POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN

Transkripsi

1 POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN Susi Yanti*, Siti Zahara Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone/Fax: sushiegirlypink@rocketmail.com Abstrak Pada usia remaja, kehadiran orang tua sangat penting untuk mengarahkan perilaku remaja agar terbentuk kepribadian yang baik. Karena pada usia ini merupakan periode perubahan dan pencarian identitas yang terkadang sering menimbulkan masalah. Penelitian ini didasarkan pada teori pola asuh orang tua dari Baumrind yang mengasumsikan bahwa ada 3 tipe pola asuh orang tua yaitu demokrasi, otoriter, dan permisif. Teori kepribadian yang digunakan didasarkan pada teori Hippocrates-Galenus yang kemudian dikembangkan oleh Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja dengan sampel 87 siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Medan. Subjek dipilih dengan menggunakan metode accidental sampling. Data penelitian diolah dengan menggunakan analisa chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja di SMP Negeri 7 Medan dengan nilai signifikasi 0,332. Kata Kunci : Pola Asuh Keluarga, Tipe Kepribadian, Remaja PENDAHULUAN Keluarga dalam fungsi sosialisasinya merujuk pada praktek membesarkan anak dan upaya keluarga dalam mendidik dan mengajarkan anak agar dapat diterima di masyarakat. Keluarga, khususnya orang tua memiliki pola tersendiri dalam mengasuh dan mendidik anak. Serangkaian cara yang digunakan orang tua dalam berinteraksi dengan anak selama mengadakan pengasuhan disebut pola asuh orang tua. Pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya (Notosoedirdjo, 2005). Cara-cara atau model dalam mengasuh anak di lingkungan keluarga yang sifatnya konsisten dari waktu kewaktu, meliputi pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif (Wahyuning, 2003). Pengasuhan orang tua akan membentuk suatu konsep diri tertentu pada anak. Konsep diri yang terbentuk tersebut akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya (Sunarti, 2004). Begitu pula menurut Notosoedirdjo (2005) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua akan memberikan suatu sikap serta perkembangan kepribadian seorang anak yang tertentu. Dasar kepribadian yang terbentuk merupakan hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat-bakat orang tua, dan lingkungan tempat dibesarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Hany Agung Risdiyanto pada tahun 2007 di Kabupaten Lamongan juga membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa. Kepribadian merupakan gambaran perilaku seseorang tanpa bisa diberikan suatu penilaian benar atau salah, terpuji atau tercela, dan positif atau negatif (Pieter & Lubis, 2010). Hipocrates dan Galenus membedakan kepribadian manusia atas dasar proporsi campuran dari keempat unsur, yaitu koleris, melankholis, phlegmatis, dan sanguinis. Jika salah satu proporsi dari unsur melebihi dari proporsi unsur-unsur lain dari seharusnya (dominan), maka akan menyebabkan adanya ciri-ciri khas sifat- 47

2 sifat kejiwaan seseorang (Pieter & Lubis, 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola asuh keluarga, gambaran tipe kepribadian remaja SMP, dan hubungan antara pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja SMP. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan jumlah sampel 87 orang yang diambil 30% dari 289 siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Metode ini adalah teknik penarikan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Setiadi, 2007). Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan pada data pola asuh keluarga dan tipe kepribadian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja dengan menggunakan uji statistik komparatif chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Melalui proses pengumpulan data terhadap 87 responden hanya 84 responden yang memenuhi kriteria untuk dilakukan analisa data. Karakteristik Responden Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 12 tahun sebanyak responden 57 (67,9%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir berimbang dengan persentase responden perempuan yaitu (54,8%). Mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 48 responden (57,1%) dan kristen protestan sebanyak 31 responden (36,9%). Sebanyak 50 responden (59,5%) adalah suku batak. Mayoritas responden memiliki 2 saudara kandung yaitu 26 responden (31,0%). Responden yang merupakan anak ke-2 di keluarganya adalah sebanyak 28 responden (33,3%). Sebagian besar responden masih memiliki kedua orangtua yaitu sebanyak sebanyak 76 responden (90,5%). Mayoritas pendidikan orang tua responden yaitu sarjana sebanyak 43 orang (51,2%). Sebagian besar pekerjaan orang tua responden yaitu pegawai negeri sebanyak 36 responden (42,9%). Rata-rata pendapatan orangtua responden perbulan adalah Rp Rp yaitu sebanyak 49 responden (58,3%) (lihat tabel 2). Tipe Pola Keluarga Tabel1.Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tipe Pola Asuh Keluarga di SMP Negeri 7 Medan Pola asuh Frekuensi keluarga Otoriter 2 2,4 Demokrasi 82 97,6 Jumlah Persentasi (%) Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 84 responden, mayoritas tipe pola asuh keluarga yang digunakan yaitu tipe pola asuh keluarga yang demokrasi sebanyak 82 (97,6%), kemudian hanya 2 responden (2,4%) yang orangtuanya menggunakan pola asuh otoriter. Tipe Kepribadian Remaja Tabel2.Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tipe Kepribadian Remaja di SMP Negeri 7 Medan Tipe Frekuensi Persentasi Kepribadian Sanguinis 20 23,8 Koleris 13 15,5 Melankolis 18 21,4 Phlegmatis 33 39,3 Jumlah Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 48

3 responden, 33 diantaranya memiliki kepribadian phlegmatis (39,3%), diikuti 20 responden memiliki kepribadian sanguinis (23,8%), kemudian melankolis 18 (21,4%), dan yang terakhir koleris 13 (15,5%). Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Tipe Kepribadian Remaja Tabel3.Hasil Analisa Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Tipe Kepribadian Remaja di SMP Negeri 7 Medan Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson a Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by Linear Association N of Valid Cases 84 Berdasarkan analisa yang dilakukan pada hubungan antara pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja didapatkan nilai koefisien korelasi chi square atau p sebesar 0,332. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja Pembahasan Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa pola asuh keluarga tidak ada hubungan dengan tipe kepribadian remaja. Hasil analisa statistik yang diperoleh juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono pada tahun 2009 di SMP Negeri 20 bahwa tidak terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian remaja. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan pendapat Notosoedirdjo (2005) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua akan memberikan suatu sikap serta perkembangan kepribadian seorang anak yang tertentu. Juga berbeda yang dikatakan oleh Surbakti (2009) bahwa keluarga merupakan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama setiap anak dimana ia tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarganya mengikuti pola asuh yang diterapkan oleh keluarganya. Pendapat lain juga mengatakan bahwa pola asuh orang tua akan membentuk konsep diri tertentu pada anak. Pada akhirnya konsep diri tersebut akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya (Sunarti, 2004). Menurut Bonner (dalam Lestari, 2006) sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak. Hal tersebut disebabkan karena anak mengidentifikasi diri pada orangtuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (Tarmudji dalam lestari, 2006). Kemudian penelitian Risdiyanto, (2007) yang dilakukan di Kabupaten Lamongan dengan judul yang sama yaitu hubungan pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa kelas delapan di SMP Negeri 1 Sukorame diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tipe kepribadian siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fortuna (2008) tentang hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan nilai korelasi variabel (0,041), dapat dianalogikan terhadap penelitian ini karena kemiripan variabelnya, bahwa ada suatu kemungkinan bagi hipotesa penelitian ini untuk diterima dan dibuktikan kebenarannya atau dengan kata lain bahwa pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Berdasarkan literatur yang didapatkan, seharusnya dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara pola asuh keluarga dengan tipe kepribadian remaja di SMP Negeri 7 Medan tersebut. Namun penelitian ini memperoleh hasil 49

4 yang berbeda. Perbedaan literatur dengan hasil kemungkinan disebabkan kepribadian yang terbentuk pada remaja di SMP Negeri 7 Medan tidak hanya karena pengaruh dari lingkungan keluarganya saja melainkan didominasi oleh lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakatnya. Lingkungan sekolah yang terletak berdekatan dengan pusat perbelanjaan kemungkinan yang menjadi faktor dominan dalam memberikan efek terhadap pembentukan kepribadian remaja di SMP Negeri 7 Medan. Dengan letak sekolah yang seperti itu, memudahkan remaja untuk datang kapan saja ketika mereka memiliki waktu luang, seperti saat pulang sekolah. Pada usia remaja, mereka lebih banyak menghabiskan waktu luang diluar rumah bersama teman sebayanya. Kecenderungan remaja bergaul dengan teman sebayanya, merupakan representasi dari status sosial mereka yang ingin diakui sebagai kelompok yang memiliki identitas diri. Saat ini, pusat perbelanjaan dianggap remaja sebagai salah satu wadah untuk menampilkan eksistensi diri mereka untuk diterima oleh lingkungan dan menjadi sama dengan orang lain. Proses belajar terhadap lingkungan sosial yang secara kontinyu seperti itu akan membentuk perilaku dan berpengaruh terhadap kepribadian remaja. Faktor lain yang memungkinkan menjadi pembentuk kepribadian remaja di SMP Negeri 7 Medan adalah budaya. Budaya yang merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian tertentu. Budaya mencakup perbuatan sehari-hari yang dilakukan individu maupun masyarakat, nilai-nilai yang dianut, bahasa, adat-istiadat, pengetahuan dan keterampilan, serta semua bendabenda yang dimiliki misalnya handphone dan kendaraan. Saat ini, penggunaan internet hampir merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap orang tak terkecuali juga pada remaja. Bagi remaja, internet merupakan sarana aktualisasi diri mereka karena dapat menjadi tempat untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran mereka, juga membantu bersosialisasi bagi remaja yang pemalu, serta membantu mengembangkan kepercayaan diri dalam melakukan interaksi sosial. Kini penggunaan internet semakin dipermudah seiring dengan perkembangan jaman. Internet tidak hanya bisa diakses melalui komputer, melainkan bisa juga diakses melalui handphone atau blackberry yang saat ini menjadi alat komunikasi yang sedang trend disemua kalangan termasuk remaja. Tentunya budaya yang seperti ini turut menyumbang dalam perkembangan kepribadian remaja. Maka jelaslah bahwa perkembangan dan pembentukan kepribadian pada seseorang tidak dapat dipisahakan dari kebudayaan masyarakat tempat individu yang bersangkutan dibesarkan. Sesuai pendapat Hurlock (1993) bahwa selain faktor bawaan (keadaan fisik, kematangan biologis) dan pengalaman awal dalam lingkungan keluarga (pengasuhan keluarga, sikap anggota keluarga, harapan orangtua), faktor pengalaman-pengalaman dalam kehidupan selanjutnya (pendapat teman sebaya, agama, tuntutan sekolah dan lingkungan) juga merupakan faktor pembentuk kepribadian seseorang. Dapat disimpulkan bahwa kepribadian yang terbentuk tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja. Berdasarkan analisa faktor-faktor tersebut dapat diasumsikan bahwa kepribadian yang dimiliki seorang remaja bukanlah terbentuk dari satu faktor saja melainkan banyak faktor seperti faktor bawaan, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial di luar rumahnya. Sehingga dalam penelitian ini pola asuh keluarga bukanlah faktor dominan pembentuk kepribadian seorang remaja, walaupun keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Tetapi dengan meluasnya lingkup sosial seseorang dan adanya kontak dengan teman sebaya serta orang dewasa di luar rumah juga turut berpegaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, konsep diri yang sudah 50

5 terbentuk pada seseorang dari pengaruh lingkungan keluarganya kemungkinan akan dimodifikasi ketika bersosialisasi dengan teman sebayanya dan orang lain di luar rumah. Mereka akan melakukan penyesuaian terhadap tuntutan dari lingkungan sekitarnya. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian yang didapatkan adalah hipotesa penelitian tidak dapat diterima atau dengan kata lain tidak ada hubungan tipe pola asuh keluarga dengan kepribadian remaja di SMP Negeri 7 Medan. Saran untuk keluarga khususnya orang tua berperan sebagai wakil masyarakat yang harus mengajar anak bagaimana berperilaku yang sesuai dan pantas dalam segala situasi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, orangtua harus menyadari pentingnya sikap dan perilaku orang tua kepada anaknya. DAFTAR PUSTAKA Fortuna, F. (2008). Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Agresif pada Remaja. [Relationship authoritarian parenting with aggressive behavior in adolescents]. Retrieved Juli 15, from y Hurlock, E. (1993). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Lestari, E. (2006). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perkembangan Moral Remaja Usia Tahun di SMU Negeri 1 Medan. Notosoedirdjo, M. (2005). Kesehatan Mental. Universitas Muhammadiyah Malang Pieter, Z & Lubis, N. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana Risdiyanto, H. (2007). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tipe Kepribadian Siswa kelas delapan di SMP Negeri 1 Sukorame Kabupaten Lamongan. [Relationships Parents Parenting with Personality Type of eighth grade students at Junior High School 1 Sukorame Lamongan]. Retrieved September 28, from Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sulistiono. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tipe Kepribadian Siswa Kelas Tujuh di SMP N 20 Malang.[ Relationships Parents Parenting with Personality Type of seven grade students at Junior High School 20 Malang]. Retrieved September 26, from Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menyenangkan. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Surbakti, E. (2009). Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Wahyuning, W. (2003). Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Waluya, B. (2007). Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung: PT Setia Purna Inves. 51