PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LISTENING TEAM TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH NURMAJIDAH NPM 12080267 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LISTENING TEAM TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh Nurmajidah 1, Dina R 2, Samsiarni 3. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) Dosen Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe listening team terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat tanpa dan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team ditinjau dari aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Tipe listening team digunakan untuk melatih siswa dalam berbicara dan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode Quasi Eksperimental Design. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan tiga hal berikut. Pertama, keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team berada pada kualifikasi Hampir Cukup (HC) dengan nilai rata-rata 50,66 Kedua, keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team berada pada kualifikasi Cukup (C) dengan nilai rata-rata 65,33. Ketiga, berdasarkan hasil uji-t, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe listening team terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat karena nilai t hitung > t tabel (4,89 > 1,71). Kata kunci: pengaruh, keterampilan berbicara, listening team
THE EFFECT OF LEARNING MODEL COOPERATIVE LISTENING TEAM TYPE TOWARD STUDENT S SPEAKING SKILL CLASS VII AT SMPNEGERI2 LEMBAH MELITANG KABUPATEN PASAMAN BARAT By The Nurmajidah 1, Dina R 2, Samsiarni 3. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) Dosen Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The purpose of this research was to describe the effect of learning model cooperative listening team type toward student s speaking skill class VII at SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.Without usedlearning model cooperativelistening team type in terms from the aspects of language and nonlanguage. Listening team type was used to train the students in speaking and enhance students' skills in speaking to tell the most experiences memorable. This research was quantitative with Quasi Experimental Design method. Based on the analysis concluded the following three points. The first, the student s speaking skills of class VII SMP Negeri 2 Lembbah Melintang Kabupaten Pasaman Barat without using learning model cooperative listening team type in qualifying Nearly Enough with an average value 50,66. The second, the student s speaking skills of class VII SMP Negeri 2 Lembah MelintangPasaman Barat using learning model cooperative listening team type in qualifying enough with an average value 65,33. The third, based on the result of uji-t, it was concluded that there are significant use of cooperative learning model team listening to the students speaking skills of class VII SMP Negeri 2 Lembah melintang Kabupaten Pasaman Barat because the value of t hitung >t tabel (4,89 > 1,17). Keywords: The Effect, Speaking Skill, Listening Team
A. PENDAHULUAN Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang merupakan instrument (alat) untuk mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kepada penyimak. Pembelajaran berbicara menceritakan pengalaman yang paling mengesankan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP kelas VII Semester I. Standart Kompetensi (SK) 2, mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumuman. Kompetensi Dasar (KD) 2.1 menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Salah satu keterampilan berbicara adalah bercerita. Menurut Syarbini (2012:96) bercerita adalah kegiatan yang sering dilakukan di sekolah. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat dengan dengan keindahan dan bersandar pada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. Tujuan utama dari bercerita adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seseorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Arsjad dan Mukti (1998:17-21) mengemukakan beberapa aspek yang dinilai dari keterampilan berbicara siswa yaitu aspek kebahasaan terdiri dari pilihan kata, kalimat efektif dan intonasi. Sedangkan aspek nonkebahasaan yaitu sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, kelancaran, padangan mata dan hubungan isi dan topik. Hal tersebut terlihat dari hasil obsevasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat, hal-hal yang menyebabkan rendahnya keterampilan berbicara siswa, yaitu sebagai berikut. Pertama, bahasa yang digunakan siswa cendrung menggunakan bahasa Ibu dari pada bahasa Indonesia yang baik. Kedua, minat dan rasa percaya diri siswa masih kurang sehingga apabila berbicara di depan kelas siswa malu dan tidak percaya diri. Ketiga, waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran berbicara juga sedikit sehingga proses pembelajaran menjadi tergesa-gesa. Keempat, guru kurang mahir dalam menggunakan teknologi dan sarana prasarana yang terbatas sehingga guru lebih memilih model ceramah. Pernyataan guru tersebut memperlihatkan model yang dilakukan guru kurang bervarisi dalam menggunakan model-model pembelajaran. Model pembelajaran yang akan diterapkan harus dapat memotivasi siswa untuk mampu mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe listening team. Menurut Sanjaya (2006:240) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem mengelompokkan kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Suprijono (2009:96) mengemukakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe listening team yang diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang-orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Kelompok keempat mereview dan membuat kesimpulan. Oleh karena itu, model yang relevan dengan pembelajaran berbicara, dapat diterapkan pada penelitian ini adalah model kooperatif tipe listening team.
B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:13) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu kongkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Data berupa angka-angka, dimulai dari pengumpulan data, kemudian penafsiran data, dan terakhir ditampilkan hasilnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen jenis quasi experimentaldesign. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design. Menurut Lufri (2007:68-69) quasi experimental design menggunakan sekelompok subyek penelitian dari suatu populasi tertentu, kemudian dikelompokkan secara random menjadi dua kelompok atau kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol Variabel dalam penelitian ini yaitu keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barattanpa dan dengan menggunakan model kooperatif tipe listening team. Data dalam penelitian ini adalah skorhasil tes keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat tanpa dan dengan menggunakan model kooperatif tipe listening team siswa kelas VII SMP Negeri2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Menurut Arikunto (2010:193), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu tes keterampilan berbicara. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dideskripsikan berdasarkan prosedur yang dilakukan dalam penelitian pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe listening team terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat yang dilaksanakan tanggal 18 Juli 2016. Data yang dikumpulkan berupa tes unjuk kerja berbicara. Tes dilakukan dua kali (kontrol dan eksperimen). Berdasarkan hasil uji-t disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe listening team berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat, karena t hitung > t tabel, ( 4,89> 1,71). a. Keterampilan Berbicara Siswa tanpa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Data tes keterampilan berbicara tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team diperoleh melalui tes unjuk kerja. Dalam tes tersebut siswa diminta untuk berbicara didepan kelas dengan tema pengalaman yang paling mengesankan. Setelah data terkumpul, data tersebut dinilai berdasarkan indikator sebagai berikut. Pertama, aspek kebahasaan terdiri dari pilihan kata, kalimat efektif dan intonasi. Kedua, aspek nonkebahasaan terdiri dari sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, kelancara dan pandangan mata. Dari data yang diperoleh, tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team, keterampilan berbicara siswa masih rendah. Penempatan diksi atau pilihan kata yang sesuai khususnya berbicara masih rendah. Kemudian, keterampilan siswa dalam berbicara berdasarkan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena minat siswa dalam berbicara menulis masih rendah, dan model pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang bervariasi. Akibatnya, siswa masih kesulitan berbicara didepan kelas. Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team hasil analisis data menunjukkan keterampilan berbicara siswa kelas VII berada pada tingkat penguasaan 46-55% dengan kualifikasi Hampir Cukup (HC) dengan perolehan rata-rata 50,66. Dari analisis data tersebut, terlihat keterampilan
berbicara siswa tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team masih rendah. 25 22 19 16 13 10 7 4 1 5 7 5 8 Diagram Keterampilan Berbicara Siswa Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team Siswa Kelas VIISMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat b. Keterampilan Berbicara Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Data tes keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team diperoleh melalui tes unjuk kerja. Dalam tes tersebut, siswa diminta untuk berbicara didepan kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe listening team. Setelah data terkumpul, data tersebut dinilai berdasarkan indikator sebagai berikut.. Pertama, aspek kebahasaan terdiri dari pilihan kata, kalimat efektif dan intonasi. Kedua, apek nonkebahasaan terdiri dari sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, kelancara dan pandangan mata. Sesudah menggunakan model kooperatif tipe listening team, keterampilan berbicara siswa berdasarkan analisis data menunjukkan keterampilan berbicara siswa kelas VII berada pada tingkat penguasaan 56-65% dengan kualifikasi Cukup (C) dengan perolehan rata-rata 65,33. Untuk lebih jelasnya mengenai pembahasan keterampilan berbicara dengan menggunakanmodel kooperatif tipe listening team dapat dilihat dari analisis per indikator. Nilai rata-rata untuk indikator berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team meningkat dari pada tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team.artinya, siswa sudah terampil berbicara sesuai indikator penilaian, yaitu aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dibandingkan dengan tanpa menggunakan model kooperatif tipe listening team. 25 22 19 16 13 10 7 4 1 3 8 12 1 1 Diagram Keterampilan Berbicara Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening TeamSiswa KelasVIISMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat
c. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Berdasarkan nilai keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team lebih baik dari nilai keterampilan berbicara tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team. Hai ini terbukti dari hasil keterampilan berbicara siswa dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe llistening team dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar, sehingga siswa dapat menambah dan mengembangkan pengetahuannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Perbedaan rata-rata keterampilan berbicara tanpa dan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dianggap sebagai pengaruh yang ditimbulkan oleh penggunaan model tersebut. Secara signifikan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe listening team berpengaruh terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan tiga hal berikut ini. Pertama, tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team memperoleh nilai rata-rata 50,746 dengan klasifikasi 46-55% yaitu hampir cukup (HC). Kedua, tingkat keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team memperoleh nilai rata-rata 65,334 dengan klasifikasi 56-65% yaitu cukup (C). Ketiga, berdasarkan hasil uji-t disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe listening team terhadap keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat karena =4,95>t tabel =1,71. (4,95>1,71). Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka dikemukakan saransaran sebagai berikut. Pertama, disarankan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat untuk lebih banyak berlatih berbicara di depan baik di sekolah maupun di luar sekolah,. Kedua, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team ini untuk mewujudkan keterampilan berbicara Ketiga, peneliti lain sebagai masukan dan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan keterampilan berbicara, E. KEPUSTAKAAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Lufri, M.S. 2007. Kiat Memahami Metedologi dan melakukan penelitian. Padang: UNP Press Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: kenanga. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.