VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN"

Transkripsi

1 VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan dana program terbanyak adalah Kabupaten Sukabumi dengan jumlah sebanyak 49 Gapoktan (Gambar 6.1). Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, 2011 Gambar 6.1 Jumlah Gapoktan Penerima PUAP 2008 Kab/Kota Jawa Barat Berdasarkan Gambar 6.2, menunjukkan tahun 2009 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP terbanyak dari beberapa kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat. Tahun 2008 sebanyak 41 Gapoktan mendapatkan dana tersebut. Kemudian tahun 2009 meningkat menjadi 103 Gapoktan yang tersebar di 31 kecamatan dengan dana sebesar Rp 10,3 milyar (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, 2011). Hal ini mengindikasikan, masyarakat Kabupaten Cianjur yang banyak bergerak dalam sektor pertanian adalah masyarakat petani miskin.

2 57 Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, 2011 Gambar 6.2 Jumlah Gapoktan Penerima PUAP 2009 Kab/Kota Jawa Barat 6.2. Mekanisme Kredit Gapoktan Program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) memberikan kebebasan kepada setiap Gapoktan untuk mengelola dana. Sebagai contoh, dalam menentukan besaran persentase kredit untuk Gapoktan dan anggota, persentase bunga atau bagi hasil, periode kredit, reward atau punishment bagi petani yang gagal atau telat bayar Kecamatan Sukaresmi Gapoktan Desa Ciwalen Desa Ciwalen memiliki Gapoktan yang bernama Tani Raharja. Tani Raharja berdiri sebelum dikeluarkannya program PUAP yaitu pada tahun 2000 tapi dikukuhkan pada tahun 2009 sebelum pengajuan program PUAP. Gapoktan ini terdiri dari 5 kelompok tani yang memiliki simpanan anggota yaitu Rp

3 58 untuk simpanan pokok dan Rp 5000 per bulan untuk simpanan wajib. Gapoktan ini tidak memiliki ketentuan menabung untuk anggotanya. Penyaluran dana pada Gapoktan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 40 persen dari total dana untuk usaha Gapoktan dan 60 persen digunakan anggota Poktan untuk usaha produktif budidaya dan non-budidaya dengan jasa sebesar 2 persen. Dana yang ditujukan untuk budidaya yaitu tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan, juga untuk non-budidaya industri rumah tangga dan pemasaran hasil pertanian skala mikro. Gapoktan Desa Ciwalen mengunakan sistem kredit bayar panen untuk para petani dan juga sistem bulanan untuk yang bukan petani. Mayoritas Petani di Desa Ciwalen merupakan petani padi sehingga ketika terjadi telat bayar dalam pembayaran akibat adanya gagal panen, yang diakibatkan terkena hama, ataupun akibat salah perhitungan waktu masa panen. Gapoktan ini tidak memiliki kebijakan punishment bagi petani yang telat bayar tidak ada, karena masih diberikan kebijakan waktu. Sedangkan untuk reward bagi petani yang selalu tepat bayar maka di periode kredit selanjutnya akan diutamakan terlebih dahulu dan bisa mendapatkan pinjaman lebih banyak dari periode sebelumnya Gapoktan Desa Rawabelut Desa Rawabelut mempunyai Gapoktan yang bernama Lestari yang terdiri dari 5 kelompok tani. Dana program PUAP dibagi 40 persen untuk usaha Gapoktan dan 60 persen untuk anggota tani. Dalam penggunaan dana 40 persen, Gapoktan tersebut membuka usaha penjualan pupuk tetapi hanya bertahan beberapa bulan. Pada rencana awal usaha tersebut dikhususkan untuk anggota

4 59 Gapoktan terlebih dulu dengan harga yang lebih murah, akan tetapi pada pelaksanaannya dijual untuk siapa saja dengan harga yang sama baik untuk anggota Gapoktan maupun bukan anggota Gapoktan. Semua dana pengembalian dari anggota di masing-masing kelompok didistribusikan kembali. Setiap ketua kelompok memberikan laporan keuangan setiap bulan kepada Gapoktan. Adapun untuk sistem bayar anggota bisa mingguan, bulanan, atau bayar panen sesuai dengan kemampuan petani selama 10 bulan dengan imbalan jasa 2 persen per bulan. Tidak ada sistem tanggung renteng dalam masalah pengembalian dikarenakan hal tersebut akan membebankan anggota yang lain. Imbalan jasa tersebut untuk mengantisipasi simpanansimpanan (pokok dan wajib) yang sering tidak lancar. Pinjaman paling besar adalah sebesar Rp dan minimal sebesar Rp Simpanan wajib sebesar Rp dari pinjaman sebesar Rp dan berlaku sama untuk kelipatan Gapoktan Desa Kubang Desa Kubang mempunyai Gapoktan yang bernama Mutiara Tani dengan 11 kelompok tani. Gapoktan ini memiliki simpanan yaitu simpanan pokok sebesar Rp dan simpanan wajib Rp 5000 per bulan. Dana PUAP 100 persen disalurkan kepada petani. Pinjaman maksimal yang dapat diperoleh petani sebesar Rp dan pinjaman minimal sebesar Rp Sistem bayar dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk on-farm dan 1 bulan sekali untuk off-farm, masingmasing dengan imbalan jasa 2 persen setiap bulan.

5 60 Permasalahan yang sering terjadi yang menyebabkan gagal bayar adalah gagal panen karena hama dan telat panen. Kebanyakan petani di Gapoktan ini tergolong sebagai tani padi. Adapun yang dilakukan oleh Gapoktan kepada petani yang telat bayar adalah memanggil ketua kelompok kemudian ketua kelompok meneruskannya kepada anggota yang bermasalah, Gapoktan akan memberikan keringanan kepada petani tetapi ada sanksi atau punishment yang diterapkan dengan mengambil barang berharga petani yang akan dikembalikan pada saat pelunasan pinjaman. Gapoktan ini tidak menggunakan sistem tanggung renteng yang ada yaitu pinjaman individu maka harus tanggung jawab individu, sehingga tidak membebankan orang lain. Desa Kubang ini banyak petani padi kecil sehingga dalam berbagi tanggungjawab akan sulit dilakukan karena untuk keperluan sendiri masih kurang cukup Kecamatan Karang Tengah Gapoktan Desa Sukasari Desa Sukasari memiliki Gapoktan yang bernama Subur Makmur yang terdiri dari 4 kelompok tani berjumlah 76 anggota dan kebanyakan merupakan petani padi. Seluruh Dana PUAP disalurkan ke anggota Gapoktan. Gapoktan ini memiliki simpanan kelompok yaitu simpanan pokok Rp , simpanan wajib Rp 5000 per bulan dan mempunyai ketentuan untuk menabung bagi peminjam kredit. Adapun pinjaman yang paling besar adalah sebesar Rp dan paling kecil Rp Sistem bayar hanya dilakukan pada 2 musim atau 2 kali bayar pada setiap kontrak atau periode 10 bulan dengan imbalan jasa sebesar 2 persen per bulan.

6 61 Jika terjadi masalah pengembalian atau telat bayar, maka akan diberikan kontrak baru bagi petani yang meminjam dengan membayar administrasi kembali untuk pengajuan kontrak baru. Sampai pada tahun 2011, tidak ada insiden petani dikeluarkan dari kelompok. Gapoktan Subur Makmur tidak menggunakan sistem tanggung renteng dalam kelompok. Pinjaman diberikan kepada masing-masing individu sehingga pada pembayaran cicilan ditanggung sendiri Gapoktan Desa Langensari Desa Langensari mempunyai Gapoktan yang bernama Berkah Tani terdiri dari 6 kelompok tani. Tidak ada syarat khusus yang diberlakukan dalam perekrutan anggota, hanya petani yang menggarap sawah dan persyaratan administrasi umum. Seluruh dana PUAP disalurkan ke anggota. Pinjaman yang paling besar adalah sebesar Rp dan yang paling kecil Rp Gapoktan ini memiliki simpanan anggota yaitu simpanan pokok Rp dan simpanan wajib Rp 5000 per bulan dengan imbalan jasa sebesar 2 persen per bulan. Pengembalian dapat dilakukan bulanan atau mingguan dan gagal bayar tidak diperbolehkan lebih dari 4 minggu. Adapun sanksi yang akan diberlakukan yaitu pinjaman selanjutnya tidak akan diberikan. Gagal bayar terjadi akibat gagal panen. Ketua Poktan bertanggungjawab atas anggota dan pengelola keuangan. Gapoktan ini tidak menggunakan sistem tanggung renteng sehingga pinjaman dilakukan oleh individu dan masing-masing individu bertanggungjawab sendiri atas pinjamannya.

7 Gapoktan Desa Sukamanah Desa Sukamanah memiliki Gapoktan bernama Bakti Mandiri terbaik di Provinsi Jawa Barat pada 2010, dengan administrasi dan pembukuan yang lengkap, serta usaha yang berkembang. Sebelum adanya dana PUAP Gapoktan ini sudah memiliki beberapa usaha Gapoktan yang sudah berkembang, sehingga dana PUAP dijadikan sebagai tambahan modal Gapoktan. Akan tetapi, prestasi yang diraih melahirkan beberapa efek negatif yang dirasakan oleh Gapoktan, yaitu keterlambatan yang dilakukan oleh para anggota karena ada anggapan bahwa Gapoktan sudah banyak menerima investasi dari banyak investor sehingga telat bayar pun tidak menjadi masalah. Gapoktan ini terdiri dari 5 kelompok tani dan 1 kelompok Wanita Tani. Gapoktan memiliki waktu rutin untuk pertemuan dengan semua anggota yaitu sebulan sekali, sedangkan Gapoktan dengan para ketua kelompok bertemu seminggu sekali setiap hari jum at. Dana PUAP digunakan 40 persen untuk offfarm dan 60 persen on-farm. Pembentukan kelompok dilakukan ketika masingmasing petani memiliki visi dan misi yang sama, kemudian dilaporkan ke Gapoktan dan BPP untuk mendapatkan legalitasnya, ketua kelompok dipilih berdasarkan musyarawah anggota kelompok. Mekanisme pengajuan kredit usaha dilakukan petani melalui pengajuan usaha ke ketua kelompok, kemudian ketua kelompok ke manajer keuangan Gapoktan. Tim survey akan dikerahkan dari salah satu divisi di Gapoktan. Dalam penagihan kredit atau cicilan, Gapoktan ini mempunyai kolektor masing-masing Poktan yang biasanya diambil dari anggota Poktan.

8 63 Permasalahan yang terjadi di Gapoktan ketika pencairan dana, masingmasing kelompok tidak searah dengan rancangan usaha yang sudah disepakati sebelumnya, sehingga perlu dibuat berita acara. Gapoktan Bakti Mandiri memberikan dana PUAP kepada Poktan langsung dalam bentuk uang, dan dana yang digulirkan sebesar 60 persen terlebih dahulu. Gagal bayar juga terjadi pada Gapoktan ini, misalkan yang seharusnya 4 bulan jadi 5 bulan pembayaran. Untuk gagal bayar yang diakibatkan oleh gagal panen, toleransi akan diberikan sampai 3 masa panen. Siklus kredit memiliki masa jatuh tempo per 10 bulan. Adapun yang memiliki tugas keras dalam penagihan yaitu dari LKM yaitu bagian kolektor yang ada di masing-masing kelompok tani. Gapoktan ini tidak menggunakan sistem tanggung renteng karena dirasakan bukan akan mengurangi beban anggota melainkan bahkan akan membebankan anggota ketika ada anggota yang gagal bayar Kecamatan Pacet Gapoktan Desa Ciputri Desa Ciputri mempunyai Gapoktan yang bernama Putri Kencana dengan 3 kelompok tani. Dana PUAP disalurkan 100 persen ke seluruh anggota Gapoktan. Anggota yang tidak punya lahan dan memiliki utang ke pihak lain tidak mendapatkan pinjaman. Simpanan anggota terdiri dari simpanan pokok sebesar Rp dan simpanan wajib Rp 5000 per bulan. Adapun pinjaman maksimal anggota yaitu Rp dengan imbalan jasa 1 persen per bulan dalam jangka waktu bulan (maksimal). Pembayaran kredit dilakukan atas kebijakan bersama yaitu dengan bayar panen dan bulanan. Kelompok yang akan

9 64 mengajukan kembali pinjaman maka harus selesai terlebih dahulu semua anggota terlebih dahulu, sehingga pinjaman selanjutnya akan diberikan oleh Gapoktan karena dana PUAP dikelola oleh Gapoktan. Dana program PUAP digunakan oleh petani untuk keperluan modal. Misalkan, bagi pengumpul sayur supaya dapat membayar cash ke penjual dibutuhkan modal awal dan digunakan untuk membeli alat-alat yang dibutuhkan dalam menanam sayuran. Permasalahan yang sering terjadi ketika gagal bayar yang dialami para petani yaitu harga sayur murah, gagal panen karena cuaca yang tidak menentu, sehingga melalui kebijakan dari semua anggota, untuk kasus tersebut akan diberikan tambahan waktu pengembalian dari 10 bulan menjadi 14 bulan. Gapoktan ini tidak menggunakan sistem tanggung renteng karena ditakutkan tanggungjawab anggota akan berkurang, akibat saling mengandalkan orang lain Gapoktan Desa Ciherang Desa Ciherang memiliki Gapoktan bernama Muda Karya dengan 7 kelompok tani. Masing-masing kelompok terdiri dari 9 sampai 10 orang. Seluruh dana PUAP disalurkan ke anggota dengan komposisi untuk pemasaran 70 persen dan budidaya 30 persen. Gapoktan Muda Karya Tani ini mempunyai skema pengembalian sebagai berikut untuk tahun pertama, hanya membayar jasa 2 persen dibayar per tiga bulan sekali selama 12 bulan, kemudian di tahun kedua membayar imbalan jasa 2 persen dan membayar cicilan pokok dengan tujuan untuk pengembangan modal bagi petani. Hasil dari kebijakan tersebut didapatkan tingkat pengembalian jasa tahun hampir 100 persen.

10 65 Bulan Juli 2011 merupakan pembayaran pertama untuk jasa dan cicilan pokok. Setiap anggota di kelompok tani tidak didistrubusikan secara merata dalam besaran pinjaman. Hal ini tergantung pada lahan, jika lahan besar maka dapat pinjaman besar. Pinjaman paling kecil dalam satu kelompok adalah sebesar Rp dan paling besar Rp Gapoktan Desa Cipendawa Desa Cipendawa mempunyai Gapoktan yang bernama Multi Tani Jaya Giri yang memiliki 5 kelompok tani. Dana program PUAP disalurkan 100 persen kepada seluruh anggota. Dana tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk onfarm 69 persen dan untuk off-farm 31 persen. Gapoktan Multi Tani Jaya Giri ini memiliki skema berbeda dengan Gapoktan yang berada di Kecamatan Sukaresmi dan Karang Tengah. Skema yang dilakukan Gapoktan ini berupa dana yang diberikan Gapoktan ke kelompok tani dilakukan secara bergilir setiap siklus panen, karena tidak semua anggota yang ada di kelompok tani serentak dalam memanfaatkan dana program. Simpanan anggota yang dimiliki Gapoktan berupa simpanan pokok sebesar Rp dan simpanan wajib sebesar Rp 5000 per bulan. Pengembalian dana PUAP diberlakukan untuk pinjaman budidaya, pengembalian tersebut dibayar dengan bayar panen atau 3 bulan sekali dengan imbalan jasa sebesar 10 persen per satu tahun, sedangkan untuk non-budidaya dibayar tiap bulan dengan imbalan jasa sebesar 1 persen per bulan. Pinjaman bersama dilakukan untuk usaha budidaya seperti sayuran, sehingga jika terjadi keterlambatan pembayaran maka pembayaran ditanggung secara bersama-sama. Sampai saat ini sudah ada 3 siklus

11 66 yang telah diselesaikan untuk budidaya ini, siklus pertama dan ketiga menanam kentang, siklus kedua kubis Pinjaman Rata-Rata Gapoktan Tabel 6.1 menujukkan bahwa rata-rata setiap Gapoktan memberikan pinjaman terkecil sebesar Rp , yaitu berada di Desa Ciwalen Gapoktan Raharja dan terbesar yaitu sebesar Rp berada di Desa Cipendawa Gapoktan Multi Tani Jayagiri. Gapoktan Multi Tani Jayagiri, menggunakan mekanisme kredit kelompok sistem tanggung renteng. Setiap anggota menggunakan dana PUAP secara bersama-sama, sehingga besaran pinjaman didistribusikan secara merata. Mekanisme ini dilakukan untuk usaha budidaya. Gapoktan ini berfokus pada sayuran baik organik maupun non-organik. Tabel 6.1. Pinjaman rata-rata Gapoktan tiap Desa Desa Gapoktan Pinjaman Rata-rata (Rp) Ciwalen Raharja Rawabelut Lestari Kubang Mutiara Tani Sukamanah Bakti Mandiri Sukasari Subur Makmur Langensari Berkah Tani Cipendawa Multi Tani Jayagiri Ciherang Muda Karya Ciputri Putri Kencana Sumber: Data primer, diolah 2011

12 VII. ANALISIS FAKTOR MORAL HAZARD PUAP 7.1. Faktor Penyebab Moral hazard Tabel 7.1 menunjukkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software STATA 10 dengan model binary (Probit). Nilai Pseudo R2 persamaan tersebut menunjukkan 0,1208 artinya peubah tak bebas gagal bayar pada program PUAP 2009 dapat dijelaskan sebesar 12,08 persen oleh variabel-variabel yang terdapat dalam model dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai Prob>Chi sebesar 0,071 lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (a=10persen). Jika H 0 = peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas dan H 1 = peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas, karena 0,071<0,1 maka tertolak H 0. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variablel dependen (ada atau tidak ada gagal bayar).

13 68 Tabel 7.1 Hasil estimasi koefisien faktor-faktor yang penyebab moral hazard pada program PUAP 2009 Moral hazard (Gagal Bayar) Coef. p> z Dummy Pekerjaan Utama 0,769 0,056* Dummy Kenal anggota sebelum gabung kelompok 0,411 0,311 Dummy Pertemuan Rutin -0,480 0,205 Dummy Ketua kelompok yang bertanggungjawab -0,712 0,068* Dummy Saling mengunjungi antar anggota -0,614 0,071* Dummy Adanya pelatihan 0,753 0,154 Dummy Homogen usaha ,056* _cons 0,829 0,142 Number Of Obs 81 LR chi2 (7) 13,02 Prob>Chi 0,071 Pseudo R2 0,1208 signifikan*= taraf nyata 10% Dummy Pekerjaan Utama berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap moral hazard pada taraf nyata 10 persen. Pekerjaan utama sebagai petani akan menyebabkan peluang terjadi moral hazard semakin besar. Seperti yang terjadi di lapangan, para petani kebanyakan tidak memiliki pekerjaan sampingan atau pekerjaan lain yang dapat menambah pendapatan. Para petani akan selalu mengandalkan hasil panen. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari didapat dari penyisihan modal bertani. Dummy ketua kelompok yang bertanggungjawab atas anggota berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap moral hazard pada taraf nyata 10 persen. Ketua kelompok yang bertanggungjawab atas anggota pada penelitian ini, yaitu ketua Poktan melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab terhadap semua anggota tani. Ketua kelompok pada masingmasing Gapoktan dalam penelitian ini, ada beberapa peran yaitu sebagai jaminan untuk anggota yang akan meminjam dana PUAP, sebagai koordinator dalam

14 69 pengumpulan dana pembayaran kredit yang kemudian diserahkan kepada Gapoktan, sebagai orang yang mengatur keuangan dana PUAP dalam Poktan, sebagai kolektor dan sebagai orang yang bertanggungjawab ketika ada anggota yang mengalami kesusahan pembayaran cicilan. Berdasarkan hal tersebut, jika ketua kelompok dapat bertanggungjawab terhadap anggotanya dalam membayar pinjaman maka peluang terjadi moral hazard semakin kecil. Dummy saling mengunjungi antar anggota kelompok berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap moral hazard pada taraf nyata 10 persen. Variabel saling mengunjungi antar anggota yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah adanya saling mengunjungi antar anggota kelompok sehingga dapat saling menukar informasi dan saling memantau sesama anggota. Ketika salah satu dari anggota sedang menghadapi masalah maka anggota yang lain pun akan mengetahui dan dapat secara bersama-sama mencari solusi. Semakin sering masing-masing anggota saling mengunjungi, maka peluang terjadi moral hazard semakin kecil. Dummy homogen usaha yang dimiliki berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap moral hazard pada taraf nyata 10 persen. Homogen usaha yang dimaksud yaitu adanya kesamaan usaha yang dimiliki masing-masing anggota. Sehingga dengan begitu dapat memudahkan pengawasan diantara anggota, karena masing-masing anggota mengetahui usaha yang dijalankan anggota lain serta mengetahui prospek dan kondisi usaha. Adanya kesamaan atau homogen usaha yang dimiliki masing-masing anggota akan menyebabkan peluang terjadi moral hazard semakin kecil.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran penting mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Selain itu sektor pertanian memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) SKRIPSI. Oleh : MARTIANA LAIA PKP MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) (Studi Kasus: Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI Oleh : MARTIANA LAIA 070309004 PKP PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP

VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP VI KERAGAAN PENYALURAN DANA PUAP 6.1. Keragaan Penyaluran Dana PUAP Lembaga Keuangan Mikro Agrbisnis Syariah Subur Rejeki (LKMA-S Subur Rejeki) dalam pengelolaan dana BLM-PUAP memiliki fungsi dasar seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Dana Simpan Pinjam LKM GAPOKTAN Ngudi Raharjo II dalam Memberdayakan Msyarakat. Dalam rangka mensejahterakan hidup masyarakat di Desa Pagerwojo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB MORAL HAZARD PADA PROGRAM PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) WILAYAH UTARA KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB MORAL HAZARD PADA PROGRAM PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) WILAYAH UTARA KABUPATEN CIANJUR ANALISIS FAKTOR PENYEBAB MORAL HAZARD PADA PROGRAM PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) WILAYAH UTARA KABUPATEN CIANJUR OLEH NOVIANI ANGGRAENI H14070090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, sektor pertanian di Indonesia justru paling tidak dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi masalah utama lambatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan Hambatan utama masyarakat miskin ketika mencoba untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal adalah adanya permintaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN Tian Mulyaqin, Yati Astuti, dan Dewi Haryani Peneliti, Balai Pengkajian Tekonologi

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, karena sektor ini menyerap sumber daya manusia yang paling besar dan merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

III. METODE PENELITIAN. PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui 41 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP, adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PINJAMAN DANA TANPA BUNGA UNTUK PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN BARITO KUALA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan serta permintaan masyarakat. Keanekaragaman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETIDAKLANCARAN PENGEMBALIAN PINJAMAN DANA PUAP PADA PETANI PADI SAWAH (Kasus: Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang) Ir. Yusak Maryunianta,

Lebih terperinci

KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI

KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI KINERJA PENGELOLAAN DANA GAPOKTAN MENUJU LKMA DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN PROGRAM SWASEMBADA PADI Rudi Hartono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5. Telp. 0736 23030 E-mail

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden 7.1.1. Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 24 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Pacet, yang mengalami pemekaran menjadi Kecamatan Cipanas pada tahun 2003. Kecamatan Pacet secara Astronomis

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT 6.1. Gambaran Umum Kemitraan Kemitraan antara petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes dengan PT. Medco Intidinamika berawal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT

MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT Rezi Ferina 1 Raeza Firsta Wisra 2 RINGKASAN Penulisan artikel

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan 157 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis matrik transisi kemiskinan pada empat tipe rumah tangga dapat disimpulkan bahwa tipe rumah tangga 1 (mendapatkan pinjaman tahun 2000

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN 2014/01/05 17:18 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN Program Usaha Mina Pedesaaan (PUMP) yang dikeluarkan oleh KKP sejak tahun 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO Faktor-faktor yang diduga akan mempengaruhi pengembalian KUR Mikro adalah usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI 6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim PUAP Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program pemberdayaan masyarakat dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia PERENCANAAN KEUANGAN ASET Aktiva/Harta/Kekayaan yang dimiliki, misalnya : uang tunai, tanah, sepeda motor, pohon kakao. LIABILITAS hutang yang dimiliki, misalnya tagihan untuk membayar pinjaman. PENDAPATAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian memiliki peran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS 7.1. Karakteristik Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 38 responden yang menjadi mitra

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) Disusun Oleh Kelompok 1: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172

Lebih terperinci

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN

LAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN L1 LAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN Lampiran 1 Gambar Login Lampiran 2 Gambar Form Pendaftaran Anggota L2 Lampiran 3 Gambar Form Permohonan kredit L3 Lampiran 4 Gambar Form Persyaratan Kredit

Lebih terperinci

II. TEVJAUAN PUSTAKA

II. TEVJAUAN PUSTAKA II. TEVJAUAN PUSTAKA Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Dana tersebut diperoleh dari

Lebih terperinci

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN

BULETIN IKATAN VOL.3 NO. 1 TAHUN KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER PEMBIAYAAN USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Tian Mulyaqin dan Yati Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM.01

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN...

RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN... Format 1. RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN... I DATA KELOMPOKTANI 1 Nama Kelompoktani :... 2 Tanggal berdiri :... 3 Alamat/Telpon/email :...... 4 Nama Ketua/. HP :... 5 Kelas Kelompoktani :... 6

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP C I L A C A P PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PINJAMAN MODAL KERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN CILACAP Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci