30 LAMPIRAN
31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%) < 0.10 0.11-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75 3. C/N < 5 5-10 11-15 16-25 > 25 4. P 2 O 5 HCl (mg/100g) < 10 10-20 21-40 41-60 > 60 5. P 2 O 5 Bray I (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35 6. P 2 O 5 Olsen (ppm) < 10 10-25 26-45 46-60 >60 7. K 2 O HCl 25% <10 10-20 21-40 41-60 >60 (mg/100g) 7. KTK (me/100g) < 5 5-16 17-24 25-40 > 40 8. Susunan Kation K (me/100 g) < 0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.6-1.0 > 1.0 Na (me/100 g) < 0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 > 1.0 Mg (me/100 g) < 0.4 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 > 8.0 Ca (me/100 g) < 0.2 0.2-5 5-10 11-20 > 20 9. Kejenuhan Basa (%) < 20 20-35 36-50 51-70 > 70 10. Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60 11. Al-dd (me/100 g) < 2.0 2.0-10 > 10 12. ph H 2 O Sangat masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis < 4,5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5 Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agriklimat, 1994 (Laporan Teknis No. 7, Versi 1,0 April 1994: LREP-II/C Lampiran 2. Analisis Tanah Model analisis tanah yang dilakukan berdasarkan dengan model analisis tanah yang dilakukan oleh Manaroinsong (2014). ph Nilai ph menunjukkan konsentrasi ion H + dalam larutan tanah. Konsentrasi H + yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual). Cara kerja di laboratorium yaitu contoh tanah ditimbang sebanyak 10 gram dengan dua kali ulangan, masing-masing bahan dimasukkan ke dalam botol kocok. Setelah itu di dalam botol kocok ditambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang pertama (ph H 2 O) dan 50 ml KCl 1 M ke dalam botol lainnya (ph KCl). Larutan kemudian dikocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah diukur dengan ph meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer ph 7.0 dan ph 4.0. Nilai ph dalam 1 desimal. C-organik Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr 6+ yang berwarna jingga menjadi Cr 3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm.
32 Cara kerja yang dilakukan yaitu menimbang 0.5 gram contoh tanah ukuran <0.5 mm, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. setelah itu ditambahkan 5 ml K 2 Cr 2 O 7 1 N, lalu dikocok. 7.5 ml H 2 SO 4 pekat ditambahkan ke dalam labu ukur, kemudian dikocok lalu diamkan selama 30 menit. Larutan diencerkan dengan air bebas ion dan dibiarkan dingin. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding, dibuat standar 0 dan 250 ppm yaitu dengan memipet 0 dan 5 ml larutan standar 5000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang sama dengan pengerjaan contoh. Perhitungan: Kadar C-organik (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml 1 x 100 mg contoh 1 x fk = ppm kurva x 100 1000 1 x 100 500 1 x fk = ppm kurva x 10 500 1 x fk Keterangan: ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko 100 = konversi ke % fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air) N-total Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH 4 ) 2 SO 4. Penetapan N dilakukan dengan cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. NH 3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan dititar dengan larutan baku H 2 SO 4 menggunakan penunjuk Conway. Cara kerja dilakukan yaitu dengan menimbang 0.5 gram contoh tanah ukuran <0.5 mm, lalu dimasukkan ke dalam tabung digest. 1 gram campuran stelen dan 3 ml asam sulfat pekat ditambahkan kedalamnya, kemudian didestruksikan hingga suhu 350 0 C (3-4 jam). Setelah destruksi selesai apabila keluar uap putih maka didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). Tabung diangkat, diinginkan dan ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. Larutan dikocok sampai homogen, dibiarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi atau cara kolorimetri. Perhitungan Kadar nitrogen (%) = (Vc Vb) x N x bst N x 100 mg contoh 1 x fk = (Vc Vb) x N x 14 x 100 500-1 x fk = (Vc Vb) x N x 2.8 x fk Penetapan P tersedia dengan metode Bray Cara kerja dilakukan dengan menimbang 2.5 gram contoh tanah <2 mm, kemudian ditambahkan pengekstrak Bray dan Kurt I sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit. Larutan disaring dan apabila larutan keruh dikembalikan ke atas saringan semula (proses penyaringan maksimum 5 menit). Ekstrak jernih dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi. Contoh dan deret standar masing-masing ditambah pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, kemudian dikocok dan
dibiarkan 30 menit. Contoh diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. Perhitungan : Kadar P 2 O 5 tersedia (ppm) = ppm kurva x ml ekstrak/1000 ml x 1000 gram /gram contoh x fp x 142/190 x fk = ppm kurva x 25/1000 x 1000/2.5 x fp x 142/190 x fk =ppm kurva x 10 x fp x 142/190 x fk Keterangan : Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko Fp = faktor pengenceran (bila ada)f 142/190 = faktor konversi bentuk PO 4 menjadi P 2 O 5 Fk = faktor koreksi kadar air 33 Lampiran 3. Analisis kandungan hara pada daun Analisis kandungan hara pada daun berdasarkan Manaroinsong (2014). Persiapan sampel daun dipisahkan antara daun dengan lidi, kemudian daun dipotong-potong dengan ukuran sekitar satu cm. Potongan daun kemudian dioven pada suhu 70 0 C. Contoh daun kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder mesin dengan filter kehalusan 0.5 mm. Cara kerja yang dilakukan yaitu menimbang 0.250 g contoh tanaman <0.5 mm ke dalam tabung digestion dan ditambahkan 2.5 ml H 2 SO 4 p.a. ke dalam tabung, lalu dibiarkan satu malam. Keesokan harinya dipanaskan dalam blok digestion selama satu jam pada suhu 100 0 C kemudian angkat dan dinginkan. 2 ml H 2 O 2 p.a. ditambahkan ke dalam tabung kembali, kemudian dipanaskan kembali dan suhu ditingkatkan menjadi 200 0 C, setelah dipanaskan selama 1 jam kemudian angkat dan didinginkan. H 2 O 2 ditambahkan kembali sebanyak 2 ml kemudian panaskan kembali hingga suhu 350 0 C. Pengerjaan diulang hingga keluar uap putih dan didapatkan sekitar 1 ml ekstrak jernih. Pembuatan blanko, ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. contoh dikocok sampai homogen dengan pengocok tabung, biarkan hingga mengendap. Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran N-Kjeldahl, P, dan K. Pengukuran N (n-kjeldahl) Ekstrak contoh dipipet 10 ml kedalam labu didih kemudian ditambahkan sedikit serbuk batu didih dan air bebas ion hingga setengah volume labu. penampung NH 3 disiapkan yaitu Erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah dua tetes indikator Conway dan dihubungkan dengan alat destilasi. NaOH 40% ditambahkan menggunakan gelas ukur, sebanyak 10 ml kedalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Larutan kemudian didestilasi hingga volume penampung mencapai 50-75 ml. Destilat dititrasi dengan asam standar (H 2 SO 4 0.050 N). Volume titrasi (ml) untuk contoh (Vc) dan blanko (Vb) dicatat.
34 Pengukuran P Ekstrak contoh dipipet masing-masing 1 ml dengan deret standar PO 4 kedalam tabung kimia. 9 ml air bebas ion ditambahkan dan dikocok (pengenceran 10x), kemudian masing-masing 2 ml ekstrak encer contoh dipipet ke dalam tabung reaksi. Kemudian 10 ml pereaksi warna P ditambahkan ke dalam tabung. Larutan dalam tabung dikocok dengan pengocok tabung sampai homogen dan biarkan 30 menit. Kandungan P dalam larutan diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. Pengukuran K Ekstrak contoh dipipet 1 ml dengan deret standar masing-masing ke dalam tabung kimia kemudian ditambahkan 9 ml larutan La 0.25%. Contoh dikocok dengan menggunakan pengocok tabung sampai homogen. K diukur dengan alat fotometer nyata dengan deret standar sebagai pembanding. Perhitungan Kadar N (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 50 ml 10 ml 1 x 100 mg contoh 1 x fk = (Vc - Vb) x N x 14 x50/10 x 100/250 x fk = (Vc - Vb) x N x 28 x fk Kadar P (%)= ppm kurva x ml ekstrak 1 000 ml 1 x 100 mg contoh 1 x B.A.P/B.M. PO4 x fp xfk = ppm kurva x 50/1000 x 100/250 x 31/95 x 10 x fk = ppm kurva x 0.2 x 31/95 x fk Kadar K (%) = ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml 1 x 100 mg contoh 1 x fp x fk = ppm kurva x 50/1000 x 100/250 x 10x fk = ppm kurva x 0.2 x fk Lampiran 4. Denah Percobaan
35 Lampiran 5. Cara analisis gula dan pati pada anak daun bagian tengah Analisis gula Analisis gula menggunakan metode AOAC 1970. Proses kerja yang dilakukan pada analisis ini yaitu dengan menimbang sampel daun sebanyak 2.0 gram di beakerglass 100 ml. Kemudian 100 ml aquadest ditambahkan dalam beakerglass. Lalu larutan di stirrer dengan kecepatan 150 rpm selama 10 menit, kemudian diencerkan pada labu ukur 100 ml hingga batas tera. Setelah selesai, larutan disaring menggunakan kertas saring whatman 41. Ekstrak contoh dipipet 0.5 ml filtrat kedalam tabung reaksi yang sudah diberi DNS 5 ml. Kemudian larutan divortex dan panaskan pada air mendidih selama 10 menit. Larutan yang telah selesai divortex segera didinginkan dan tera di spectrophotometer pada panjang gelombang 570 nm (AOAC, 1970). Analisis pati Analisis pati di laboratorium menggunakan metode AOAC 1971. Proses kerja yang dilakukan yaitu menimbang sampel daun sebanyak 2 gram di Erlenmeyer asa 250 ml, kemudian 100 ml HCl 0.309 N ditambahkan dalam erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian dihidrolisis selama 1 jam, lalu dinginkan pada air mengalir. Larutan yang telah dingin kemudian dinetralkan hingga ph 7.00. Setelah netral maka larutan diencerkan pada labu ukur 250 ml hingga batas tera. Larutan hasil hidrolisis kemudian disaring pada kertas saring whatman 41. DNS yang telah disiapkan yaitu dengan memipet 5 ml pada tabung reaksi, kemudian 0.5 ml filtrate hasil penyaringan ditambahkan ke dalamnya. Contoh yang ada kemudian divortex dan dipanaskan pada air mendidih selama 10 menit, dan selanjutnya didinginkan dan vortex. Setelah dingin kemudian di tera pada spektro 570 nm (AOAC, 1971).
36 Lampiran 6. Kegiatan pengamatan di lapangan, pengukuran peubah morfologi dan membersihkan piringan Pengukuran Tinggi Tanaman Pengukuran Panjang Anak Daun Pembersihan Piringan Pengukuran Lebar Anak Daun
Lampiran 7. Rata-rata curah hujan, banyaknya hari hujan pada bulan Juli 2012-Desember 2013. 37 Bulan, tahun Juli 2012 Agustus 2012 September 2012 Oktober 2012 November 2012 Desember 2012 Januari 2013 Februari 2013 Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013 Oktober 2013 November 2013 Desember 2013 Curah hujan (mm) 124.9 22.48 141.55 197.2 229.3 103.7 73.1 174.1 134.75 79.9 139.6 17 51.7 115.5 180.6 252.8 305.93 135.6 Hari hujan (hari) 7 4 9 14 14 15 9 13 8 8 12 2 2 6 12 7 19 5 Lampiran 8. Perbedaan bibit sebelum dipindahtanam ke lapangan Umur 2 minggu Umur 4 minggu Umur 8 minggu Umur 12 minggu *: Dokumentasi Ahyuni (2011)