BAB I PENDAHULUAN. Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan
|
|
- Sudomo Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk keberlangsungan dan kelancaran opersional suatu perusahaan atau bisnis. Karena tidak semua perusahaan atau bisnis dapat melakukan pengadaan sendiri material yang dibutuhkannya maka banyak perusahaan atau bisnis yang memposisikan diri sebagai pelanggan material dari pemasok material tertentu sesuai kebutuhan perusahaan dan bisnis tersebut. Bagi perusahaan atau bisnis yang memerlukan pasokan material dari pemasok diluar perusahaan atau bisnis tersebut, pengadaan barang dan jasa (procurement) menjadi tahap yang penting untuk keberlangsungan operasional perusahaan. Walau demikian secara keseluruhan pengadaan barang dan jasa untuk memperoleh material tertentu yang dibutuhkan perusahaan atau bisnis tetap melibatkan kegiatan manajerial dalam bentuk manajamen proses rantai suplai (supply chain management). Dalam pada itu, manajemen proses rantai suplai merupakan kegiatan yang sepenuhnya menentukan keberhasilan operasional PT Pertamina EP sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero). Kondisi ini karena PT Pertamina EP sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia dan merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari SKKMIGAS (Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK MIGAS), senantiasa membutuhkan line pipe (pipa alir) untuk 1
2 mengalirkan minyak mentah (crude oil) yang diproduksikan dari lapanganlapangan PT Pertamina EP yang belum diproduksi sendiri oleh PT Pertamina EP. Karena pengadaan line pipe sebagai material yang dibutuhkan oleh PT Pertamina EP membutuhkan pasokan dari pihak lain, maka manajemen proses rantai pasokan untuk line pipe membutuhkan proses yang handal untuk menjamin ketersediaannya. Manajemen proses rantai suplai pipa air untuk kebutuhan PT Pertamina EP menjadi semakin penting bagi PT Pertamina EP karena kebutuhan akan line pipe merupakan kebutuhan material dengan pergerakan pemakaian yang cepat (fast moving material). Sebagai kebutuhan PT Pertamina EP, material line pipe akan selalu dibutuhkan oleh PT Pertamina EP selama PT Pertamina EP beroperasi. Namun proses pengadaan yang membutuhkan waktu tertentu dikaitkan dengan kebutuhan operasional yang mengharuskannya segera tersedia tepat waktu pada rencana program operasional perusahaan yang telah tersusun mengharuskan PT Pertamina EP untuk menentukan metode yang efektif dan efisien dalam pengadaannya. Long- term price forecasts mempunyai pengaruh yang khusus, dimana keputusan investasi jangka panjang di sejumlah cabang, termasuk besi baja, adalah berdasar pada pemahaman terhadap trend harga selama penerapan dan fase pay-off dari sebuah proyek, sehingga ini adalah suatu hal yang vital bahwa trend dari harga produk akhir dapat dibandingkan dengan ekspektasi dinamika biaya (Malanichev dan Vorobyev, 2010). 2
3 Secara grafis, kondisi tersebut diatas sejalan dengan kondisi harga bahan baku baja, harga rata-rata baja dan kapasitas sediaan baja pada level global serta harga baja secara aktual dan prediksi berdasarkan regresi harga baja sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini. Gambar 1.1 Forecast Global Steel Price (Sumber : Malanichev dan Vorobyev, 2010) Dengan mencermati gambar diatas terlihat bahwa pada level global selama dekade 1981 sampai 2009, terdapat harga bahan baku baja yang berfluktuasi dibawah harga rata-rata baja serta harga rata-rata baja yang juga berfluktuasi berada dibawah kapasitas sediaan baja. Kondisi tersebut pada gilirannya, memperlihatkan seperti pada gambar diatas bahwa harga baja secara aktual yang berfluktuasi hampir berhimpitan dengan prediksi berdasarkan regresi harga baja yang juga berfluktuasi selama dekade 1981 sampai Dengan memperhatikan kondisi tersebut diatas, maka kontribusi relatif dari kapasitas produksi baja dan faktor harga bahan baku pembuatan baja menentukan terhadap pertumbuhan harga baja, yang masing-masingnya juga 3
4 berfluktuasi. Secara khusus, kontribusi relatif dari kapasitas produksi baja dan faktor harga bahan baku pembuatan baja tersebut terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 1.2 Kontribusi Relatif Dari Kapasitas Produksi Baja Dan Faktor Harga Bahan Baku Pembuatan Baja (Sumber : Malanichev dan Vorobyev, 2010) Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa kontribusi relatif dari kapasitas produksi baja dan faktor harga bahan baku pembuatan baja yang saling berfluktuasi, sehingga pada gilirannya akan menghasilkan harga baja yang juga akan berfluktuasi dengan relatif cepat. Dengan kemungkinan harga baja yang berfluktuasi dengan relatif cepat sebagai bahan baku pembuatan line pipe sebagai faktor yang mempengaruhi proses pengadaan line pipe produsen pemasok yang pada gilirannya mempengaruhi harga line pipe yang disuplai oleh pemasok kepada PT Pertamina EP. Dengan memperhatikan berbagai kondisi nyata tentang faktor yang dapat mempengaruhi manajemen proses rantai suplai line pipe sebagai kebutuhan operasional PT Pertamina EP, maka tersedia berbagai perspektif yang dapat digunakan oleh perusahaan. Manajemen proses rantai suplai pada intinya 4
5 mengasumsikan bahwa perusahaan mendirikan aliansi dengan anggota dari rantai yang sama untuk meningkatkan keunggulan kompetitif yang diungkapkan oleh kinerja operasional yang unggul dari semua anggota rantai. Dipengaruhi oleh berbagai bidang seperti pembelian dan logistik, konsep manajamen proses rantai suplai berkembang dari perspektif proses integrasi ke arah yang lebih sistemik dan strategis. Dalam persepektif proses integrasi, anggota yang berbeda dari rantai pasokan yang sama bergabung dengan upaya untuk mengkoordinasikan kegiatan bisnis sebagai kegiatan spesifik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan akhir (Cooper et al., 1997 dalam Miguel dan Brito, 2011). Sedangkan dalam perspektif sistemik dan strategis, perusahaan menetapkan sumber daya dan upaya untuk mencapai strategi rantai unik yang akan menghasilkan keunggulan kompetitif melalui biaya yang lebih rendah dan kepuasan pelanggan yang meningkat (Mentzer et al., 2001 dalam Miguel dan Brito, 2011). Dengan memperhatikan adanya perspektif integrasi serta persepektif sistemik dan strategis tentang proses manajemen rantai suplai, maka kegiatan bisnis yang dilakukan oleh PT Pertamina EP sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi memerlukan pilihan perspektif yang sesuai dengan kebutuhan operasional PT Pertamina EP. Pilihan yang sesuai dari pengadaan line pipe yang sepenuhnya mengandalkan manajemen proses rantai suplai line pipe untuk sebagiannya adalah persepektif sistemik dan strategis terutama karena line pipe merupakan sumber daya material starategis untuk keberlangsungan bisnis PT Pertamina EP. 5
6 Pelaksanaan proses pengadaan termasuk pengadaan line pipe untuk kebutuhan operasional PT Pertamina EP merupakan suatu kegiatan yang rutin dengan siklus yang sudah terstruktur sesuai dengan prosedur yang tetap dan memerlukan jangka waktu tertentu dalam prosesnya. Pengaturan proses pengadaan yang harus dipedomani oleh PT Pertamina EP sebagai KKKS dari SKKMIGAS diatur dalam Pedoman Tata Kerja BP MIGAS No. PTK 007 Revisi- II/PTK/I/2011. Karena masih bersifat pedoman, maka pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang merupakan material kebutuhan operasional masih harus dijabarkan oleh PT Pertamina EP sesuai dengan kebutuhan material termasuk kebutuhan material line pipe bagi PT Pertamina EP demi kinerja operasional yang lebih optimal. Pelaksanaan pengadaan line pipe melalui manajemen proses rantai suplai memiliki dampak pada kinerja operasional yang dapat memanifestasikan dirinya dalam semua dimensi. Dampak kinerja operasional terlihat pada dimensi kerjasama, proses integrasi, hubungan jangka panjang, berbagi informasi yang memungkinkan adanya perbaikan proses dan persediaan dan pengurangan waktu tunggu dalam pengadaan (Cooper et al., 1997; Cooper dan Ellram, 1993; Bechtel dan Jayaram, 1997; Mentzer et al., 2001 dalam Miguel dan Brito, 2011). Kerangka konseptual tersebut memperlihatkan bahwa pelaksanaan pengadaan line pipe yang dikontrakkan oleh PT Pertamina EP kepada pihak kontraktor penyedia line pipe (supplier) harus diorientasikan oleh adanya kerjasama, proses integrasi, hubungan jangka panjang, berbagi informasi yang memungkinkan adanya perbaikan proses dan persediaan dan pengurangan waktu tunggu dalam pengadaan line pipe. 6
7 Kerjasama dan proses integrasi antara PT Pertamina EP dengan pihak kontraktor penyedia line pipe, tetap harus mempertimbangkan biaya dan waktu serta peningkatan kualitas dan fleksibilitas, agar kinerja operasional PT Pertamina EP tetap merupakan kinerja operasional yang optimal. Demikian pula dengan system kontrak yang dipilih antara PT Pertamina EP dengan pihak kontraktor line pipe seharusnya tetap dalam mekanisme tata kelola material line pipe yang efektif untuk menjamin keberlangsungan operasional PT Pertamina EP. Kondisi ini karena secara konsepsional, Min dan Mentzer (2004) dalam Miguel dan Brito (2011) menyimpulkan bahwa manajemen proses rantai suplai adalah konstruk multidimensi berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dalam pada itu, karena pengadaan line pipe merupakan titik strategis yang menentukan keberlangsungan dan keberhasilan operasional PT Pertamina EP, maka pengadaan line pipe yang dilakukan dengan sistem kontrak dengan pihak ketiga sebagai pemasok line pipe. Dalam pengadaan line pipe melalui sistem kontrak dengan kontraktor pemasok line pipe, pilihan PT Pertamina EP adalah dengan menerapkan kontrak jangka panjang Supply Line Pipe dengan sistem calloff order. Sesuai dengan kondisinya, frame kontrak menggunakan sistem call-off order merupakan kontrak pengadaan barang/jasa untuk jangka waktu satu tahun atau lebih, dimana penyedia barang/jasa harus menyediakan barang/jasa dalam jenis dan jumlah yang diminta sewaktu-waktu oleh PT Pertamina EP sebagai kontraktor KKS. Dalam frame kontrak call-off order tersebut dicantumkan perkiraan jumlah dan nilai pemesanan, namun pengguna barang/jasa hanya akan membayar sejumlah barang/jasa yang diminta/dipesan serta penentuan harga yang 7
8 disepakati dengan sistim pembayaran menggunakan sistim kontrak berdasar harga satuan. Kondisi nyata kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional diberikan beberapa ketentuan. Ketentuan yang dicantumkan pada dokumen kontrak pengadaan line pipe antara pihak penyedia line pipe dengan PT Pertamina EP yang telah dilakukan selama ini menyebutkan bahwa (1) harga tetap selama kontrak berjalan (2) jangka waktu 3 tahun atau berjangka panjang dan dapat diamandemen (3) material line pipe dengan berbagai ukuran yang mempunyai frekuensi pemakaian cukup tinggi (4) suplai selama 3 tahun terjamin. Saat ini kontrak call-off order telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional. Pelaksanaan kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe, pada gilirannya berkaitan dengan kinerja operasional PT Pertamina EP. Karena walau bagaimanapun juga keberhasilan pengadaan line pipe sesuai dengan kebutuhan PT Pertamina EP adalah kondisi yang sepenuhnya berkaitan dengan kinerja operasional PT Pertamina EP selaku kontraktor KKS minyak dan gas bumi. Karena itu dengan sepenuhnya memperhatikan frame kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe, maka PT Pertamina EP dapat mengevaluasi seberapa jauh manfaat kontrak tersebut bagi peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP. Apakah frame kontrak call-off order dalam 8
9 pengadaan line pipe PT Pertamina EP dapat menghasilkan peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP? Disamping untuk mengeksplorasi dan mendalami manfaat kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe sesuai dengan frame kontrak yang telah dilakukan selama ini, maka konsekuensi yang dimunculkan oleh frame kontrak tersebut juga harus dieksplorasi lebih jauh. Kondisi ini karena setiap frame kontrak termasuk frame kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe tentu memberikan konsekuensi tertentu baik bagi PT Pertamina EP maupun pihak penyedia barang dan jasa yang memasok line pipe kebutuhan material yang digunakan untuk menghasilkan kinerja operasional PT Pertamina EP. Bagaimanakah konsekuensi yang harus diperhitungkan dan diterima oleh PT Pertamina EP dari frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP? Diatas semuanya itu, terkerangka bahwa frame kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe tentunya memiliki keterkaitan dengan kinerja operasional PT Pertamina EP serta konsekuensi kontrak call-off order yang telah digunakan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan pengadaan line pipe bagi PT Pertamina EP serta penyedia barang dan jasa sebagai pemasok line pipe untuk kebutuhan operasional PT Pertamina EP. Kondisi inilah pada gilirannya yang menjadi landasan utama untuk melakukan analisis tentang peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP dengan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe sebagai material 9
10 utama kebutuhan operasional PT Pertamina EP serta faktor-faktor apa saja yang harus diperhitungkan dalam menggunakan frame kontrak tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dengan melakukan pencermatan terhadap ulasan pada bagian latar belakang, maka rumusan masalah tentang peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP dengan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional PT Pertamina EP diformulasikan masing-masingnya sebagai berikut : 1. Apakah frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP dapat menghasilkan peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP? 2. Faktor-faktor apa yang perlu diperhitungkan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan frame kontrak call-off order untuk pengadaan line pipe PT Pertamina EP? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian tentang peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP dengan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional PT Pertamina EP, masing-masingnya adalah untuk: 1. Mengevaluasi apakah frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP dapat menghasilkan peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP. 10
11 2. Menganalisis faktor-faktor apa yang perlu dipertimbangkan oleh PT Pertamina EP dalam melakukan frame kontrak call-off order untuk pengadaan line pipe PT Pertamina EP. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang peningkatan kinerja operasional PT Pertamina EP dengan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional PT Pertamina EP, diharapkan menghasilkan manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat praktis yang diharapkan dihasilkan dari penelitian ini masing-masingnya bagi PT Pertamina EP adalah dapat digunakan sebagai perangkat untuk : 1. Mengevaluasi pelaksanaan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP 2. Menganalisis kinerja operasional PT Pertamina EP dalam menggunakan frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe sebagai material utama kebutuhan operasional PT Pertamina EP. 3. Mempertimbangkan konsekuensi yang harus diperhitungkan oleh PT Pertamina EP dari frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP. 4. Meminimalkan konsekuensi yang harus diterima oleh PT Pertamina EP dari frame kontrak call-off order dalam pengadaan line pipe PT Pertamina EP. 11
12 Sedangkan manfaat teoritis yang diharapkan dihasilkan dari penelitian ini masing-masingnya adalah sebagai berikut: 1. Secara konsepsional dapat memetakan manfaat penggunaan dari frame kontrak call-off order dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dalam pelaksanaan manajemen proses rantai suplai. 2. Secara konsepsional dapat memetakan konsekuensi yang diperhitungkan oleh para pihak yang terlibat dalam frame kontrak call-off order dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dalam pelaksanaan manajemen proses rantai suplai. 3. Secara konsepsional dapat memetakan konsekuensi yang harus diterima oleh para pihak yang terlibat dalam frame kontrak call-off order dalam pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dalam pelaksanaan manajemen proses rantai suplai. 1.5 Sistematika Penulisan Secara keseluruhan, penulisan ini dikelompokkan pada enam bab, dan setiap bab akan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bab yang lainnya. Pada masing-masing bab diulas tentang bagian yang sesuai dengan judul masingmasing bab, sehingga setiap bab memiliki kekhususan tersendiri. Bab Pertama adalah Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua adalah Tinjauan Kepustakaan yang berisi penjelasan tentang kepustakaan penelitian, kepustakaan konseptual tentang konsep-konsep dan teori yang berhubungan untuk membahas permasalahan yang telah dirumuskan. 12
13 Bab Ketiga adalah Metode Penelitian yang berisi penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam hal: pendekatan penelitian, metode yang digunakan, operasionalisasi variabel, metode pengumpulan data, populasi dan teknik pengambilan sampel, serta teknik analisis data. Bab Keempat adalah Pembahasan yang berisi data serta fakta-fakta yang telah diperoleh peneliti dari penelitian dengan permasalahan-permasalahan berdasarkan data-data yang dikumpul dengan teori-teori yang ada. Bab Kelima adalah Penutup yang merupakan bagian akhir dari penulisan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan masalah berdasarkan fakta-fakta di lapangan serta ditutup dengan saran. 13
BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kalakota dalam Hardiyanto (2010) definisi manajemen rantai suplai (supply chain management) adalah sebuah proses payung di mana produk diciptakan dan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciPOLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi
POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Manajemen Bisnis Konstruksi ISI PRESENTASI Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pola rantai pasok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditawarkan kepada pembeli dengan ketentuan jumlah, jenis, kualitas, tempat dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Proses lelang adalah proses pembelian dan penjualan barang dan atau jasa dimana penjual memberikan penawaran jenis barang dan atau jasa beserta harga yang ditawarkan
Lebih terperinciSI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)
SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali bermunculan perusahaan perusahaan baru dengan kemampuan teknologi yang sangat beraneka ragam sehingga dapat membantu untuk memperkenalkan perusahaanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis dan industri saat sekarang ini semakin ketat dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat serta sangat cerdas dalam memilih produk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang terkandung di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa faktor..., Esther Noershanti, FT UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kegiatan investasi eksplorasi minyak dan gas yang dilakukan memiliki risiko dimana terdapat kemungkinan tidak ditemukannya sumber minyak dan gas baru,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada saat ini harga migas mengalami trend yang cenderung menurun membuat Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis perusahaan.
Lebih terperinciTUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu faktor kunci strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan tujuan organisasi yang
Lebih terperinciKEBIJAKAN OPERASI PADA TOKO MATERIAL SUBUR SEJAHTERA
KEBIJAKAN OPERASI PADA TOKO MATERIAL SUBUR SEJAHTERA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Disusun Oleh:
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ketat dalam dunia bisnis menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam hal memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dalam industri produksi, Supply Chain Manaegement memiliki peranan yang sangat penting. Supply Chain Management merupakan koordinasi sistem strategis seluruh fungsi-fungsi
Lebih terperinciBab VI Kesimpulan dan Saran
VI. Bab VI Kesimpulan dan Saran VI.1 Kesimpulan Berdasarkan proses pengukuran dan kajian terhadap kinerja supply chain dari empat proyek konstruksi bangunan sebagai studi kasus yang telah dilakukan diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi atau
Lebih terperinciPOKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017
POKOK-POKOK DALAM PENGATURAN PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (Peraturan Menteri ESDM No. 11 Tahun 2017) Jakarta, 10 Februari 2017 MAKSUD DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN Mengatur dari sisi teknis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis efektivitas..., Maulana Abdillah, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba yang optimum guna memaksimalkan nilai para pemegang saham. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan jumlah pembangkit listrik di Indonesia merupakan akibat langsung dari kebutuhan listrik yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, karena listrik merupakan energi
Lebih terperinci9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah
9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciKolaborasi (Collaboration)
Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah bisnis, setiap perusahaan mempunyai cara untuk menjalankan usahanya. Untuk dapat berkembang perlu adanya sebuah inovasi dalam proses bisnisnya. Sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan kondisi perekonomian, maka dunia industri semakin mendapat tuntutan yang tinggi dari masyarakat. Tuntutan yang dimaksud salah satunya
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring berkembangnya teknologi di dunia bisnis terutama penggunaan internet yang semakin melekat, membuat para pelaku bisnis menjadikannya sebagai kebutuhan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) sebenarnya dikenal dari beberapa tahun yang lalu dan terintegrasi dengan logistik. Hal ini terkait dengan kegiatan rantai pasokan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Teori 2.1.1 Tingkat Pelayanan (Service Level) Service level merupakan istilah yang banyak digunakan dalam manajemen persediaan yang merupakan besar presentase dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut mampu melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan cepat terhadap
BAB I PENDAHULUAN Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah dan turbulen, organisasi hanya akan mampu bertahan dan bertumbuh dalam jangka panjang jika organisasi tersebut mampu melakukan perbaikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi dan pasar bebas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan
BAB IV Bab IV Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proyek studi kasus adalah proyek konstruksi bangunan gudang yang berfungsi sebagai sarana penyimpanan beras. Proyek gudang ini memiliki kapasitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang terkait permasalahan yang akan diteliti, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan mafaat penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kondisi perekonomian global sekarang ini, yang ditunjukkan dengan hilangnya batas-batas negara dan segi investasi, individu, dan informasi pada umumnya, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan tidak langsung yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber penerimaan negara yang sifatnya langsung yaitu pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan tidak langsung yang pembebanannya dapat dilimpahkan
Lebih terperinciSUPPLY CHAIN MANAGEMENT
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser
No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas dari bisnis tersebut. Menurut Spermo dan Prodanovic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bisnis berada dalam suatu lingkungan yang dapat mengalami perubahan setiap waktu. Lingkungan bisnis yang senantiasa mengalami perubahan tersebut mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu negara. Saat ini, energi yang dominan di dunia berasal dari fosil. Bentuk energi yang tidak
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet
Lebih terperinciKONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah bentuk koordinasi yang kompleks dan juga berbagai aktivitas dan kejadian yang saling bergantung dan mempengaruhi suatu sama lain itulah akan muncul
Lebih terperinciRantai Pasokan Global (Global Supply Chains)
Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI
STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan sebagai industri hilir yang banyak digunakan baik untuk. aplikasi struktural maupun sebagai media pengaliran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa baja merupakan salah satu produk turunan dari baja yang dikategorikan sebagai industri hilir yang banyak digunakan baik untuk aplikasi struktural maupun sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciSupply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com
Supply Chain Management an overview MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com Beberapa Issu Penting Aliran material/produk adalah sesuatu yang komplek. Munculnya SCM dilatar belakangi oleh perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari gelombang globalisasi menuntut para pelaku usaha atau perusahaan untuk lebih responsif dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta
Lebih terperinciMANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (supply chain management). Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Anatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak cara dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya di tengah kompetisi dengan perusahaan pesaing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengurangan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Minyak dan Gas Bumi (Migas) merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara, serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup
Lebih terperinciSCM DEPARTMENT 29 Maret 2017
SCM DEPARTMENT 29 Maret 2017 29 Maret 2017 PHE WMO Supply Chain Management AGENDA PHE WMO Supply Chain Management AGENDA PROSES PRA PENGADAAN LATAR BELAKANG - Sesuai dengan syarat Lampiran Tender di Buku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga
Lebih terperinciRANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN
RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi memiliki karakteristik penurunan produksi secara alamiah dengan berjalannya waktu. Untuk itu selalu diperlukan adanya kegiatan investasi
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
III. Bab III Metodologi Penelitian Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain metodologi adalah pendekatan umum untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai
Lebih terperinciBAB 2 SISTEM INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF
BAB 2 SISTEM INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF 1 Perusahaan dan Lingkungannya Sistem fisik perusahaan adalah suatu sistem terbuka yang didalamnya menghubungkan dengan lingkungannya Perusahaan mengambil
Lebih terperinciKONSEP SISTEM INFORMASI
CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fleksibilitas dalam supply chain mereka. Pada prinsipnya manajemen supply chain adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi bisnis, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasikan ketidakpastian internal maupun eksternal dalam mengambil keputusan. Ketidakpastian
Lebih terperinciLAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk
LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM Untuk IKUT SERTA DALAM LELANG DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN. Perjanjian Konsorsium untuk Pelaksanaan Pekerjaan 18 ( PERJANJIAN KONSORSIUM ) ini dibuat dan ditandatangani pada
Lebih terperinciREKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015
REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. baik antara perusahaan retail dengan pihak-pihak dalam rantai suplainya.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam industri retail makin ketat dewasa ini. Salah satu hal yang membuat perusahaan retail bertahan adalah penyediaan produk yang tepat bagi konsumen,
Lebih terperinciKebijakan Kapasitas Nasional Kegiatan Usaha Hulu Migas. 24 Agustus 2016 Surabaya
Kebijakan Kapasitas Nasional Kegiatan Usaha Hulu Migas 24 Agustus 2016 Surabaya Pergeseran Paradigma: beyond revenue.. Because it s limited we need to optimize the exploitation Old Approach: Revenue Maker
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pasar yang semakin mengglobal, persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga seringkali termasuk sebagai aset investasi atau investment properti, di mana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rig Pengeboran tergolong sebagai personal properti, mesin dan peralatan juga seringkali termasuk sebagai aset investasi atau investment properti, di mana mesin dan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. digunakan manajemen dalam mengetahui kondisi bisnis dan membantu
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sistem yang dapat digunakan manajemen dalam mengetahui kondisi bisnis dan membantu proses pengambilan keputusan yang ada. Pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian ini untuk menguji dampak kebermanfaatan penerapan e-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini untuk menguji dampak kebermanfaatan penerapan e- procurement pada fungsi pengadaan dan khususnya pada manajer yang terlibat dalam pelaksanaannya.penulis
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Visi dan Misi BPMIGAS BPMIGAS telah menyusun blue print yang bertujuan untuk menetapkan arah dan pedoman strategis sebagai acuan bagi BPMIGAS dan stakeholders, khususnya
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas. Akan tetapi karena hal tersebut, maka mengakibatkan timbulnya persaingan antar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu,
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING STUDI KASUS PT. NSBI CILEGON
Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.92-96 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun Pergerakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga minyak mentah dunia (crude oil) mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun 2014. Pergerakan harga minyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk melaksanakan pembangunan konstruksi memerlukan kontraktor yang berkualitas. Untuk pengadaannya dilakukan proses pelelangan tender untuk semua proyek
Lebih terperinci2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und
No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain : 1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai
Lebih terperinciBAB III PERUMUSAN MASALAH
BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Permasalahan Lingkup bisnis PT Pantja Motor, pada Gambar 3.1, baik untuk jumlah unit untuk memenuhi permintaan dan jumlah pemesanan komponen menerapkan pull
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam mencapai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sektor minyak dan gas bumi (migas) di negara Republik Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional
Lebih terperinciDisain Jejaring (Network Design)
Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis
Lebih terperinci