TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. usaha agribisnis di pedesaan, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar pijakan pembangunan kedepan akan mengakibatkan pertumbuhan akan

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH DANA PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK SIMANTRI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BUPATI PURWOREJO P E R A T U R AN BUPATI P U R W O R E J O N O M OR : 40 T A H U N 2009 T E N T A N G

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal Pada Pertanian

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

BUPATI PAKPAK BHARAT

KAJIAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI PERDESAAN KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

KATA PENGANTAR. Sumarjo Gatot Irianto. Jakarta, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, Sumarjo Gatot Irianto

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DOKUMEN ADMINISTRASI PENYALURAN BLM-PUAP Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 34 TAHUN 2007

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen penyuluhan yang mengumpulkan data sejalan dengan diterapkannya program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upaya berada pada jalur yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawkins, 1999; 241). Monitoring didefinisikan sebagai sistem pengawasan yang digunakan oleh mereka yang bertanggung jawab atas suatu proyek, untuk memastikan bahwa semuanya berjalan menurut rencana, dan bahwa sumber daya tidak terbuang. Ini merupakan sistem umpan balik yang berkesinambungan, yang berlangsung selama siklus program, dan meninjau setiap kegiatan pada setiap tingkat pelaksanaannya. Monitoring partisipatoris melibatkan para calon pemakai suatu proyek dalam pengukuran, pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi untuk membantu baik personel manajemen maupun para anggota kelompok sendiri dalam pembuatan kesimpulan (Mikkelsen, 2003; 231). Hasil monitoring dan evaluasi yang akan digunakan langsung untuk penyesuaian program, atau akan digunakan untuk membuat rencana program yang lebih baik di masa mendatang, pada umumnya hasil-hasil ini terlihat dalam

laporan, tabel, grafik, dan peta merupakan informasi visual. Tetapi semua hasil, terutama hasil evaluasi, tidak dapat disajikan sebagai informasi kuantitatif, artinya tidak selalu dalam angka-angka (Mikkelsen, 2003; 237). Evaluasi Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini selain bertujuan utuk mengkaji kembali keterandalan program untuk mmencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman/patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program tersebut kelak akan dilaksanakan. Karena itu, di dalam evaluasi program, selain dievaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut: pengumpulan informasi, analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut: kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang akan diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat (lokasi) dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan (Mardikanto, 1993; 325). Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaanya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feedback) untuk memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat dibentuk laporan-laporan resmi yaitu daftar-daftar isian atau formulir yang telah

disusun sebelumnya, berita acara, memorandum dan sebagainya atau dapat berbentuk cara-cara yang lebih santai (informal) melalui rapat-rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran fikiran mengenai apa yang gagal atau tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat dihubungkan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992; 55). Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001; 354). Untuk mengevaluasi program, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mendesain kegiatan program yang bersangkutan. Evaluasi program yang baik, diperlukan langkah yang sistematis, terarah, dan konsisten. Untuk itu perlu ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut: Tujuan program Kegiatan yang menjadi pendukung program Bagaimana prosedur pelaksanaannya Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan (Kunarjo, 2002; 265).

Ada dua macam evaluasi menurut dilaksanakannya evaluasi tersebut, Yaitu: 1) Evaluasi Formatif, evaluasi ini dilaksanakan di setiap tahap dalam siklus proyek/program. Tujuannya memberi tanda perlu tidaknya dilakukan tindakan koreksi. Banyaknya atau frekuensi evaluasi tentunya sangat bergantung pada kondisi yang dihadapi, tidak ada pedoman khusus. Yang pokok, dari kegiatan ini bisa diperoleh informasi perlu tidaknya melakukan tindakan perbaikan. 2) Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai. Ini sangat penting khususnya sebagai masukan untuk pengelolaan program yang serupa di masa yang akan datang. Kalau pun programnya tidak mirip orang-orang yang terlibat bisa mendapatkan informasi mengenai bagian-bagian, kapan dari program yang sering harus mendapatkan perhatian khusus (Santosa, 2009; 151-152). Program PUAP Adapun tujuan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah, 2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, dan penyuluh pendamping, 3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis,

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan (Anonimous b, 2010). Adapun Indikator keberhasilan output (hasil) PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), yaitu: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian dan (2) Terlaksananya fasilitas penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) (Suprapto, 2010; 3). Sedangkan indikator keberhasilan yang menjadi akibat (outcome) PUAP antara lain: 1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani, 2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha, 3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan, 4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah (Anonimous c, 2010). Indikator manfaat atau benefit dan impact (pengaruh) PUAP antara lain: berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi

Desa PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, dan berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 4). Proses penetapan Desa PUAP berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008 (Pedoman PUAP tahun 2008), ada 2 tahapan yang harus dilewati yaitu: tahapan penetapan kuota desa dan tahapan seleksi Desa PUAP. (1) Tahapan Penetapan Kuota Desa Penentuan kuota desa dilaksanakan di Pusat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Identifikasi PUAP. Penetapan kuota desa dilakukan dengan mempertimbangkan: data lokasi PNPM-Mandiri; data Potensi Desa (Podes); data desa miskin dari BPS; data desa tertinggal dari Kementerian PDT; data desa lokasi program lanjutan Departemen Pertanian antara lain : P4K, Prima Tani, P4MI, Pidra, LKM-A serta desa rawan pangan. Kuota desa yang menjadi sasaran penerima bantuan modal usaha PUAP juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Berdasarkan kuota desa pada setiap kabupaten/kota, tim PUAP pusat menyusun daftar calon desa PUAP. (2) Tahapan Seleksi Desa PUAP Daftar calon desa PUAP dikirim oleh tim PUAP pusat ke gubernur dan bupati/walikota. Berdasarkan daftar tersebut diatas, pemerintah kabupaten/kota mengusulkan calon desa PUAP kepada Departemen Pertanian melalui gubernur. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi atas usulan desa PUAP yang diajukan oleh gubernur, bupati/walikota dan aspirasi masyarakat. Hasil verifikasi desa PUAP

oleh tim PUAP pusat, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai Desa PUAP ((Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 7). Menurut Pedoman PUAP tahun 2008 (Peraturan Menteri Pertanian No.16/Permentan/OT.140/2/2008), Proses penetapan Gapoktan PUAP, adalah sebagai berikut: 1. Tim teknis PUAP kabupaten/kota mengidentifikasi Gapoktan calon penerima BLM-PUAP dari lokasi Desa PUAP yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 2. Gapoktan yang ada di Desa PUAP mengisi formulir 1 sebagai data dasar untuk diajukan oleh Bupati/Walikota sebagai calon penerima BLM-PUAP. 3. Bupati/walikota mengusulkan Gapoktan penerima BLM-PUAP kepada Tim PUAP pusat melalui gubernur. 4. Tim PUAP pusat melakukan verifikasi terhadap Gapoktan yang diusulkan oleh bupati/walikota 5. Hasil Verifikasi Tim PUAP Pusat terhadap Gapoktan, selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai Gapoktan Penerima BLM-PUAP. (Peraturan Menteri Pertanian, 2008; 8) Landasan Teori Konsep mengenai kemiskinan bukanlah hal yang mudah dipahami, sebab kemiskinan sebagai gejala ekonomi berbeda dengan kemiskinan sebagai gejala sosial-budaya. Hendra Esmara (1986 : 287) menyebutkan bahwa kemiskinan dilihat dari aspek sosial-budaya lebih banyak melihat dalam diri penduduk miskin itu sendiri seperti nampak pada cara hidup dan tingkah laku. Kemudian

kemiskinan dilihat dari aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada lingkungan penduduk miskin yang nampak pada rendahnya pendapatan, gizi buruk, angka kematian bayi dan morbiditas yang tinggi serta rendahnya pendidikan, (Tukiran,1993; 145). Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan. Tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (Sayogyo, 1996; 67). Partisipasi masyarakat didorong melalui proyek pembangunan bagi masyarakat desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. Jadi masih dibutuhkan wadah untuk berpartisipasi di tingkat kelompok. Melalui wadah partisipasi tersebut anggota kelompok akan saling belajar melalui pendekatan learning by doing yang berarti belajar dengan melakukannya, menuju pada tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.

Yang terjadi adalah adanya perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang merupakan potensi untuk pembangunan (Ban dan Hawkins, 1999; 60). Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang didalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari Kementerian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh seluruh komponen masyarakat pertanian mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan untuk dapat melayani seluruh kebutuhan petani di perdesaan. Sebagai organisasi ekonomi milik petani di perdesaan, diharapkan Gapoktan dapat melayani kebutuhan petani tentang pembiayaan. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273 / Kpts/OT.160 /4/ 2007, telah memberikan arahan bahwa Gapoktan dapat melakukan fungsi-fungsi ekonomi antara lain: unit usaha pengolahan, unit usaha saprodi, unit usaha pemasaran, unit usaha keuangan mikro sesuai dengan kebutuhan dan harus disepakati oleh seluruh anggota Gapoktan (Suprapto, 2010; 1). Membicarakan modal dalam usaha pertanian tidak akan terlepas dari pembicaraan kredit. Karena kredit merupakan suatu alat atau cara untuk menciptakan modal. Diakui dan terjadi di lapangan bahwa ada petani yang dapat memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan sebagian petani yang kaya malahan bisa membantu atau meminjamkan modal kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis dapat dikatakan bahwa modal pertanian dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak lainnya. Modal berupa pinjaman dari pihak lain ini lazim disebut sebagai utang atau kredit (Daniel, 2002; 77).

Modal merupakan salah satu faktor produksi pertanian. Pemilik modal menerima bunga modal yang biasanya diukur dalam persen dari modal pokok untuk satu kesatuan waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan, atau per tahun. Pemilik modal tidak perlu orang lain daripada petani sendiri. Hanya apabila modal dipinjam dari pihak lain dengan janji pengembalian dengan bunga tertentu maka terdapatlah kredit. Dengan demikian modal dapat dibagi dua yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit) (Mubyarto, 1989; 93). Dalam penyelenggaraan program PUAP, Departemen Pertanian telah mengalokasikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai dana stimulan sebesar Rp 100.000.000 untuk Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) kepada setiap desa PUAP. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian. Gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana PUAP sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani. Sedangkan kriteria Gapoktan penerima dana BLM-PUAP, adalah: (1) Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, (2) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif, (3) Dimiliki dan dikelola oleh petani, (4) Dikukuhkan oleh Bupati/Walikota. Program PUAP dilaksanakan melalui pendekatan dan strategi sebagai berikut: (1) Memberikan bantuan stimulus modal usaha kepada petani untuk membiayai usaha ekonomi produktif dengan membuat usulan dalam bentuk RUA (Rencana Usaha Anggota), RUK (Rencana Usaha Kelompok), RUB

(Rencana Usaha Bersama) dan menggunakan dana PUAP sesuai dengan usulan (tahun ke-i); (2) Petani penerima manfaat program PUAP tersebut harus mengembalikan dana stimulasi modal usaha kepada Gapoktan sehingga dapat digulirkan lebih lanjut oleh Gapoktan melalui kaidah-kaidah usaha simpan-pinjam (tahun ke-ii); (3) Dana stimulasi modal usaha yang sudah digulirkan melalui pola simpan pinjam selanjutnya melalui keputusan seluruh anggota Gapoktan diharapkan dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis), dan pada akhirnya difasilitasi menjadi jejaring pembiayaan (linkages) dari lembaga keuangan lain (Peraturan Menteri Pertanian, 2010; 15). Pemantauan program, diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data, fakta) dan pengambilan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya keadaankeadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan program, sehingga program tersebut tetap dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Mardikanto, 1993; 326). Evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: merumuskan tujuan; mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan menjelaskan tingkat keberhasilan. Dengan demikian ciri utama dari evaluasi adalah proses menentukan nilai terhadap suatu tujuan dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan dalam meraih tujuan dengan nilai tertentu (Sinar Tani, 2001; 358). Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006; 148), penggolongan kualitas kredit (pinjaman) berdasarkan kegiatan pembayaran pokok dan bunga

digolongkan menjadi 5 kelas, yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. 1. Lancar, yaitu: kondisi pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai persyaratan kredit (30 hari). 2. Dalam perhatian khusus, yaitu tunggakan pokok/bunga sampai 90 hari dan jarang mengalami cerukan. 3. Kurang lancar, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 90 hari sampai 120 hari dan cerukan berulang kali khususnya untuk menutup rugi operasional dan arus kas. 4. Diragukan, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga di atas 120 hari sampai 180 hari dan cerukan permanen khususnya untuk menutupi rugi dan kekurangan arus kas. 5. Macet, yaitu kondisi tunggakan pokok/bunga lebih dari 180 hari. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut (Azwar, 1995; 5). Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Ban dan Hawkins, 1999; 106). Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji, atau mendukung objek tersebut; jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu atau menghukum atau merusak objek tersebut (Krech dkk, 1996; 9).

Sistem kerja kelompok memungkinkan pertemuan antar anggota semakin sering terjadi. Kegiatan ini membuka kesempatan berdiskusi, tukar-menukar informasi dan pengalaman antar anggota semakin aktif, sehingga pengetahuan anggota kelompok semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya, kendalakendala yang muncul pada kelompok dengan cepat ditemukan dan dipecahkan secara bersama-sama. Di sisi lain rasa kebersamaan di antara anggota kelompok semakin erat. Kerja kelompok juga mempermudah PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) untuk mendatangi mereka untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau penyuluhan di lahan kerja mereka, cukup dengan melihat jadwal kerja kelompok tersebut (Mubyarto, 2000; 25). Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha transformasi pola pertanian tradisional tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya saja; akan tetapi yang lebih penting lagi semua itu tergantung pada kondisi-kondisi sosial, kondisi komersial dan kondisi kelembagaan yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang harus dihadapi oleh petani (Todaro, 1998; 386). Kegiatan analisis kinerja merupakan kegiatan menginterpretasikan atau pemahaman serta penggunaan data dan informasi yang berhasil dukumpulkan guna membuat kesimpulan dan temuan evaluasi kinerja, namun untuk melakukan hal tersebut digunakan alat-alat analisis ataupun intsrumen-instrumen yang bervariasi baik metode maupun prosedurnya, antara lain penggunaan teknik analisis kuantitatif untuk membandingkan antara biaya-biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang dihasilkan sehingga penggunaan bisa menentukan metode

kualitatif yang bersifat subyektif maupun metode eksperimental (Moeheriono, 2009; 96-97) Kerangka Pemikiran Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu: program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan bantuan dana PUAP sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) kepada Gapoktan yang ada di Desa PUAP. Pelaksanaan program PUAP harus berpatokan pada Pedoman Umum PUAP tahun 2008. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP harus berada pada lokasi desa PUAP dan memenuhi kriteria, antara lain: memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis, mempunyai struktur kepengurusan yang aktif, dimiliki dan dikelola oleh petani, dikukuhkan oleh bupati/walikota. Dana BLM- PUAP disalurkan kepada petani melalui Gapoktan. Gapoktan (per desa) yang merupakan kelembagaan ekonomi di perdesaan yang di dalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga tani pelaksana PUAP yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyalurkan modal usaha

agribisnis bagi petani. Penyaluran dana BLM-PUAP kepada petani dilaksanakan dengan sistem pinjaman, artinya dana BLM-PUAP harus dikembalikan kepada Gapoktan untuk digulirkan kembali kepada petani lain. Kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan Program PUAP di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh tingkat pengembalian pinjaman dana BLM-PUAP dari petani kepada Gapoktan. Tingkat penggolongan pengembalian pinjaman dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Penerimaan bantuan dana BLM-PUAP dalam bentuk pinjaman tersebut memunculkan sikap, tingkah laku yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam diri petani maupun kelompok dimana petani itu bernaung. Sikap petani terhadap program PUAP merupakan bentuk reaksi ataupun respon terhadap adanya stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif atau negatif Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan informasi dengan menggunakan standar dan seperangkat kriteria untuk menarik kesimpulan dan menyusun pertimbangan. Kegiatan evaluasi PUAP bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan PUAP baik peyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP serta memberikan saran-saran perbaikan sebagai pertimbangan untuk pengambilan kebijakan PUAP pada masa yang akan datang. Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) di daerah penelitian yang telah berjalan sejak tahun 2008, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program PUAP yang telah dicapai, dan dampaknya terhadap sosial ekonomi (komunikasi antar petani dan kemudahan memperoleh pinjaman) petani.

berikut: Maka secara sederhana kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai Pemerintah Desa PUAP Gapoktan Program PUAP Kriteria Gapoktan Penerima BLM-PUAP: 1. Memiliki SDM 2. Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif 3. Dimiliki dan dikelola oleh petani 4. Dikukuhkan oleh bupati/walikota Pinjaman Gapoktan/Poktan Petani Tingkat Penggolongan Pengembalian Pinjaman Dana BLM-PUAP 1. Lancar 2. Dalam perhatian khusus 3. Kurang lancar 4. Diragukan 5. Macet Evaluasi Positif Sikap Petani Terhadap Program PUAP Negatif Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Petani: 1. Komunikasi antar petani 2. Kemudahan dalam memperoleh pinjaman dana BLM-PUAP Keterangan: = Menyatakan Pengaruh = Menyatakan Hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran