BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. banyak varietas dan beberapa cara pengolahanya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

KOPI SIGARAR UTANG DARI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan nasional yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut dapat berupa pembukaan kesempatan kerja serta sebagai sumber pendapatan petani. Lebih dari 90% produksi kopi Indonesia merupakan produksi kopi rakyat dan sisanya adalah produksi kopi perkebunan besar milik negara dan swasta (Tim Karya Mandiri, 2010). Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas penting. Pada tahun 1981 dihasilkan devisa sebesar US$ 347,8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.800 ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2001, komoditas kopi mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 597,7 juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditas ekspor subsektor perkebunan (Najiyati dan Danarti, 2004). Bagi petani, kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun yang lalu,kopi telah menjadi sumber pendapatan bagi para petani. Tanpa pemelihaaran intensif pun, produksi kopi yang dihasilkan cukup lumayan untuk menambah penghasilan. Apalagi bila pemeliharaan dan pengolahannya cukup baik, pasti usaha ini mendatangkan keuntungan berlipat ganda (Najiyati dan Danarti, 2004).

Di bawah ini akan diperlihatkan tabel mengenai perkembangan luas areal produktif, produksi, dan produktivitas kopi periode tahun 2009-2013 menurut pengusahaannya yang terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2009-2014 Tahun Luas Lahan Produktif (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2009 1.266.235 682.690 0,539 2010 1.210.364 686.921 0,567 2011 1.292.965 633.991 0,490 2012 1.305.895 748.109 0,572 2013 1.331.000 728.000 0,547 2014 1.354.000 738.000 0,545 Total 7.760.459 4.217.711 Rata-rata 1.293.409,83 702.951,83 0,543 Sumber: Ditjen Perkebunan, Kementrian Pertanian Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan luas areal produktif kopi dari tahun 2009-2014 cenderung mengalami peningkatan meskipun mengalami penurunan pada tahun 2010. Namun produksinya mengalami fluktuasi yang menunjukkan terdapat kendala-kendala yang terjadi di lapangan. Produktivitas kopi yang hanya mencapai 54% sangat diharapkan dapat meningkat lagi agar dapat memenuhi kebutuhan kopi baik dalam maupun luar negeri. Jenis kopi yang tumbuh di sebagian besar Provinsi Sumatera Utara adalah Arabika. Belakangan ini, klon yang banyak digunakan yaitu Sigarar Utang Aceh Tengah (Ateng) serta Kartika 1 dan 2. Kabupaten penghasil Kopi Arabika terbaik dari Indonesia berada di Kabupaten Tapanuli Utara Kopi Lintong, Kabupaten

Mandailing Kopi Mandailing, dan Kabupaten Gayo Kopi Gayo. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat dua kabupaten yang banyak mengalami perluasan areal perkebunan kopi, yakni Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Samosir. Pada tahun 2006, luas areal perkebunan kopi di Provinsi Sumatera Utara sekitar 5.1044 hektar dengan jumlah produksi mencapai 41.709 ton/tahun (Panggabean, 2011). Khusus di Sumatera Utara, jenis Kopi Arabika juga telah mulai berkembang, mengingat bahwa Kopi Arabika memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Kopi Arabika yang ditanam di Sumatera Utara dan Aceh bahkan dinilai memiliki kualitas lebih bagus disbanding kopi yang sama dari Brasil. Harga kopi jenis arabika di pasar internasional mencapai 3,2 dollar AS per kilogram, sementara kopi jenis robusta hanya separuhnya, yakni 1,5 dollar AS. Beralihnya petani kopi Sumut menanam jenis arabika membuat ekspor jenis ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya (Suyanto, 2008). Dari segi produksi, yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika. Andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberika dan Ekselsia masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal dari pada Robusta (AEKI, 2006). Tanaman kopi dikenal sebagai tanaman yang pembungaannya tidak serentak, terdiri dari 3-4 kali dalam setahun. Karena masa pembungaan dipengaruhi oleh iklim dan jenis kopi, maka masa panen kopi juga dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Apabila jenis kopi yang ditanam adalah jenis robusta maka waktu panen

dapat dilakukan dalam waktu 8-11 bulan setelah pembungaan. Sedangkan untuk jenis kopi arabika dapat dipanen dalam waktu 6-8 bulan setelah pembungaan (Tim Karya Mandiri, 2010). Kopi Arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan Kopi Robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman Kopi Arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih diminati para petani kopi dibandingkan jenis robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan Kopi Robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman (Karo, 2009). Dengan pertimbangan harga jual yang lebih mahal dibanding Kopi Robusta dan melihat minat yang tinggi di pasaran, pengembangan Kopi Arabika dinilai sangat menguntungkan. Di daerah Sumatera Utara banyak lahan yang cocok untuk ditanami Kopi Arabika. Sebaiknya pemerintah di masing-masing daerah sentra kopi melirik peluang tersebut. Dengan kemampuan untuk memproduksi kopi yang meningkat maka akan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi (Silalahi, 2012). Provinsi Sumatera Utara terdiri dari berbagai kabupaten yang memproduksi tanaman kopi. Kopi yang banyak ditanam di Sumatera Utara terdiri dari kopi jenis arabika dan robusta. Namun demikian, kopi jenis arabika lebih banyak ditanam masyarakat setempat. Berikut akan dipaparkan tabel luas tanam dan produksi kopi perkebunan rakyat menurut kabupaten.

Tabel 1.2 Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 Kabupaten/Kota Luas Areal Produksi (Ha) (Ton) 1.Mandailing Natal 1 764,00 1 273,00 2. Tapanuli Utara 13 768,00 10 123,00 3. Toba Samosir 2 837,00 2 353,00 4. Simalungun 7 079,00 8 475,00 5. Dairi 10 617,00 9 583,00 6. Karo 5 890,00 6 848,00 7. Deli Serdang 700,00 546,00 8. Humbang Hasundutan 11 325,00 5 899,00 9. Pakpak Bharat 1 385,00 1 233,00 10. Samosir 4 193,00 2 712,00 11. Nias Barat 20,00 7,00 Total 59 578,00 49 052,00 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara 2014 Dari Tabel 1.2 diketahui bahwa terdapat sebelas kabupaten yang memproduksi Kopi Arabika di Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu penghasil Kopi Arabika dengan produksi sebesar 8475,00 ton atau sekitar 17,27% dari total produksi di tahun 2013. Kabupaten Simalungun merupakan sentra produksi Kopi Arabika keempat tertinggi di Sumatera Utara. Berikut disajikan fluktuasi luas areal, produksi, dan produktivitas selama beberapa tahun terakhir Kopi Arabika di Sumatera Utara. Tabel 1.3 Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika di Sumatera Utara Tahun 2010-2013 Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2010 57 721,06 47 755,11 0,827 2011 59 144,67 48 354,26 0,817 2012 59 064,00 47 230,23 0,799 2013 59 578,00 49 052,00 0,823 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara 2014

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa petani di Kabupaten Simalungun mulai banyak menggemari bertanam Kopi Arabika. Termasuk diantaranya konversi lahan dari Kopi Robusta ke Kopi Arabika maka luas areal tanam Kopi Robusta semakin menurun sedangkan luas areal tanam Kopi Arabika semakin meningkat. Perubahan luas lahan Kopi Robusta dan Kopi Arabika menurut Simalungun Dalam Angka (2015) dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Luas Lahan (Ha) 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Arabika Robusta Gambar 1.1 Grafik Perubahan Luas Lahan Kopi Robusta dan Kopi Arabika di Kabupaten Simalungun Tahun 2008-2014 Menurut Badan Pusat Statistik, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu penghasil kopi di Sumatera Utara dengan luas lahan 9.761 Ha dimana luas lahan kopi jenis arabika seluas 7.079 Ha. Salah satu kecamatan yang menghasilkan Kopi Arabika di daerah Simalungun adalah Kecamatan Dolok Pardamean. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Dolok Pardamean menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian diantaranya adalah usahatani Kopi Arabika. Bahkan dalam beberapa waktu terakhir, terjadi peningkatan luas lahan dan produksi Kopi

Arabika yang cukup signifikan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1.4 Perubahan Luas Lahan Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Tahun 2008-2014 Tahun Luas Lahan (Ha) Arabika Persentase 2008 781,50-2009 824,63 5,51% 2010 826,63 0,24% 2011 826,63-2012 851,66 3,02% 2013 877,84 3,07% 2014 890,97 1,49% Sumber: Simalungun Dalam Angka 2009-2015 Dari Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas lahan Kopi Arabika setiap tahunnya di daerah penelitian. Laju peningkatan luas lahan Kopi Arabika paling signifikan terjadi pada tahun 2009 dengan persentase laju sebesar 5,51% atau bertambah sebesar 43,13 Ha dari tahun sebelumnya. Luas lahan Kopi Arabika terbesar dicapai pada tahun 2014 yakni seluas 890,97 Ha atau sama dengan 10,83% dari total luas areal tanam Kopi Arabika di Kabupaten Simalungun. Hal ini didukung dengan jumlah produksi sebesar 1282,71 Ton dengan produktivitas 1,43 Ton/Ha. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang analisis kelayakan finansial usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) secara finansial di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani Kopi Arabika (Coffea arabica) secara finansial di daerah penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai referensi atau sumber informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya yang terkait dengan usahatani Kopi Arabika. 2. Sebagai bahan pertimbangan maupun evaluasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan pengembangan usahatani Kopi Arabika di Kabupaten Simalungun.