogonia sp. Serangan hama yang menyebabkan munculnya lubang lubang pada daun, ini dapat dikendalikan dengan Sevin 85 WP, Decis atau merek merek lainnya. Agar pengendalian hama ini lebih efektif maka sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam dengan dosis insektisida yang digunakan 0,1 0,2 %/liter/2 minggu. Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan awal adalah penyakit bercak daun Curvularia,Helminthosporium dan Antracnose.Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawancurvularia sp, 11

9 dapat dipicu oleh keadaan pembibitan yang terlalu lembab. Bibit yang terserang bercak daun berat harus segera dimusnahkan, sedangkan yang terserang ringan hingga sedang dapat dipisahkan (diisolasi) dan dirawat ditempat khusus agar tidak menular ke bibit sehat. j. Pengendalian Gulma Gulma menjadi tempat berkembangnya hama dan penyakit terutama belalang dan Apogonia sp, penyakit bercak daun Curvularia sp, dan menjadi pesaing bibit dalam menyerap unsur hara. Pengendalian gulma yang tumbuh di polibeg Pre Nursery tidak diperbolehkan menggunakan herbisida karena dapat menyebabkan bibit mengalami kerusakan terutama pada bagian daun. Pengendalian gulma sebaiknya dibersihkan secara manual dengan rotasi dua minggu sekali. k. Seleksi Bibit Seleksi bibit dilakukan sejak di Pre Nursery, ketika berumur dua bulan dan menjelang pemindahan bibit ke Main Nursery. seleksi bibit di Pre Nursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat diakibatkan karena faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Ciri ciri kelapa sawit yang abnormal sebagai berikut : - Daun seperti rumput, kelainan ini sudah mulai tampak pada Pre Nursery - Chimera, yaitu bibit dengan kelainan pembentukan klorofil pada daun, sebagian helaian daun berwarna kuning keputihan tanpa klorofil. - Bibit melintir, pelepah daun pada bibit ini melintir atau berputar. 12

10 - Bibit menggulung, yaitu pelepah daun tampak menggulung dengan arah tegak lurus terhadap rachis atau tulang daun, sehingga bibit tampak tidak dapat berdiri tegak. - Bibit kerdil, yaitu pertumbuhannya terhambat sehingga bibit tampak lebih kecil dari pada bibit yang tumbuh normal. 2. Pembibitan Utama (Main Nursery) Pembibita utama merupakan tahap ke dua dari sistem double stage yang berlangsung 6 9 bulan. Pembibitan ini memerlukan lahan yang lebih luas karena bibit ditanam pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka bebas dari gangguan gulma dan bebas dari gangguan hewan liar dan ternak. Media tanam yang digunakan pada pembibitan utama adalah topsoil yang dicampur dengan kompos atau bahan organik lainnya. Perbandingan antara topsoil dan kompos antara 2 : 1 atau 3 : 1. Topsoil dan kompos harus disaring terlebih dahulu dengan saringan kawat ukuran 2 cm agar hasil nya baik. a. Persiapan Lokasi Pembibitan Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling lambat satu tahun sebelum penanaman kelapa sawit. Lokasi areal pembibitan harus memiliki topografi yang datar, dekat dengan areal yang akan di tanami, dekat dengan sumber air, terhindar dari gangguan hama,penyakit dan ternak serta memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan (Hartanto 2011). 13

11 b. Instalasi Penyiraman Bibit Pemasangan instalasi penyiraman merupakan pekerjaan yang penting karena memerlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Penyiraman di Main Nursery dapat dilakukan dengan dua macam sistem penyiraman yaitu dengan cara manual menggunakan selang dan kepala gembor atau dengan sprinkler. c. Pemancangan Pemancangan dilaksanakan bila pembuatan pipa penyiraman telah selesai. Setelah persiapan areal pembibitan selesai, kemudian areal pembibitan dibagi menjadi blok blok dibagi lagi menjadi petak petak dan anak petak jalan serta parit, maka pemancangan dapat dimulai sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki. Untuk umur bibit 8 10 bulan jarak pancang 70 x 70 x 70 cm ( bibit/ha). Sedangkan umur di atas 10 bulan jarak pancang yaitu 90 x 90 x 90 cm ( bibit/ha) (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010). d. Pemasangan Pipa Sprinkler Kelebihan dari sistem sprinkler adalah distribusi air yang lebih merata pada setiap bibit dan biaya operasional penyiraman lebih murah. Namun pemasangan sistem penyiraman dengan sprinkler ini memerlukan biaya investasi yang mahal, kebutuhan air yang lebih banyak dan memungkinkan terjadinya penggenangan di areal pembibitan bila sistem drainasenya kurang berfungsi. Sistem penyiraman sprinkler terdiri dari beberapa komponen utama, meliputi jaringan pipa (pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi), nozzle sprinkler dan pompa air (Darmosarkoro, dkk 2008). 14

12 e. Penanaman Bibit Pemindahan bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery setelah berdaun 3 4 helai dan telah berumur tiga bulan. Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah di polibag besar seukuran dengan diameter polibag kecil, sayat polibag kecil kemudian di lepas dan di masukkan ke polibag besar sambil menahan bibit polibagnya di tarik atau dilepas kemudian tanah di ratakan dan di padatkan B (Tim Pengembangan Materi LPP, 2011). f. Konsolidasi Bibit Setelah penanaman sering terlihat adanya beberapa bibit yang doyong ataupun bengok, untuk itu perlu dilakukan konsolidasi bibit. Konsolidasi bibit dilakukan dengan mengisi tanah yang kurang atau mengurangi tanah yang berlebih, menegakkan berdirinya bibit atau polibag, membuang bibit abnormal yang terikut saat pindah tanam dan sekaligus menyisipnya dan mengganti atau membalut polibag yang koyak. Konsolidasi selanjutnya dilakukan rutin setiap bulan. Hal ini penting dilakukan agar pertumbuhan bibit tidak terganggu dan efektivitas pemupukan dan air penyiraman dapat ditingkatkan (Darmosarkoro, dkk 2008). g. Penyiraman Bibit Penyiraman yang cukup dan efisien sangat penting untuk mendapatkan tanaman yang jagur, sehat dan homogen. Kebutuhan air di Main Nursery sangat ditentukan oleh umur bibit, dimana semakin besar bibit memerlukan air yang semakin banyak. Frekuensi penyiraman yang dapat memenuhi kebutuhan akan air adalah satu atau dua kali sehari. Penyiraman yang kurang baik 15

13 akanmengakibatkan genangan air. Untuk itu penyiraman harus dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu dengan cara menghitung debit air, tekanan pompa dan lamanya penyiraman, serta dengan peralatan yang baik. Kebutuhan air berdasarkan umur bibit di Main Nursery dapat dilihat pada tabel 3. (Darmosarkoro, dkk 2008). Tabel 3. Kebutuhan Air Berdasarkan Umur Bibit No Umur Bibit (Bulan) Jumlah Air Liter/Bibit/Hari , , ,0 4 >6 1,5 Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2008) h. Pemupukan Jika pemupukan pada bibit di Pre Nursery hanya di perlukan pada kondisi tertentu, maka pemupukan pada bibit di MN harus dilakukan untuk mendapatkan bibit yang jagur. Aplikasi pemupukan di Main Nursery dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPKMg 15 : 15 : 6 : 4, NPKMg 12 :12 :17 : 2 dan kieserit/dolomit, sedangkan pada kondisi khusus dapat diberikan ekstra N (urea) apabila helai daun kelihatan memucat, dengan dosis disesuaikan kebutuhan umur bibit. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di Main Nursery dapat disajikan sebagai berikut : 16

14 Tabel 4. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Main Nursery (gram/bibit) Umur Pupuk N-P-K-Mg Pupuk N-P-K-Mg (minggu ke) ( ) ( ) Kieserite , , , , Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( 2008 ) h. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada pembibitan utama terdiri dari atas dua kegiatan, yakni membuang gulma dalam polibag dan di areal antara polibag. Pengendalian di dalam polibag dilakukan dengan cara mencabut, sedangkan di luar polibag dilakukan dengan cara menggaruk. Gulma dikendalikan di dalam polibag agar tidak terjadi persaingan hara, sedangkan gulma di luar polibag dikendalikan agar tidak menjadi sumber inang hama dan penyakit (Darmosarkoro, dkk 2008). i. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengamatan terhadap hama dan penyakit dilakukan rutin 1 x per minggu untuk mengetahui ada tidaknya serangan hama atau penyakit. Cara 17

15 pengendaliaanya adalah pada serangan awal/ringan dikendalikan secara manual. Hama dikutip atau di ambil kemudian dimusnahkan. Bila dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan gejala serangan maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan setelah penyiraman pagi hari. Khususnya bibit yang terkena penyakit yang mudah menular harus dipisahkan dari bibit yang sehat. Hama yang menyerang di pembibitan utama diantaranya kutu Aphids/mealybug, tungau, kumbang Apogonia dan adoretus, belalang, jangkrik, keong, ulat api dan ulat kantong. Sedangkan penyakit di pembibitan utama adalah Antracnosa dan Botriyodiplodia, bercak daun Curvularia,Corticium dan Helminthosporium, penyakit blas Rhizocotonia sp dan Phythium. Pengendalian kutu Aphids/mealybug dilakukan dengan menyemprotkan Perfection 0,1 %, tungau dikendalikan dengan menyemprotkan Rogor 0,1 %, kumbang apogonia dan adoretus, belalang dan ulat api dikendalikan dengan menyemprotkan Sevin 0,05 %, jangkrik dikendalikan dengan Sevidol 5 gr/ph, keong dikendalikan dengan metadex 5 gr/ph, dan ulat kantong dikendalikan dengan menyemprotkan Bayrusil 0,05 %. Sedangkan penyakit di pembibitan utama Antracnosa, Botriyodiplodia, bercak daun Curvularia,Corticium dan Helminthosporium dikendalikan dengan menyemprotkan Dithane 0,1 %, penyakit Blas Rhizocotonia sp dan Phythium dikendalikan dengan menyemprotkan Dithane 0,2 % (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010). 18

16 j. Seleksi Bibit Hal ini sebaiknya dilakukan sejak di Pre Nursery untuk memperoleh bibit yang baik, seragam dalam pertumbuhannya serta mempertahankan potensi produksi kelak setelah tanaman berusia produktif. Penyebab dari abnormalitas bibit dapat berupa salah perlakuan penanaman, penyiraman, pemupukan, dan herbisida maupun genetik dari tanaman tersebut. Adapun kriteria bibit abnormal yang harus diafkir sebagai berikut : a. Bibit tumbuh berputar atau daunnya menguncup dan kaku, b. Bibit dengan anak daun tidak merata, c. Bibit yang terserang penyakit tajuk, d. Bibit kerdil dibandingkan bibit lain dari persilangan dan umur yang sama, e. Bibit yang anak daunnya pendek dan lebar, f. Bibit yang helaian anak daunnya tumbuh rapat atau sangat jarang (Anonim 2013). 19

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pembibitan Pembibitan merupakan langka awal penentu keberhasilan usaha pertanian, termasuk budidaya kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit berdasarkan sistem pengairannya

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) Kingdom Divisi Subdivisi Klas Ordo Famili Subfamily Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode dalam pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 1. Akar (radix) Tanaman kelapa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guineensis Jacq, termasuk kedalam family Palmae. Sistematika lengkapnya adalah sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) secara taksonomi kelapa sawit dapat

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 1. Akar (Radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian Universitas Riau, Kampus BinaWidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Engelbert Manaroinsong, Novalisa Lumentut dan Maliangkay, R.B. BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN PENDAHULUAN Usaha perbaikan produktifitas tanaman kelapa harus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 SistematikaTanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit memiliki 36 khromosom menurut Henry (1945), sedang menurut Darlington & Wylie (1956) dan Arasu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - November 2016. Tempat penelitian adalah Lahan Percoban Fakulas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan

Tujuan Pembibitan Pemuliaan dan Capaian Pembibitan 75 PEMBAHASAN Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai suatu institusi yang menghasilkan benih kelapa sawit unggul mampu menjadi produsen dan penyalur benih kelapa sawit terbesar di Indonesia. Untuk

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci