BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sejalan dengan visi, misi, dan program transformasi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia, dan seiring dengan berkembangnya pasar angkutan crude dan produk minyak, baik secara volume maupun nilai bisnis, maka PT Pertamina (Persero) menetapkan salah satu strategi untuk mendirikan anak perusahaan perkapalan (AP Shipping) yang handal, memiliki performance operasional yang unggul untuk mendukung pencapaian goal perusahaan. Selain itu AP Shipping diharapkan dapat memberikan peningkatan revenue bagi Pertamina dan menurunkan biaya operasional melalui world class shipmanagement yang lebih unggul dan efisien. Pembentukan AP Shipping ini merupakan strategi integrasi vertikal melalui perluasan value chain Pertamina ke arah hulu (pemasok), sehingga disebut juga dengan integrasi vertikal ke belakang. Strategi integrasi vertikal adalah strategi korporasi yang sangat komplek, mahal, dan berisiko tinggi bagi perusahaan, karena value chain semakin panjang, kompleksitas operasional dan manajerial meningkat, perusahaan menjadi kurang fleksible, dan exit barrier juga semakin tinggi. Seperti pernyataan pejabat Pertamina, Technical Expert/Strategic Advisory SVP Shipping Pertamina, yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yang menyatakan bahwa Entry Barrier dan Exit Barrier dari bisnis pelayaran ini relatif tinggi karena dibutuhkan investasi yang dengan dana yang besar untuk pengadaan 103
kapal, dan diperlukan management dan crew kapal dengan kompetensi dan pengalaman tinggi, serta reputasi yang baik agar dapat bersaing di industri pelayaran internasional. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis dan memberikan justifikasi apakah strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping tersebut sudah tepat pada kondisi saat ini, dan akan memberikan benefit bagi perusahaan. Adapun alat analisis yang digunakan yaitu: 1) Porter s Five Forces Model 2) Yellow pages Test 3) When and when not to vertically integrate Framework - Vertical Market Structure Framework 4) When and when not to vertically integrate Framework - Transaction Asset Matrix Framework 5) Net Present Value (NPV). Dari hasil analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, diperoleh simpulan yang dituangkan ke dalam Tabel 5.1. Simpulan Hasil Analisis, untuk melihat apakah hasil analisis tersebut mendukung atau tidak strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping tersebut. Tabel 5.1. Simpulan Hasil Analisis Integrasi Vertikal. 104
Pada Tabel 5.1 di atas terlihat bahwa terdapat 3 (tiga) alat analisis yang memberikan hasil mendukung yang strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping, yaitu: 1. Porter s Five Forces Model, 2. Transaction Asset Matrix Framework, dan 3. Net Present Value (NPV). Sedangkan 2 alat analisis yang lain tidak mendukung integrasi vertikal pembentukan AP Shipping, yaitu: 1. Yellow pages Test, dan 2. Vertical Market Structure Framework. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, maka penelitian ini mendukung rencana strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina, namun di dalam pengambilan keputusan selanjutnya masih diperlukan kebijakan, judgement, serta intuisi dari pejabat tinggi di Pertamina, terutama mengingat hasil 2 (dua) alat analisis menunjukkan hasil tidak mendukung rencana strategi integrasi vertikal tersebut. Selain itu rencana strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping Pertamina ini harus segera diputuskan akan dilanjutkan atau tidak, karena rencana strategis ini sudah disetujui dan diputuskan oleh RUPS dan BOD sejak tahun 2011. Berdasarkan hasil wawancara dengan VP Strategic Planning & Business Development Pertamina, saat ini adalah timing yang tepat untuk pembentukan AP Shipping tersebut. Selain untuk menangkap potensi revenue dan memperluas market ke internasional seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa benefit dan value creation yang akan didapatkan Pertamina melalui pembentukan AP Shipping ini, yaitu: 105
Terdapat 7 value creation pembentukan AP Shipping, yaitu: 1) Tax Benefit: dengan keistimewaan perlakuan pajak untuk Shipping Company (Benefit sebesar US$ 40 Juta), 2) Kumulatif dividen sebesar US$ 30.5 Juta untuk Pertamina sampai dengan tahun 2025, 3) Cost of capital: 5.5% cost of debt lebih rendah dibandingkan hurdle rate Pertamina sebesar 10.51%, 4) Performance culture: lebih mudah menerapkan reward and punishment system di dalam anak perusahan, 5) Cost efficiency: melalui pengadaan spare part dengan kontrak langsung ke produsen, 6) Operation improvement: menggunakan Shipmanagement world class dengan TMSA score > 3 untuk mencapai tingkat utilisasi kapal di atas 90%, 7) Risk management: dimana pembentukan AP Shipping akan melindungi Pertamina dari tuntutan apabila terjadi kecelakaan di laut. (Wawancara dengan VP Strategic Planning & Business Development Pertamina, 20 April 2016, Lampiran 1). Selain benefit dan 7 value creation di atas, menurut pejabat Pertamina tersebut, AP Shipping akan dapat mengatasi kendala-kendala yang selama ini dihadapi oleh PT Pertamina Trans Kontinental dan Fungsi Shipping M&T di dalam pengelolaan perkapalan Pertamina, sebagai berikut: Kendala-kendala yang dihadapi saat ini dan diharapkan dapat teratasi dengan pembentukan AP Shipping adalah: Pendanaan investasi dari pihak ke-3 yang lebih fleksibel, dengan prosedur investasi yang lebih baik menggunakan parameter investasi sesuai dengan industri shipping, serta fleksibilitas sumber pendanaan dan bentuk kerjasamanya. Peningkatan standar operasional yang diukur dengan TMSA score, dengan menggunakan World Class Shipmanagement, sehingga berdampak pada akses ke market international untuk meningkatkan revenue dan peningkatan kualitas operasional dan HSSE. Tender pengadaan spare part yang selama ini relatif lama, dapat dipercepat. Remunerasi saat ini dengan standar migas kurang menarik crew shipping berpengalaman di seluruh dunia. Perampingan dan efisiensi biaya organisasi dan SDM, jika pengelolaan kapal milik dialihkan ke AP Shipping. (Wawancara dengan VP Strategic Planning & Business Development Pertamina, 20 April 2016, Lampiran 1). 106
Penulis sependapat dengan pernyataan pejabat Pertamina tersebut, bahwa banyak benefit dan value creation yang bisa didapatkan oleh Pertamina melalui pembentukan AP Shipping ini, namun manajemen Pertamina juga perlu mengantisipasi hal-hal yang bisa menjadi masalah dan kendala baru di dalam proses implementasi AP Shipping ini. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian khusus manajemen Pertamina antara lain: Penolakan dari Serikat Pekerja Pertamina, yang mengkhawatirkan pembentukan AP Shipping ini dengan alasan bahwa pembentukan AP Shipping dikuatirkan akan menjadikan aset-aset milik anak bangsa bakal dikuasai pihak asing. (http://beritapagi.co.id/2016/04/04/fsppb-tolak-pembentukan-anakperusahaan-pertamina.html). Manajemen Pertamina juga harus menyadari bahwa para pekerja Pertamina terutama di Fungsi Perkapalan juga merasa was-was dengan penggunaan shipmanagement dari luar Pertamina yang dapat menghambat karir para pekerja perkapalan Pertamina yang selama ini telah merintis karirnya di perkapalan Pertamina, karena jika AP Shipping menggunakan Shipmanagement worldclass maka mereka akan tersisih. Saat ini banyak kapal-kapal charter dan kapal milik Pertamina yang belum bisa memenuhi standar internasional, bahkan ada yang tidak bisa sandar di pelabuhan internasional, kecuali membawa kargo milik Pertamina sendiri. Hal ini yang menjadi concern AP Shipping ke depan agar kapal milik dan kapal charter yang dikelola manajemen AP Shipping dapat meningkatkan standar internasional sehingga mampu bersaing di pasar internasional. Namun 107
konsekuensinya banyak kapal charter yang terpaksa tidak diteruskan kontraknya dengan Pertamina, hal ini menjadi masalah tersendiri karena beberapa kapal charter tersebut adalah kapal-kapal yang sudah berkerjasama cukup lama dengan Pertamina dan selama ini telah memberikan kontribusi besar terhadap supply chain di Pertamina. 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan di atas beberapa hal yang dapat penulis sarankan kepada PT Pertamina (Persero) terkait rencana strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping tersebut adalah sebagai berikut ini: 1) Implementasi strategi integrasi vertikal pembentukan AP Shipping ini harus segera diputuskan oleh manajemen, apakah akan dilaksanakan atau tidak, karena sudah terlalu lama direncanakan (sejak Tahun 2011) dan sudah menimbulkan kegelisahan di Serikat Pekerja dan para pekerja Perkapalan. Selain itu jika terlalu lama bisa kehilangan momentum, meskipun di dalam kondisi harga crude dunia yang sedang kurang baik saat ini, namun saat inilah timing yang tepat dimana banyak oil & gas company mulai berinvestasi membangun infrastruktur kilang dan tanki penampungan, khususnya Pertamina, sehingga ke depan dapat dipastikan kebutuhan impor crude dan produk akan semakin meningkat, apalagi melihat produksi migas nasional yang terus menurun secara alami. Namun, melihat perkembangan crude tanker supply growth dan demand crude serta produk BBM dunia, khususnya Asia Pasifik beberapa tahun ke depan, maka AP Shipping harus menerapkan strategi 108
komposisi kapal milik dan charter yang tepat agar target profit dapat tercapai seperti yang diharapkan. 2) Perlu pemisahan market share dan komitment manajemen yang jelas antara AP Shipping, PT Pertamina Trans Kontinental, dan Fungsi Shipping Direktorat M&T, agar tidak terjadi kanibalisasi market yang akan merugikan perusahaan secara konsolidasi laporan keuangan. 3) Organisasi AP Shipping harus dibentuk dengan organisasi yang ramping, efektif dan efisien, serta berkembang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya jumlah kapal milik AP Shipping termasuk yang dialihkelolakan dengan skema Kerjasama Operasi (KSO), sehingga tujuan perusahaan untuk menciptakan AP Shipping yang unggul secara operasional untuk meningkatkan efisiensi dapat tercapai. 4) Setelah AP Shipping dapat menguasai pasar internasional dan mencapai keunggulan dalam performance manajemen dan operasionalnya, maka perlu dipertimbangkan oleh Manajemen untuk mengintegrasikan PT Pertamina Trans Kontinental dan Fungsi Shipping di bawah pengelolaan AP Shipping. 5) Manajemen Pertamina harus benar-benar memberikan dukungan kepada AP Shipping untuk segera menjadi Worldclass Shipping Company, termasuk di dalamnya dukungan dana, penugasan direksi yang kompeten dan manpower yang benar-benar professional, yaitu dengan menggunakan worldclass shipmanagement. 6) Potensi permasalahan yang dapat timbul dalam proses pembentukan AP Shipping di Pertamina, yaitu permasalahan terkait dengan Serikat Pekerja dan 109
para pemilik kapal charter, harus dapat diselesaikan dengan baik dan bijaksana oleh manajemen Pertamina, agar ke depan tidak menjadi ganjalan di dalam proses membesarkan AP Shipping. Beberapa solusi yang dapat segera dilaksanakan: a. Sosialisasi dan dialog dengan Serikat Pekerja, untuk memberi pemahaman dan keyakinan bahwa pembentukan AP Shipping tidak bertujuan menyerahkan aset negara kepada pihak asing, dan banyak benefit serta improvement yang bisa dihasilkan Pertamina. b. Para pekerja lokal bisa diberi kesempatan untuk diseleksi kembali dan di-upgrade kompetensinya sehingga bisa bersaing dengan shipmanagement dari luar. c. Kapal-kapal charter yang tidak memenuhi standar internasional bisa dialihkan untuk melayani jasa pengangkutan domestik, karena AP Shipping tetap memerlukan kapal-kapal charter untuk melayani ruterute tertentu demi perhitungan efisiensi, meskipun porsi jumlah kapal charter menjadi semakin kecil. Jika saran-saran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka value creation dan benefit bagi PT Pertamina (Persero) yang diharapkan dari strategi pembentukan AP Shipping dapat tercapai, sehingga tidak hanya sekedar memberikan tambahan revenue, namun juga dapat menjadi competitive advantage dan meningkatkan sustainability bagi PT Pertamina (Persero). 110