1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN 2 LENGAYANG TAHUN AJARAN 2016/2017 Nengsih Hasrida 1, Siska Nerita 2, Ria Kasmeri 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat nengsihhasrida77@gmail.com ABSTRACT Lack of activeness and cooperation of students in the learning process as the teacher gives the opportunity to discuss the students more silent, do not dare to express opinions, the learning process takes place only in monotonous. Resulting in low student learning outcomes under the KKM. The study aims to determine the results of biology learning with the application of cooperative learning model type Two Stay Two Stray (TSTS) Against the results of biology students learning grade XI SMAN 2 Lengayang. This experimental research type, the design of Randomized Control-group Posttest Only Design. The population of this study class XI semester II in SMAN 2 Lengayang registered academic year 2016/2017. Sampling method using purposive sampling technique. Class XI.IA5 experiment class and class XI.IA4 control class. Data in this study result of student learning that obtained in the form of cognitive domain is written test, while affective domain use attitude observation sheet, psychomotor domain using LKS assessment sheet. Technique of data analysis using t-test at level of trust correlation 95% (α = 0,05). The students' learning outcomes in the affective domain of the experimental class were B (3.09) and control class ie A- (3.65). The cognitive domain of the experimental class is 81.84 and the control class is 78.05. The result of t-test analysis is obtained tcount (1.70)> ttable (1.68) which means the hypothesis is accepted, the experimental psychomotor class is B + (3.29) and control class is B (3.11). Two Stay Two Stray learning model along with LKS can improve student biology learning result of class XI SMAN 2 Lengayang on the teaching system of academic year 2016/2017. Keywords: Two Stay Two Stray, Learning Outcomes PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan sesama siswa serta antara siswa dengan lingkungan. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga interaksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran
2 yang diinginkan. Proses pembelajaran yang baik tergantung pada guru yang mengajar dikelas. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa, seorang guru harus mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik. Khususnya pelajaran biologi. Siswa justru masih menganggap biologi itu sulit dan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hasil observasi di SMAN 2 Lengayang pada bulan Oktober 2016 diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada saat guru menjelaskan materi masih banyak siswa yang kurang memperhatikan, pada saat pembelajaran guru sudah ada menggunakan beberapa metode seperti metode ceramah dan diskusi tetapi dalam pembelajaran guru masih belum menggunakan model pembelajaran sehingga tidak membuat siswa termotivasi dalam belajar, kurangnya keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Sewaktu guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi dan memecahkan masalah atau soal-soal siswa lebih banyak diam dan tidak berani untuk menyampaikan pendapat sehingga proses pembelajaran yang berlangsung hanya secara monoton saja dan mengakibatkan hasil belajar rendah. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari rendahnya nilai ratarata ulangan harian Biologi pada materi sistem pernapasan siswa kelas XI tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari nilai ratarata ulangan harian Biologi pada materi sistem pernapasan siswa kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 adalah kelas XI IA 1 63,64, XI IA 2 65,68, XI IA 3 64,35, XI IA 4 52,14, XI IA 5 61,95. Untuk mengatasi masalah diatas, upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian siswa agar pembelajaran tidak membosankan serta penggunaan berbagai strategi pembelajaran diantaranya model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja
3 sama untuk mencapai tujuan pembelajaran ( Majid : 174 ). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa serta meningkatkatkan hasil belajar siswa diantaranya adalah two stay two stray (TSTS). Menurut Istarani dan Ridwan (2014:105) model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. TSTS merupakan model pembelajaran kooperatif yang dapat melatih siswa berfikir kritis, dan efektif serta saling bantu dalam memecahkan masalah serta saling mendorong untuk berprestasi dalam kelompoknya dan juga kelompok lain. Penerapan model ini dapat dilengkapi dengan menggunakan alat bantu belajar seperti lembar kerja siswa (LKS) selain dapat mempermudah guru dalam menerangkan materi kepada siswa juga berperan dalam memotivasi siswa untuk belajar dan menarik perhatian siswa dalam memperhatikan pelajaran. Merurut Hamdani (2011:74) Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS merupakan pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang harus dijawab oleh siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 2 Lengayang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis telah melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN 2 Lengayang. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan februari 2017 di SMAN 2 Lengayang pada kelas XI tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian adalah penelitian Eksperimen.
4 Penelitian ini menggunakan rancangan Randomized Control- Group Posttest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 2 Lengayang yang terdaftar pada Tahun ajaran 2016/2017. Penentuan kelompok sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh kelas XI IA 5 sebagai kelas eksperimen dan XI IA 4 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk ranah kognitif adalah tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda. Teknik analisis data mengunakan uji-t dengan taraf 0,05, untuk ranah afektif adalah lembar observasi afektif, dan ranah psikomotor dilihat dari hasil laporan diskusi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan februari 2017 di SMAN 2 Lengayang dengan menggunakankan dua kelas sampel, maka diperoleh data hasil belajar siswa. 1. Ranah afektif Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif siswa dapat dilihat pada Gambar 1. 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Eksperimen Kontrol Gambar 1. Diagram penilaian ranah afektif Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa nilai pada ranah afektif pada kelas eksperimen didapatkan nilai modus tertinggi terlihat pada indikator bekerjasama yaitu 3,27 dan kelas kontrol terlihat pada indikator bertanggung jawab dan bekerjasama yaitu 3,74. Sedang-kan nilai modus secara keseluruhan pada kelas eksperimen dengan predikat B (3,09) dan predikat pada kelas kontrol A - (3,65). 3,74 3,74 3,27 2,95 3,35 3,14 indikator Berdasarkan data yang diperoleh pada uji analisis, nilai yang diperoleh pada indikator bertanggung jawab kelas eksperimen memiliki
5 predikat B (2,95) dan kelas kontrol memiliki predikat A - (3,74). Indikator bekerja sama kelas eksperimen memiliki predikat B + (3,27) dan kelas kontrol memiliki predikat A - (3,74). Indikator santun berkomunikasi memiliki predikat B (3,14) dan kelas kontrol juga memiliki predikat B + (3,35). Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen terlihat kurangnya rasa tanggung jawab siswa. Rendahnya indikator bertanggung jawab siswa pada kelas eksperimen dapat dilihat dari hasil lembaran penilaian observasi dimana ada beberapa siswa yang kurang mengikuti langkahlangkah proses pembelajaran. Sedangkan di kelas kontrol indikator bertanggung jawab siswa lebih tinggi di bandingkan kelas eksperimen. Tingginya indikator bertanggung jawab pada kelas kontol dapat dilihat saat proses pembelajaran, dimana semua siswa mengerjakan kegiatan yang diberikan guru. Rendahnya indikator kerjasama kelas eksperimen dapat dilihat dari cara siswa berdiskusi, Dimana siswa saling bertukar informasi di dalam kelompok maupun berkomunikasi kepada anggota kelompok lain dan ini juga terlihat pada saat siswa aktif berkomunikasi ketika bertamu ke kelompok lain untuk mecari informasi dan ketika membagikan informasi kepada kelompok yang bertamu, sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata yang tinggi pada indikator kerjasama. Pada indikator santun berkomunikasi dalam pembelajaran pada kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan kelas kontrol, hal tersebut dapat dilihat dari cara siswa bicara dengan guru maupun dengan temannya, saat diskusi dalam kelompok maupun saat siswa bertamu kekelompok lain, banyak siswa memperlihatkan komunikasi yang kurang baik, karena jika terjalin komunikasi yang baik, akan terjalin juga kerjasama yang baik. Meningkatnya aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif two stay two stray disertai lembar kerja siswa disebabkan karena siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kendala yang penulis temukan selama penelitian dengan menerapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) dikelas XI IA 5 pada saat
6 proses pembelajaran berlangsung adalah susahnya pada saat pembagian kelompok, siswa tidak mau duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagi, siswa kurang menyukai belajar kelompok, pada saat perpindahan kelompok siswa sulit disuruh untuk berpindah kelompok, pada saat melakukan diskusi kelompok, siswa tidak mendiskusikan kembali materi yang sedang berlangsung, hanya menyalin hasil teman yang sudah ada pada kelompok tersebut, penerapan model Two Stay Two Stray (TSTS) ini baru diterapkan sehingga siswa canggung dalam belajar. Pada kelas kontrol yaitu kelas XI IA 4 kendala yang dihadapi adalah masih ada beberapa siswa yang bermalasan untuk mengikuti pelajaran hal ini terlihat pada saat disuruh mengerjakan LKS siswa terlihat acuh tak acuh, dan hanya tidur-tiduran pada saat guru menjelaskan pembelajaran. 2. Ranah kognitif Penilaian pada ranah kognitif dilakukan pada akhir penelitian. Rata-rata pada penilaian ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 2. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 81,84 78,05 Eksperimen Kontrol Gambar 2. Diagram nilai rata-rata ranah kognitif Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa hasil belajar biologi pada ranah kognitif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 81,84, sedangkan kelas kontrol adalah 78,05. Pada ranah kognitif ini, didapatkan hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen adalah Lo=0,0102< t tabel 0,213 sedangkan kelas kontrol yaitu Lo = 0,0124< t tabel 0,173 maka data dari kedua kelas sampel berdistribusi normal, sedangkan hasil analisis uji homogenitas f hitung 0,85< f tabel 2,40 maka varians data dari kedua kelas sampel homogen. Karena kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis yaitu
7 menggunakan uji-t. Hasil uji-t pada ranah kognitif didapatkan t hitung 1,70 > t tabel 1,68 dengan demikian hipotesis diterima. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di sertai lembar kerja siswa (LKS) berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kedua kelas sampel menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga hipotesis diterima. Hasil hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif two stay two stray terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dapat mendorong siswa untuk bertanggung jawab dan kerja sama. Berdasarkan hasil belajar kelas Eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray yaitu 81,84 dan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab yaitu 78,05. Pada kelas eksperimen hasil belajar siswa yang di atas kkm sebanyak 10 orang dengan presentase ketuntasannya 62,5%, sedangkan kelas kontrol didapatkan hasil yang mencapai kkm sebanyak 9 orang dengan presentase ketuntasan 39,13%. Jika dilihat dari uraian di atas tidak jauh berbeda kelas eksperimen yang tuntas dibandingkan kelas kontrol, dari hal ini dapat dilihat bahwa kelas eksperimen telah mencapai 60% siswa yang tuntas. Menurut djamarah (2010:107) apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilan tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai LKS berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa. Meningkatnya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen mencapai KKM disebabkan karena siswa sudah dapat memahami proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai LKS, saat
8 berdiskusi siswa sudah mampu bekerja sama dengan teman kelompok diskusinya sehingga dapat menyelesaikan laporan diskusi dengan baik dan siswa mampu menampilkan hasil diskusi kedepan kelas. Menurut Istarani (2010:202) model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyatukan ide dan gagasannya terhadap materi yang dibahasnya dalam kelompok dan begitu juga sebaliknya ketika siswa balik kelompoknya masing-masing. Oleh karena itu, setiap siswa memiliki keberanian untuk menyampaikan bahan ajar pada temannya agar dapat saling memahami materi yang dipelajari. Berdasarkan proses pembelajaran di kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah, dan tanya jawab. Di kelas kontrol guru menjelaskan materi secara garis besar kemudian siswa diminta untuk bertanya tentang materi pelajaran yang telah dijelaskan kemudian siswa mengerjakan lembar kerja siswa yang sudah disediakan oleh guru. Namun kenyataannya hanya beberapa siswa yang mengerjakan lembar kerja siswa tersebut, sedangkan siswa yang lain hanya mengandalkan teman yang pintar saja, ada beberapa siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dan kurangnya minat siswa untuk mencari dan mempelajari sendiri, sehingga menyebebkan banyak siswa yang tidak menguasai materi. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena proses pembelajaran terasa membosankan dan siswa menjadi pasif karena tidak menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Dimana hal ini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran siswa hanya mengandalkan penjelasan materi dari guru saja dan menyebabkan siswa menjadi mudah bosan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol masih di bawah kkm. Berdasarkan nilai rata-rata pada penilaian kognitif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai lembar kerja siswa dapat
9 meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia. 3. Ranah psikomotor Penilaian psikomotor dilakukan setelah proses pembelajaran dan yang dinilai dari penilaian ini untuk kelas eksperimen adalah laporan akhir diskusi kelompok, sedangkan untuk kelas kontrol adalah LKS. Data hasil penilaian psikomotor siswa dapat dilihat pada gambar 3. 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 3,32 3,22 3,36 kelengkapan laporan kelengkapan jawaban 3,52 3,23 tata bahasa penulisan Gambar 3. Diagram penilaian ranah psikomotor Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa nilai pada ranah psikomotor pada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan nilai capaian optimum tertinggi pada indikator tata bahasa penulisan dan kelengkapan jawaban. Kelas eksperimen dengan nilai 3,36 dan kelas kontrol 3,52. Sedangkan nilai capaian optimum secara keseluruhan pada kelas eksperimen 2,70 indikator dengan predikat B + (3,29) dan predikat pada kelas kontrol dengan predikat B (3,11). Psikomotor yang dinilai pada kelas eksperimen adalah laporan diskusi, dan pada kelas kontrol adalah berupa lembar kerja siswa. Psikomotor siswa kelas eksperimen dalam materi yang dipilih dari tiga indikator yaitu, kelengkapan laporan dan kelengkapan jawaban, serta tata bahasa penulisan pada laporan. Pada kelas eksperimen nilai capaian optimumnya berada pada predikat B+ (3,29). Indikator kelengkapan laporan memperoleh rata-rata nilai yaitu 3,32 pada indikator kelengkapan laporan diskusi. Dimana siswa sudah membuat laporan kelompok dengan lengkap serta terdapat semua komponen laporan diskusi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Indikator kelegkapan jawaban memperoleh rata-rata 3,36 pada indikator kelegkapan jawaban ini siswa sudah mampu melengkapi jawaban sesuai dengan pertanyaan. Pada indikator tata bahasa penulisan laporan memperoleh nilai rata-rata yaitu 3,23
10 pada indikator tata bahasa penulisan laporan ini siswa sudah memperhatikan tata bahasa penulisan pada laporan tapi masih kurang baik. Tingginya capaian optimum yang diperoleh siswa ini disebabkan karena pada umumnya kesusuaian untuk membuat laporan sudah baik dan telah sesuai dengan tujuan pembelajaran meskipun ada juga beberapa kelompok yang hasil menyimpulkannya kurang sesuai dengan hasil yang sudah ditentukan, serta siswa sudah mengerjakan LKS dengan baik, dapat dimengerti, dibaca serta singkat dan jelas. Menurut lufri (2007: 37) pemberian tugas kepada anak didik dapat memantapkan, mendalami dan memperkaya materi yang sudah dipelajari dan sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan. Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen karena pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray disertai lembar kerja siswa sehingga menyebabkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari semakin tinggi sekaligus mampu menguji rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan. Penilaian psikomotor pada kelas kontrol rata-rata nilai capaian optimum dari keempat pertemuan berada pada predikat B (3,11). Indikator kelengkapan laporan memperoleh nilai yaitu 3,22 pada indikator kelengkapan laporan ini dilihat dari lembar kerja siswa. Dimana siswa sudah membuat laporan dengan lengkap serta terdapat semua komponen laporan dan sesuai dengan tujuan pelajaran, hal ini karena siswa telah mencatat point-point materi yang dijelaskan oleh guru. Pada indikator kelengkapan jawaban memperoleh nilai 2,70 pada aspek kelengkapan jawaban pada indikator ini siswa kurang mampu melengkapi jawaban sesuai dengan pertanyaan. Ren-dahnya capaian nilai optimum psikomotor pada kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eks-perimen disebabkan karena masih banyak siswa membuat laporan tidak sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran dan keterbatasannya waktu membuat laporan siswa ada yang tidak lengkap walaupun siswa tersebut sudah
11 melakukan tugas dengan sungguhsungguh. Pada indikator tata bahasa penulisan laporan memperoleh nilai 3,52. Pada indikator tata bahasa penulisan laporan ini siswa sudah mem-perhatikan tata bahasa penulisan pada laporan dengan baik. Rusman. 2012. Belajar dan pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran aktif teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 2 Lengayang. DAFTAR PUSTAKA Djamarah. 2010. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka cipta Hamdani. 2011. Strategi belajar mengajar. Bandung. Pustaka setia Istarani dan Ridwan. 2014. 50 tipe pembelajaran kooperatif. Medan: Media Persada Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press Majid, abdul. 2013. Strategi Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya