MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Menerapkan Metode Pemberian Balikan pada Siswa Kelas III.a SDN 02 Kota Bima

Kata Kunci: Pengembangan Pembelajaran dan Pemberian Balikan.

MODEL PEMBELAJARAN TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MENGENAL MAKNA PENINGGALAN SEJARAH.

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diartikan sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE CERAMAH KELAS V. Nurul Hamsi SD Negeri Sumber V Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBERIAN BALIKAN

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG LUAS BANGUN DATAR MELALUI KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI SDN PATEMON 01 TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Universitas Muhammadiyah Purwokerto. J l Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto Telp. (0281)

BAB III METODE PENELITIAN

Inayatul Uliya

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dilakukan peneliti secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. ini adalah Kemmis dan Taggart. Basrowi mengatakan bahwa penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

PENERAPAN MODEL BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 5 SD PADA PEMEBELAJARAN IPA

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PERMAINAN LEMPAR TURBO MELALUI PENERAPAN METODE PRAKTEK TERBIMBING. Sulama

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

Erna Lukitawati Guru SMP NEGERI I Turen

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2011: 22-23), PTK adalah

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa :

Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana kita ketahui bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mampu

Jeffry Gagah Satria Frigatanto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Action Research Literate ISSN : Vol. 1, No 1 Desember 2017

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjaya (2009: 26) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tindakan Kelas ini adalah mulai bulan November Negeri 1 Pajerukan. Desa Pajerukan, Kecamatan Kalibagor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Nurhayati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 55 Kota Bima

Oleh: Wahyu Trimei Pujilestari SLB Negeri Surakarta ABSTRAK

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

ABSTRAK

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Oleh: Sumarji SD Negeri Semarum, Durenan, Trenggalek

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. kelas (classroom action research) menurut Basrowi Penelitian Tindakan

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: EKO MARGIANTO A PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada semester genap dengan jumlah siswa

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH SALESMANSHIP MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII SMPN-2 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Transkripsi:

MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI BILANGAN BULAT SISWA SMP MELALUI PEMBERIAN BALIKAN Nanang Dosen Pendidikan Matematika STKIP Garut na2ngdr.64@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Matematika tentang cara menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu, diperoleh persentase sebagai berikut: rata-rata hasil tes akhir dari 18 siswa hanya 2 siswa (10%) yang mendapat nilai sama atau di atas nilai KKM yang ditetapkan yakni 70, dan 16 siswa (90%) mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan hasil pembelajaran yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Metode Pembelajaran Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. Sedangkan metode peneltian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pemberian balikan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari Pra-siklus 57 dan 63 pada Siklus I, meningkat menjadi 76 pada Siklus II. Kata Kunci : Operasi bilangan bulat, pemberian balikan. PENDAHULUAN Praktik-praktik pembelajaran di sekolahsekolah saat ini sudah saatnya dikaji kembali. Dunia pendidikan harus memainkan peran dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat sekarang akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dikendalikan oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi umum yang menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan, karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia, pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya. Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa menggunakan metode pembelajaran yang

cocok, seperti metode pemberian balikan, juga memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran dalam penyampaian materi sehingga mudah diserap peserta didik atau siswa berbeda. Khususnya dalam pembelajaran matematika, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran dengan pemberian balikan, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada siswa. Ada beberapa pandangan tentang pengertian pemberian balikan. Rustiyah (1991:23) mengemukakan tentang pengertian metode pemberian balikan sebagai berikut: 1. Cardelle dan Corno, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan. 2. Menurut Daw dan Gage, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada peserta didik sampai sejauh mana ia telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 3. Menurut Kulik dan Kulik, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa seberapa jauh ia telah memahami isi pembelajaran sesuai dengan tes dan latihan yang diberikan guru kepadanya. 4. Measn, dkk, memberi defisini pemberian balikan adalah suatu komunikasi antara guru dan siswa dalam hal memudahkan siswa memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran. 5. Rochim dan Thomson, pemberian balikan adalah pemberian informasi kepada siswa tentang pemahamannya dalam mengerjakan tes atau latihan setelah menyelesaikan suatu topik atau satu sub pokok bahasan yang diberikan guru setelah selang waktu tertentu. 6. Anderson dan Faust memberi pengertian, pemberian balikan adalah salah satu cara untuk memudahkan siswa belajar, yaitu memberi informsi kepada siswa tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan. 7. Menurut Hill, pemberian balikan adalah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang digunakan sebagai korekasi terhadap jawaban siswa dalam mengerjakan tes atau latihan agar siswa tahu apakah jawabannya dalam mengerjakan tes atau latihan menjawab soal-soal itu benar atau salah. 8. Benne, menyatakan bahwa dengan pemberian balikan siswa akan mengetahui kesalahan/kekurangan dan penilain serta komentar yang diberikan oleh guru tentang tampilannya dalam mengerjakan tes atau latihan dengan maksud agar memudahkan siswa dalam memperbaikinya. 9. Skodmore, mendefinisikan pemberian balikan adalah informasi yang diberikan kepada siswa setalah ia memberikan respon atas tes atau latihan yang diberikan guru setelah melakukan proses pembelajaran sesuai dengan program yang dirancang oleh guru. Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas, makna pengertian pemberian balikan dalam pembelajaran, adalah informasi atau pemberitahuan guru kepada siswa, baik secara lisan atau tertulis terhadap salah benarnya jawaban siswa dari hasil dalam mengerjakan tes

atau latihan, setelah selesai mengikuti program pembelajaran yang dirumuskan oleh guru dengan tujuan agar siswa terangsang atau termotivasi untuk berusaha merespon mencari pembetulan. Selanjutnya Rustiyah (1991:24) menjelaskan ada 2 cara pemberian balikan dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Pemberian Balikan Secara Simbol Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan memberikan tanda Benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda Salah (S) pada jawaban yang salah tanpa memberikan keterangan apapun. Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan siswa benar atau salah. b. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian informasi guru kepada siswa secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban hasil kerja siswa dalam mengerjakan tes atau latihan, yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda Salah (S) pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar siswa dapat memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah diperbuatnya. Catatan yang diberikan oleh guru (pada umumnya untuk jawaban yang salah) dapat diberikan dengan jelas atau petunjuk lain yang dapat membantu siswa memperbaiki pekerjaannya yang salah. Namun perlu diingat juga bahwa seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatankekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan (Bandura, 1977). Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Observasi awal dilakukan pada hari Sabtu, 4 April 2016 untuk mengamati pembelajaran Matematika tentang cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu, diperoleh persentase ratarata hasil tes akhir dari 18 siswa hanya 2 siswa (10%) yang mendapat nilai sama atau di atas nilai KKM yang ditetapkan yakni 70, dan 16 siswa (90%) mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan hasil pembelajaran yang masih rendah. Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah metode pembelajaran

Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII di SMPN 1 Cilawu Kab. Garut? Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat di Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. Manfaat hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika,sedangkan manfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi penentuan Operasi Bilangan Bulat serta proses pembelajarannya menjadi aktif dan atraktif,juga diharapkan mampu memberi masukan bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman dalam rangka meningkatkan hasil belajarnya. Manfaat bagi guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas mengajar Matematika dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan edukatif. Sedangkan manfaat bagi sekolah yakni dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan metode pembelajaran, serta dapat meningkatkan prestasi pendidikan khususnya di SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. METODE PENELITIAN Sasaran dari penelitian adalah guru dan siswa Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut semester II, dengan jumlah siswa 18 orang, yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan 2 siklus. Siklus I dilaksanakan 2 pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 4 April 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat. Pertemuan 2 dilaksanakan tanggal 10 April 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat (materi lanjutan). Tes akhir untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah diajarkan dilaksnakan tanggal 17 April 2016 bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran siklus I. Siklus II dilaksanakan 2 pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan tanggal 1 Mei 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat Pertemuan 2 dilaksanakan tanggal 8 Mei 2016 materinya Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat (materi pendalaman). Tes dilaksanakan tanggal 15 Mei 2016 bersamaan dengan berakhirnya pembelajaran siklus II. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2008:3). Karakteristik dari PTK itu sendiri antara lain, yaitu: (1) Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan; (2) Penelitian melalui refleksi diri; (3) Penelitian dilakukan di dalam kelas; dan (4) Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Metode penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

yang selama ini telah dilaksanakan agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efesien dengan memperhatikan perkembangan pemahaman siswa. Selain itu metode ini, dapat meningkatkan keprofesionalan guru dalam menangani proses belajar mengajar. PERENCANAAN PELAKSANAAN SIKLUS I REFLEKSI PENGAMATAN REFLEKSI PERENCANAAN SIKLUS II PELAKSANAAN PENGAMATAN Gambar 1. Desain PTK Berdasarkan gambar di atas, model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan model Kemmis dan Mc. Taggart ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), reflektif (reflecting) dan perencanaan kembali. Instrumen yang digunakan adalah: Lembar Observasi dan Tes. Lembar observasi digunakan untuk mengamati keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran, sedang tes digunakan untuk mengukur prestasi hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi tentang cara menentukan Operasi Bilangan Bulat. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam PTK ini, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; dan (4) Refleksi. Adapun langkah masingmasing tahapan adalah sebagai berikut: 1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tesebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara fihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamai proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrurmen. Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar

pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merurpakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secaraa seksama agar sinkron dengan maksud semula. 3. Pengamatan (Observing) Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepadaa guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. 4. Refleksi (Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. HASIL PENELIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Penelitian Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal kelas. Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata tentang Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat masih tergolong observasi awal tersaji dalam grafik berikut: Rentang Nilai 100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nomor Urut Absen Gambar 2. Nilai Matematika Awal Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata-rata 63 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah adalah 45. Siswa yang motivasi dan hasil belajarnya diatas KKM pelajaran Matematika rendah. Data hasil hanya 5 orang atau sekitar 25% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa pada materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat pada mata pelajaran Matematika masih tergolong rendah. Untuk mengetahui besaran hasil belajar siswa, maka pada akhir kegiatan pembelajaran pada Siklus I dilakukan tes yang mengukur hasil belajar. Adapun hasilnya tertera pada grafik di bawah ini:

Rentang Nilai 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718 Nomor Urut Absen Gambar 3. Nilai Matematika Siklus I Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa siswa hanya memperoleh rata- 85 dan nilai rata 76 dengan nilai tertinggi terendah adalah 68. Siswa yang motivasi dan hasil belajarnya sama atau diatas KKM 17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa hasil belajar siswa pada materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat pada mata pelajaran Matematikaa menunjukkan adanya peningkatan, jika dibanding dengan hasil observasi awal. Kemudian dapat dianalisis kekurangankekurangan tersebut antara lain guru kurang Rentang Nilai 100,0 memotovasi siswa, guru terlalu cepat menjelaskan dan kurang memotivasi siswa. Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya perbaikan- II. Perbaikan perbaikan dalam KBM pada siklus tersebut yaitu dengan cara lebih memotivasi siswa. Selain itu guru harus lebih dapat mengondisikan siswa, sehingga siswa benar- benar terlibat dalam KBM. 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 12 13 14 15 16 17 18 Nomor Urut Absen Gambar 4. Nilai Matematika Siklus II Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa siswa memperoleh rata-rata 76 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 68. Siswa yang motivasi dan hasil belajarnya diatas KKM 17 orang atau sekitar 85% dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini memberi gambaran bahwa ada peningkatan yang cukup signifikan dari hasil belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dalam 2 siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat, terlihat pada pelaksanaan siklus pertama dan ke dua telah menunjukkan hal-hal berikut yaitu proses pembelajaran Matematikadengan menggunakan metode Pemberian Balikan di tinjau dari berbagai segi interaksi siswa dan guru pada awal pembelajaran, guruu membuka pelajaran Matematikadengan menggunakan metode Pemberian Balikan sebagai titik tolak pembelajaran. Kemudian guru mengarahkan dan menjelaskan bagaimana siswa belajar dengan baik. Lalu pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru melaksanakan KBM secara interaktif, membimbing siswa, dan memotivasi siswa untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa

dari prasiklus, siklus I, dan siklus II yang tersaji dalam grafik berikut ini: 80 70 60 50 40 30 20 10 0 57 Pra-siklus Pra-siklus Gambar 5. Peningkatan Nilai Tiap Siklus 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 70 45 45 Gambar 6. Peningkatan Nilaii Tertinggi dan Terendah Tiap Siklus 80 70 60 50 40 30 20 10 0 10 Pra-siklus Pra-siklus Gambar 7. Peningkatan Ketuntasan Tiap Siklus 63 Siklus I Siklus I 63 Siklus I 83 Siklus I 76 Siklus II Siklus II 68 92 Pra-siklus Siklus I Siklus II Terendah Tertinggi 76 Siklus II Siklus II SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMPN 1 Cilawu Kecamatan Kabupaten Garut tentang penerapan metode pemberian balikan untuk hasil belajar siswa dapat disimpulkan: 1. Penerapan Metode Pemberian Balikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMPN 1 Cilawu Kab. Garut. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari Pra-siklus 57, dan 63 pada Siklus I serta meningkat menjadi 76 pada Siklus II. 2. Proses peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkan Metode Pemberian Balikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini tergambar dari kenaikan nilai terendah pada Pra-siklus 45 kemudian tetap 45 pada siklus I, serta 68 pada siklus II. 3. Besar persentase KKM dengan metode pemberian balikan cukup memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan Kriteria 4. Ketuntasan Minimal (KKM) dari 10% pada Pra-siklus menjadi 63% pada Siklus I serta menjadi 85% pada Siklus II. Saran-Saran Setelah melaksanakan PTK ini, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Variasi metode pembelajaran diperlukan oleh guru untuk menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya mencoba menerapkan berbagai macam metode pembelajaran. 2. Perlu diadakan sosialisasi berbagai macam metode pembelajaran agar para tenaga guru

bisa memahami dan menerapkan secara baik di lapangan. 3. Model pembelajaran dengan memakai Metode Pemberian Balikan dapat dikembangkan dan diterapkan pada pembelajaran materi Cara Menentukan Operasi Bilangan Bulat dan materi pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Supriyanto. (1990). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Combs, A.W. (1984). The Profesional Education of Teachers. Boston: Allin and Bacon, Inc. Djamarah dan Bahri, S. (1994). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin: Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi.. Djamarah dan Bahri, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah dan Bahri, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hamalik, O. (1992). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. (1998). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur, M. (2001). Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya. Rustiyah. (1991). Didaktik dan Metodik Belajar. Bandung: Armico Sardiman, A.M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto, (1988). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional. Penulis: Dr. H. Nanang, Lahir di Bandung pada Tanggal 1 Juli 1964. Saat ini bekerja sebagai Dosen Pendidikan Matematika di STKIP Garut.