III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PREDIKSI JUMLAH DAN PERSEBARAN POHON MANGGIS DI KAWASAN AGROPOLITAN CENDAWASARI, KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODE PENELITIAN

3. TAHAP ANALISA CONTOH TANAH 4. TAHAP ANALISA DATA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

III. METODE PENELITIAN

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

METODE. Waktu dan Tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

Legenda: Sungai Jalan Blok sawah PT. Sang Hyang Seri Kabupaten Subang

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB III METODE PENILITIAN. Lokasi penelitian mengambil daerah studi di Kota Gorontalo. Secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

III. BAHAN DAN METODE

Bab III Pelaksanaan Penelitian

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

BAB III PENDEKATAN LAPANG

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah penelitian ± 455,481 Ha, yang mencakup 6 desa, yaitu Desa Cengal, Desa Nariti, Desa Darmabakti, Desa Wanakarya, Desa Sumberjaya, dan Desa Rawasari, yang kesemuanya masuk di dalam Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil komoditas manggis yang tergolong besar di Indonesia, disamping Purwakarta, Subang dan Tasikmalaya. (Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura). Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sekunder, survei lapang dan kemudian dilanjutkan dengan analisis. Kegiatan analisis dilakukan di bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Nama Bahan (Data dan Peta) dalam Penelitian No Nama bahan Spesifikasi skala 1. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Cendawasari 1 : 25.000 2. Peta Topografi Kawasan Agropolitan Cendawasari 1 : 25.000 3. Data Sampling Komoditas Manggis di Kawasan Agropolitan Cendawasari 4. Peta Aksesibilitas Kawasan Agropolitan Cendawasari 5. Citra Quickbird daerah penelitian 6. Citra Landsat daerah penelitian 12

Tabel 4. Nama Alat dalam Penelitian Nama alat No Pengolahan data Hardware Software Survei 1. Seperangkat komputer ArcView GIS 3.3 GPS 2. Printer Panavue Kompas 3. MapSource Meteran 4 Microsoft Words 2003 Kamera 5. Microsoft Excel 2003 Alat Tulis 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan kegiatan yaitu tahap persiapan, pengolahan data, interpretasi, survei lapang, analisis data dan ujia akurasi metode. 3.3.1 Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan dilakukan pengumpulan data sekunder maupun data primer, studi pustaka dan pengadaan bahan penunjang serta peralatan yang dibutuhkan termasuk pembuatan peta dasar dan peta kerja. Data primer diantaranya adalah citra Quickbird dan citra Landsat serta data sampling komoditas manggis di kawasan penelitian yang diperoleh dari Bapeda. Sedangkan Data sekunder berupa peta penggunaan lahan kawasan penelitian, peta topografi dan peta aksesibilitas. 3.3.2 Tahap Pengolahan Data Dengan melakukan analisis berbagai data dukung termasuk interpretasi citra, peta kerja dibuat dalam peta dasar yang berisi legenda-leganda berupa jalan, batas wilayah, sungai, dan lain-lain. Dari peta kerja ini dipergunakan untuk merancang pengamatan/ penelitian yang akan dilakukan di lapangan. Citra Quickbird dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan potongan-potongan citra yang didapat dari situs wikimapia di internet (http://www.wikimapia.com) yang kemudian digabungkan menjadi satu mosaik citra daerah penelitian yang utuh sehingga dapat dilakukan klasifikasi penggunaan lahannya. Sebelum dilakukan interpretasi citra maka diawali dengan identifikasi titik kontrol pada citra satelit Quickbird dan pada peta dasar yang dalam hal ini digunakan peta rupabumi. Selanjutnya dilakukan koreksi geometrik dan 13

penajaman citra satelit. Untuk koreksi geometri, digunakan acuan peta rupabumi skala 1:25.000. 3.3.3 Interpretasi Penggunaan Lahan melalui Citra Quickbird Dalam pelaksanaan interpretasi citra satelit Quickbird dilakukan secara manual yaitu dengan proses digitasi layar yang kemudian dicocokan/diverifikasi dengan menggunakan data/informasi acuan yang dianggap benar (hasil pengamatan lapang dan referensi peta). Dalam proses interpretasi citra terlebih dahulu dibuat daerah-daerah contoh yang berupa informasi kelas-kelas penggunaan lahan tertentu sebagai referensi sesuai dengan hasil pengamatan lapang. Daerah contoh (sample areas) adalah contoh informasi kelas-kelas penggunaan lahan/penutupan vegetasi dalam hal ini beberapa kenampakan/obyek yang diindikasikan sebagai suatu jenis obyek penggunaan lahan tertentu. Kemudian jika objek-objek lain di tempat yang berbeda memiliki karakter yang sama sesuai dengan unsur-unsur interpretasi citra (tekstur, rona, warna, dsb) maka objek-objek tersebut dapat dikelaskan sesuai dengan referensi yang telah dibuat, sehingga dari proses tersebut dapat dihasilkan peta penggunaan lahan sementara. Dalam pembuatan training sample, yang dilakukan pertama kali adalah mendigitasi suatu kenampakan tipe penggunaan lahan atau vegetasi di layar monitor saat module display bekerja. Setiap training sample harus berbentuk poligon tertutup yang diberi satu kelas informasi (tipe penggunan lahan atau penutupan vegetasi tertentu). Interpretasi ini dilakukan dengan menggunakan dua jenis citra, yaitu dengan menggunakan citra Landsat dan Quickbird. Interpretasi tersebut bertujuan untuk menentukan apakah dengan perbedaan citra yang digunakan untuk melakukan interpretasi ini akan berdampak pada hasil identifikasi jenis objek dan macam objeknya. 3.3.4 Survei Lapang untuk membuat peta Landuse dan peta sebaran manggis. Setelah peta penggunaan lahan sementara didapatkan, maka perlu dilakukan validasi di lapangan (ground truth) untuk mengecek kebenaran hasil interpretasi dan pengamatan jenis-jenis vegetasi, terutama dicatat/disensus jumlah pohon manggis di setiap jenis penggunan lahan per luasan tertentu (Murthy et al., 14

1995) sehingga di dapat data jumlah pohon manggisnya. Lokasi (plot-plot) sampel pengamatan lapangan ini sedapat mungkin dilakukan di daerah yang aksesibilitasnya tinggi, sehingga informasi mengenai kondisi lahan dan penutupan vegetasi lainnya dapat diketahui karakteristiknya secara akurat. Posisi geografis lokasi pengamatan ditentukan dengan mengukur koordinat lokasi pengamatan di lapangan. Untuk keperluan ini dipergunakan alat GPS (Global Positioning System). Semua data lapangan terutama di daerah (plot-plot) sample merupakan ground truth yang akan diolah dan di match dengan data citra untuk sumber informasi utama dalam menyempurnakan peta penggunaan lahan sementara, sehingga pada akhirnya didapat peta penutupan/penggunaan lahan yang definitif untuk dasar pembuatan peta persebaran manggis. Untuk daerahdaerah yang tidak terjangkau oleh pengamatan, dilakukan pendugaan pengkelasan berdasarkan penciri yang sama dengan wilayah yang sudah diamati. Selama pengamatan di lapangan, dilakukan perbaikan deliniasi serta mengumpulkan datadata yang mendukung penelitian. Estimasi tingkat ketelitian dan kebenaran hasil analisis dilakukan secara acak/random dengan menggunakan metode pendekatan point sampling accuracy. 3.3.5 Analisis Data dan Pembuatan Peta Sebaran Manggis Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah memetakan komoditas manggis di daerah Cendawasari berdasarkan Satuan Penggunaan Lahan tertentu yang terdapat di daerah tersebut. Sebagai contoh, Satuan Penggunaan Lahan yang berupa sawah, akan dapat diketahui bahwa setiap luasan tertentu terdapat pohon manggis di dalamnya. Untuk mengecek kebenaran dari data yang diperoleh, dapat dilakukan sensus pohon manggis pada setiap Satuan Penggunaan Lahan secara random (acak) sebagai sampling untuk mewakili wilayah Satuan Penggunaan Lahan yang sama di tempat yang berbeda. Data yang diperoleh dari lapang yang berupa data tabular (data informasi penggunan lahan, plot-plot sampel dan data jumlah manggis) belum dapat menginformasikan sebaran komoditas secara spasial di wilayah penelitian. Untuk itu perlu adanya data spasial yang berupa peta. Untuk menginformasikan/ menyajikan data sebaran komoditas manggis yang ada di wilayah tersebut dilakukan dengan pendekatan peta satuan penggunaan lahan. Dengan peta satuan 15

lahan ini masing-masing obyek jenis satuan lahan dibuat ketetapan formulasi yang mencerminkan kerapatan sebaran pohon manggis. Penentuan yang menetapkan asumsi ini didukung oleh pengecekan di lapang. Pengecekan dilakukan secara random pada setiap satuan penggunaan lahan, yaitu dengan sensus pohon. Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis penghitungan dan dilakukan reklasifikasi jumlah pohon berdasarkan kelas interval tertentu. Hasil reklasifikasi ini kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan peta persebaran pohon manggis yang berbasis pada satuan penggunaan lahan. Peta tersebut dibuat dengan mengikuti kaidah pemetaan yang baku. 3.3.6 Uji Akurasi Metode Penelitian Metode dalam penelitian kali ini adalah menghitung jumlah tanaman manggis berdasarkan jenis penggunaan lahan tertentu. Dengan kata lain, menghitung jumlah pohon manggis per satuan luas lahan tertentu di dalam suatu jenis penutupan/penggunaan lahan. Di dalam penelitian ini, jumlah pohon dihitung per hektar di setiap jenis penggunaan lahan tertentu, setelah itu baru dikalkulasikan dengan luas penggunaan lahan secara keseluruhan. Dalam menentukan seberapa valid data yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini, maka dapat dilakukan uji metode. Uji metode ini akhirnya akan menentukan baik atau tidaknya metode yang digunakan. Uji metode ini dilakukan dengan cara mengambil titik sample perhitungan jumlah pohon manggis diluar/selain dari titik sample yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya dihitung kerapatan dan jumlah pohonnya untuk kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini. Apabila hasil yang didapat dari uji metode ini mendekati atau sama dengan hasil dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup valid. 16

Citra Quickbird Wikimapia Penyatuan mosaik Citra Kombinasi Band Citra Landsat yang telah terkoreksi geometrik Kurang Detil dibandingkan dengan Quickbird Jenis Landuse yang Teridentifikasi : -. Sawah -. Semak Belukar -. Ladang -. Permukiman -. Kebun Campuran -. Lahan Terbuka -. Hutan Sekunder -. Kebun Produksi -. Perkebunan Manggis Rektifikasi Citra Citra yang sudah berkoordinat Klasifikasi Citra Peta Landuse hasil analisis citra/sementara Peta Landuse hasil verifikasi & cek lapang Peta 3 bagian wilayah sebaran landuse berdasarkan dominasi tanaman manggis Pengecekan lapang Pembagian 3 wilayah landuse berdasaran dominasi jumlah tanaman manggis Data jumlah total tanaman manggis di wilayah penelitian Pengumpulan hasil penghitungan total jumlah pohon manggis Pengambilan 3 sampling lokasi jumlah tanaman manggis per masing-masing landuse per bagian wilayah dominasi tanaman manggis. Gambar 1. Diagram Tahapan Penelitian 17

18

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Secara administratif wilayah Agropolitan Cendawasari termasuk ke dalam wilayah Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Selain itu, kawasan ini juga berbatasan dengan : -. Utara : Dusun Ciputih -. Selatan : Kampung Nanggung -. Timur : Desa Dahu/Barengkok -. Barat : Kampung Kidul Berdasarkan administrasi pemerintahan Wilayah Agropolitan Cendawasari memiliki luas ± 455,481 Ha terbagi atas 6 Kampung (Cengal, Nariti, Darmabakti, Wanakarya, Sumberjaya, dan Rawasari). 4.1. Keadaan Topografi dan Kemiringan Lereng Topografi wilayah Agropolitan Cendawasari secara umum termasuk datar/landai sampai berbukit dengan ketinggian bervariasi antara 100 sampai dengan 750 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah daerah tersebut didominasi oleh tanah Latosol bertekstur liat berlempung, struktur gumpal agak bersudut (sub angular blocky), konsistensi teguh dengan drainase agak baik sampai baik. Areal perkebunan manggis didominasi oleh relief bergelombang dengan kemiringan 6-30%. Berdasarkan tingkat kesuburannya wilayah tersebut tergolong rendah sampai sedang dan derajat kemasamannya tergolong rendah sampai sedang dengan ph antara 4,5 6,5. Curah hujan rata-rata bulanan cukup tinggi, berkisar antara 322 510 mm/bulan. Tanaman manggis di Leuwiliang didominasi oleh tanaman yang sudah menghasilkan/ produktif (10 tahun ke atas). 19

4.2. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di kawasan Agropolitan Cendawasari terbagi kedalam beberapa kelas penggunaan lahan, yaitu : a) Ladang, adalah penggunaan lahan oleh penduduk setempat untuk menanam tanaman semusim. Di daerah Cendawasari, mayoritas, tanaman semusim yang di tanam di ladang bercampur dengan tanaman manggis. Gambar 3. Ladang di Kawasan Cendawasari. b) Semak belukar, adalah lahan bekas ladang/perkebunan yang sudah ditinggalkan dan tidak dikelola lagi oleh penduduk, atau lahan yang memang tidak dikelola oleh penduduk setelah penebangan hutan sekunder. Vegetasi yang tumbuh pada semak belukar ini umumnya adalah alang alang, sianit, rumput merdeka, serta tanaman perdu lainnya. Gambar 4. Sebagian penggunaan lahan berupa semak belukar. 20

c) Hutan sekunder, adalah hutan sisa penebangan dimana kayu yang mempunyai volume tegakan yang berdiameter > 50cm sudah jarang. Gambar 5. Hutan sekunder di Kawasan Cendawasari d) Pemukiman, merupakan koloni atau tempat tinggal penduduk yang menetap secara berkelompok yang berupa kampung maupun desa. Umumnya pemukiman yang berada di kawasan Cendawasari ini berada dekat dengan akses akses jalan di wilayah tersebut. Gambar 6. Salah satu kawasan pemukiman di Cendawasari. e) Lahan terbuka, merupakan lahan terpencar yang sudah rusak, atau berubah fungsi menjadi fasilitas umum (lapangan), lahan yang tidak bervegetasi, kadang kadang hanya berupa hamparan tanah kering yang lambat laun akan menjadi semak belukar. 21

Gambar 7. Lahan terbuka berupa lapangan. f) Kebun campuran, adalah lahan dimana terdapat berbagai jenis tanaman tahunan dan semusim yang tumbuh bersamaan. Gambar 8. Kebun campuran di Kawasan Cendawasari. g) Sawah, adalah daerah menetap yang ditanami padi. Pada daerah penelitian, sawah mayoritas berada di daerah selatan wilayah tersebut. Gambar 9. Sawah di daerah penelitian Cendawasari. 22

h) Perkebunan manggis, adalah suatu areal yang ditumbuhi oleh tanaman sejenis. Di wilayah penelitian ini perkebunan yang ada adalah perkebunan dengan tanaman manggis sebagai tanaman utamanya. Perkebunan manggis di daerah penelitian ini telah mendapatkan pengelolaan yang baik pada tanah maupun tanaman manggis itu sendiri. Gambar 10. Perkebunan manggis daerah Cendawasari. i) Kebun produksi buah non-manggis, adalah lahan yang digunakan untuk menanam berbagai jenis tanaman tertentu selain manggis yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman pada kebun produksi cenderung telah mendapatkan pengelolaan secara baik. Adapun tanaman yang terdapat pada kebun produksi di wilayah penelitian ini adalah jenis tanaman buah-buahan, antara lain adalah belimbing, jambu batu, durian, mangga, manggis, cempedak dan alpukat. Gambar 11. Kebun produksi di kawasan Cendawasari. 23