ISSN : Cetak 2085-1049 Online 2549-8118 POLA ASUH ORANGTUA VERSUS KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK Sri Puji Lestari 1, Dwi Pepri Rahmawati 1 1 Program studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang Email: lestari.budiyono@gmail.com; anung.pepri94@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Pengasuhan orang tua memberikan dampak yang cukup serius dalam menentukan kepribadian seorang anak salah satunya kemampuan bersosialisasi. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan. Perkembangan sosialisasi pada anak usia sekolah terpenting dipengaruhi oleh faktor keluarga yang merupakan agen sosialisasi dan lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang. Keberhasilan orang tua dalam membentuk karakter anak sering kali dikaitkan dengan kemampuan orang tua dalam memahami karakter anak sebagai individu yang unik. Metode: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola asuh yang diterapkan orang tua dan kemampuan sosialisasi anak, serta menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak usia sekolah. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel 79 responden dengan tehnik total sampling. Analisa bivariat dengan uji statistic Chi Squrae Hasil: ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak pada siswa Kelas 1 dan 2 (P value=0,000). Diskusi: Diharapkan orangtua untuk dapat menerapkan pola asuh yang mendorong peningkatan kemampuan sosialisasi anak. Kata kunci: Pola Asuh orangtua, Kemampuan Sosialisasi, Anak Usia Sekolah ABSTRACT Introduction: Parenting parenting gives a serious enough impact in determining the personality of a child one of social ability. There are four factors that influence the socialization in children, the parenting pattern, the influence of peers, self-acceptance and the environment. The development of socialization in the most important school-aged children is influenced by family factors that are the socialization agents and the environment in which the child grows and develops. The success of parents in shaping the character of children is often associated with the ability of parents to understand the character of the child as a unique individual. Methods: This study aims to identify parenting patterns applied by parents and socialization skills of children, as well as to analyze the relationship of parenting parents with the ability to socialize school age children. Quantitative descriptive research type with cross sectional research design. Total sample was 79 respondents with total sampling technique. Bivariate analysis with Chi Squrae statistic test. Results: there is a significant correlation between parenting parenting with children socialization ability in Grade 1 and 2 students (P value = 0,000). Discussion: It is expected that parents should be able to adopt parenting patterns that encourage the improvement of children's socialization skills. Keywords: Parenting Parenting, Socialization Ability, School-Age Children PENDAHULUAN Kemampuan sosial anak merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, dimana terdapat anakanak yang mengalami kesulitan dalam pergaulan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hurlock mengungkapkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan. (Hurlock, 2000). Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sosialisasi pada anak usia sekolah terpenting dipengaruhi oleh faktor keluarga yang merupakan agen sosialisasi dan lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang.keberhasilan orang tua dalam membentuk karakter anak sering kali dikaitkan dengan kemampuan orang tua dalam memahami karakter anak sebagai individu yang unik. 65
Orang tua sering kali melarang anak keluar rumah karena alasan merasa sudah lelah jika harus mengantar anaknya untuk bermain dan bersosialisasi di luar rumah. Suharsono, dkk. dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah didapatkan bahwa, anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter mempunyai kemampuan sosialisasi baik sebanyak 1 (5,3 %), cukup sebanyak 7 (36,8 %), sedangkan anak yang mempunyai kemampuan sosialisasi kurang sebanyak 11 (57,9 %). Anak dengan pola asuh permisif mempunyai kemampuan sosialisasi baik sebanyak 4 (17,4 %), cukup sebanyak 10 (43,5 %), dan kurang sebanyak 9 (39,1 %). Sedangkan anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis lebih dari setengahnya mempunyai kemampuan sosialisai yang baik yaitu 27 (79,4 %), sedangkan anak yang mempunyai kemampuan sosialisasi cukup dan kurang sebanyak 3 (8,8 %) dan 4 (11,8 %). Hasil analisis diketahui bahwa nilai p< 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa, ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang terbanyak yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya karena pola asuh demokratis mempunyai prinsip kebebasan yang dijalankan dalam segala aspek kegiatan pada keluarga sehingga dengan pola asuh demokratis membuat orang tua benar-benar memperhatikan anak sebagai individu yang utuh lahir batin, dan tidak sedikitpun mengarahkannya secara otoriter (Suharsono, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian Cristiany bahwa pola asuh yang ideal adalah pola asuh demokratis. Pola pengasuhan demokratis adalah pola asuh yang dapat menumbuhkan kemampuan sosial, meningkatkan rasa percaya dalam diri, dan rasa tanggung jawab sosial pada anak. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, memiliki kematangan sosial dalam berinteraksi dengan keluarga dan lingkungannya, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.(cristiyani, 2014). METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah 79 responden dengan kriteria inklusi ayah atau ibu yang memiliki anak usia 6-8 tahun atau duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 1 dan 2. Dari populasi 79 anak maka digunakan tehnik total sampling. Instrument penelitian ini adalah kuesioner tentang pola asuh dan kuesioner tentang kemampuan sosialisasi anak. Lokasi pengambilan data di Sekolah Dasar Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang. Dengan terlebih dahulu responden menandatangani inform concent. Analisa unariat dengan memaparkan distribusi frekeuensi dalam bentuk prosentase dan analisa bivariat dilakukan dengan uji statistic Chi Squrae untuk melihat adanya hubungan pola asuh dan kemampuan sosialisasi anak. HASIL Tabel 1. Pola Asuh Orang Tua (n=79) Pola Asuh Orangtua Frekuensi Prosentase Demokratis 63 79,7 Otoriter 16 20,3 Permisif 0 0 Total 79 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua dari siswa kelas 1 negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang adalah pola asuh demokratis yang dinyatakan oleh 63 orang (79,7%), sedangkan 16 orang (20,3%) lainnya menerapkan pola asuh otoriter di dalam keluarganya. Pada penelitian ini tidak ditemukan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif di dalam keluarganya. Pada bagian ini diuraikan kemampuan sosialisasi anak dari siswa SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang, dengan hasil yang tertera pada tabel 2 sebagai berikut : 66
Tabel 2. Kemampuan Sosialisasi Anak (n=79) Kemampuan Sosialisasi Frekuensi Prosentase Baik 64 81,0 Buruk 15 19,0 Total 79 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan sosialisasi anak dari siswa kelas 1 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang tergolong baik yang dinyatakan oleh 64 siswa (81,0%) memiliki kemampuan sosialisai yang baik, sedangkan 15 siswa (19,0%) lainnya memiliki kemampuan sosialisai tergolong buruk. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak usia sekolah, dengan menggunakan uji statistik Chi Square, hasil tabel silang hubungan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 3): Tabel 3. Pola Asuh Orang tua dan Kemampuan sosialisasi Anak (n=79) Pola Asuh Kemampuan Sosialisasi Anak Total P value Orangtua Baik Buruk Demokratis 58 (92,1) 6 (7,9) 63 (79,7) 0,000 Otoriter 6 (37,5) 10 (62,5) 16 (20,3) Permisif 0 0 0 64 (81) 15 (19) 79 (100) Tabel diatas menunjukkan hasil sebanyak 63 responden menerapkan pola asuh orang tua demokratis dalam mengasuh anaknya, yang terdiri dari 92,1% siswa memiliki kemampuan sosialisasi yang baik dan 7,9% memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk. Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh orang tua otoriter dalam mengasuh anaknya sebanyak 16 orang, yang terdiri dari 62,5% memiliki anak dengan kemampuan sosialisasi buruk dan 37,5% memiliki anak dengan kemampuan sosialisasi baik. Hasil uji statistik hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak pada siswa Kelas 1 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang dengan menggunakan uji Chi Square dengan taraf signifikan 5% (0,05), diperoleh nilai Chi Square = 24,696 dan p value = 0,000 yang berarti p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak pada siswa Kelas 1 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang. PEMBAHASAN Kemampuan sosialisasi merupakan kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah, baik dengan teman, guru, dan orang lain yang berada di lingkungan sekolah untuk dapat berinteraksi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan sosialisasi siswa SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang tergolong baik yang dinyatakan oleh 64 siswa (81,0%) memiliki kemampuan sosialisai yang baik, sedangkan 15 siswa (19,0%) lainnya memiliki kemampuan sosialisai tergolong buruk. Kemampuan sosialisasi anak ditunjukkan dari sikap anak terhadap persahabatan, dimana anak merasa senang bermain dengan temannya dalam waktu yang lama, anak juga mau bermain dengan teman sekelas maupun kelas yang lainnya (Cristiana, 2012). Anak juga memiliki sikap stimulasi yang ditunjukkan dari adanya perasaan senang dengan teman baru di sekolah dan anak merasakan atau mendapat hal yang menyenangkan melalui hubungan pertemanan dengan teman- temannya. Anak juga merasakan adanya dukungan fisik terhadap teman yang membutuhkan seperti membantu teman mengambilkan buku yang jatuh di lantai. Kemampuan sosialisasi anak juga ditunjukkan adanya dukungan ego yang berupa adanya sikap menolong teman ketika ada teman yang jatuh dan adanya sikap suka memberikan jajanan pada teman ketika istirahat. Selain itu anak juga suka cerita 67
tentang dirinya pada teman yang menunjukkan adanya perbandingan sosial, serta sebagian besar siswa mempunyai teman yang akrab serbagai wujud adanya keintiman dengan teman (Soetjiningsih, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua dari siswa SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang merupakan pola asuh demokratis yang dinyatakan oleh 63 orang (79,7%) menerapkan pola asuh demokratis di dalam keluarganya, sedangkan 16 orang (20,3%) lainnya menerapkan pola asuh otoriter di dalam keluarganya. Pada penelitian ini tidak ditemukan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif di dalam keluarganya, hal ini disebabkan semua orang dari siswa yang cenderung menjawab tidak setuju dengan apa yang diajukan dalam pernyataan pola asuh permisif, yang berarti tidak ada satu pun orang tua yang memberikan kebebasan seluas-luasnya pada anak untuk menentukan tingkah lakunya sendiri tanpa kendali sama sekali dari orang tua. Setiap tipe pola asuh orang tua mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga dalam penerapannya orang tua akan memberlakukan tipe demokratis, atau pada waktu-waktu tertentu orang tua akan bersikap otoriter. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi juga tidak ragu-ragu untuk mendisiplinkan anak. Selain itu di dalam memerintah anak, orang tua juga tidak memaksakannya dan cenderung memerintah sesuatu sesuai dengan kemampuan anaknya (Pertiwi, 2014). Pola asuh yang demokratis ditunjukkan dengan data berupa orang tua memberi petunjuk yang jelas terkait dengan aturan-aturan yang diterapkan, membantu anak mengetahui kemampuan yang dimilikinya, suportif terhadap anak, memberi tantangan pada anak untuk mencoba hal baru, dan membiarkan anak untuk melakukan tugasnya secara mandiri. Orang tua dengan pola asuh demokratis bersikap rasional dimana orang tua selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran. Orang tua juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya pada anak dengan cara yang halus. Pola asuh ini akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, dan mempunyai hubungan baik dengan temannya (Anapratiwi, Sulastri, Kuriawati, 2013). Hasil uji statistik hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak pada siswa Kelas 1 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang diperoleh nilai Chi Square = 24,696 dan p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak pada siswa Kelas 1 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang. Hasil Odds Ratio diketahui bahwa penerapan pola asuh orang tua demokratis dalam mengasuh anaknya memiliki peluang 19,333 kali untuk menjadikan anaknya memiliki kemampuan sosialisasi yang baik dibandingkan dengan penerapan pola asuh orang tua otoriter dalam mengasuh anaknya. Hasil penelitian diketahui sebanyak 63 responden menerapkan pola asuh orang tua demokratis dalam mengasuh anaknya, yang terdiri dari 92,1% siswa memiliki kemampuan sosialisasi yang baik dan 7,9% memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, hal ini disebabkan pola asuh orang tua bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi. Hasil wawancara dengan beberapa responden untuk mengetahui alasan yang lebih mendalam lagi didapatkan data bahwa orang tua telah melaksanakan pola asuh secara demokratis akan tetapi anaknya memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, hal ini disebabkan di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada teman sebaya sehingga hanya bergaul dengan orang-orang di dalam keluarganya saja dan tidak terbiasa bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya, selain itu terdapat anak berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga merasa kurang percaya diri berteman dengan temannya yang berasal dari keluarga yang kaya.orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dalam mengasuh anaknya sebanyak 16 orang, yang terdiri dari 62,5% memiliki anak dengan kemampuan sosialisasi buruk dan 37,5% memiliki anak dengan kemampuan sosialisasi baik. 68
Hasil penelitian Eka (2004) yang menyatakan bahwa orang tua menerapkan pola asuh demokratis, maka akan mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak menjadi lebih baik, hal ini disebabkan anak hidup dalam keluarga yang mengasuh ananknya secara demokratis akan mendukung anak dengan cinta kasih dan melalui interaksi keluarga yang harmonis, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.walgito (2004) menjelaskan bahwa, anak dari orang tua yang mempunyai sikap otoriter menyebabkan anak tidak mempunyai inisiatif karena takut berbuat kesalahan, menjadi anak penurut, dan anak kurang atau tidak mempunyai tanggung jawab, dan sebaliknya dari pihak orang tua anak dituntut untuk semakin bertanggung jawab sesuai dengan perkembangan umurnya, karena itu sering terjadi konflik antara orang tua dengan anak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kemampuan sosialisasi siswa kelas 1 dan 2 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang tergolong baik, terdapat 81,0% siswa memiliki kemampuan sosialisai yang baik, sedangkan 19,0% siswa lainnya memiliki kemampuan sosialisai tergolong buruk. Sebagian besar pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap siswa kelas 1 dan 2 SD Negeri Tlogosari Wetan 01 Semarang merupakan pola asuh demokratis yaitu sebanyak 79,7% dan tertdapat 20,3% yang menerapkan pola asuh otoriter di dalam keluarganya. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak. Saran Diharapkan kepada orangtua untuk menerapkan pola asuh yang mendorong peningkatan kemampuan sosialisasi anak. DAFTAR PUSTAKA Anapratiwi, D.; Sulatri, S.D.H. dan Kurniawati, Y. 2013. Hubungan Antara Kelekatan Anak Pada Ibu Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Usia 4-5 Tahun (Studi Pada Ra Sinar Pelangi Dan Ra Al Iman Kecamatan Gunung Semarang). Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 2 No. 1. Christiana, S. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: EGC. Cristiany. 2014. Konsep Diri, Pola Asuh Orang tua Demokratis Dan Kompetensi Sosial Siswa. Dalam Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 3 No. 1. hal. 9-21. Eka, A.G. 2004. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental Di SLB C Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidayanti dan Soejarwo. Jakarta: Erlangga. Pertiwi, S. 2014. Pola Pengasuhan Untuk Mengembangkan Karakter Anak (Studi Kasus Di Yayasan Tunas Rajawali Kota Semarang). Dalam Journal of Non Formal Education and Community Empowerment. Vol. 3 No. 1. Soetjiningsih, C. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: EGC Suharsono, J.T., Fitriyani, A. dan Upoyo, A.S. 2011. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di Tk Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 4, No.3, November. Walgito, B 2004, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset. 69