IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB VI R E K O M E N D A S I

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V ANALISIS SINTESIS

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

IV KONDISI UMUM TAPAK

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

STUDI ASPEK KENYAMANAN RUANG PEDESTRIAN DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAANNYA PADA KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN-JEND.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

Gambar 2 Peta lokasi studi

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III DATA DAN ANALISA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Gedung Kantor LKPP BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSEP RANCANGAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

Data Iklim Rata-Rata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Suhu ( C)*)

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

ANALISIS KENYAMANAN JALUR PEDESTRIAN DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENGGUNA/PEJALAN KAKI [STUDI KASUS PADA JALAN JENDERAL SUDIRMAN KABUPATEN PONOROGO]

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

LINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Penggal Jalan Puad Ahmad Yani - Bundaran Kalibanteng Semarang

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lanskap Pedestrian Lanskap Jalan M.H. Thamrin dan Jend. Sudirman, Jakarta adalah salah satu contoh lanskap jalan yang sangat dinamis, baik elemen penyusun dan aktivitas yang terjadi di dalamnya. Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman merupakan salah satu jalan utama di ibukota yang dapat dijadikan sebagai path kota Jakarta. Berbagai golongan masyarakat sangat berkepentingan dengan lanskap ini, baik sebagai jalur mobilitasnya dan/ atau sebagai tempat aktivitasnya. (a) (b) (c) (d) Gambar 6 Elemen-elemen penyusun jalan (street furniture): (a) halte; (b) telepon umum; (c) shelter; (d) jembatan penyeberangan. Pada tahun 2003, pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun fasilitas ruang publik berupa ruang pedestrian di Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Saat ini pembangunan jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, Jakarta telah selesai dengan panjang keseluruhan ± 6200 meter, lebar

39 pedestrian bervariasi tergantung kesepakatan antara pemilik kavling dengan pemda DKI Jakarta (rata-rata ± 3 meter). Jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman ini merupakan jalur pedestrian pertama yang dibangun di Jakarta yang cukup lengkap fasilitas dan elemen-elemen penunjangnya. Fasilitas-fasilitas yang telah dibangun antara lain: pedestrian, tanda-tanda jalan, lampu jalan, jembatan pemyeberangan, shelter, halte dan lainnya, termasuk vegetasi tepi jalan (Gambar 6). Lanskap koridor Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman dibentuk oleh jajaran gedung-gedung bertingkat tinggi, sehingga koridor ini berkesan masif dan artifisial. Lanskap ini memberikan pemandangan efek visual berupa bayangan bangunan dan secara struktural memberikan ruang binaan yang berkesan kokoh, serta mempersempit dimensi pergerakan manusia yang melewatinya (Gambar 7). Gambar 7 Konfigurasi dan struktur bangunan di sepanjang lanskap Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman. Setiap blok dan grid dalam lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman memiliki karakteristik yang relatif seragam, yaitu konfigurasi bangunan-bangunan masif berupa gedung-gedung bertingkat tinggi. Oleh karena itu, setiap titik pengamatan (vantage point) akan memperlihatkan karakteristik yang relatif sama, tetapi yang cukup khas yaitu setiap titik pengamatan akan memperlihatkan karakter gedung yang berbeda-beda. Konfigurasi blok dan grid kawasan Jalan M.H. Thamrin dapat dilihat pada Gambar 8. Sedangkan konfigurasi blok dan grid kawasan Jalan Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah.

40 BAN NK INDONESIA PLAZA INDONESIA HOTEL INDONESIA PT. NUSA ANTARA PLAZA R REALTY TANAH KOSONG KEDUBES GEDUNG PBB (UNDP) JEPANG K SURYA CHANDRA BANK GEDUNG JAYA MENAR RA THAMR RIN ATD PLA AZA GEDUNGDEPARTEMEN BPPT AGAMA RI S/D JEMBATAN DUKUH ATAS PT. MANDARIN HOTEL KEDUBES INGGRIS GEDUNG WISMA MENARA BII PERMATA OIL KOSGORO PLAZA CENTER R P WISMA NUSANTARA PT. HOTEL NIKKO KEDUBES PERANCIS PT. SARINAH HOTE EL MENARA BANK DKI AN CAKRAWALA SARI PA TANAH PASIF FIC SKY KOSONG BUILDING BDN (BANK MANDIRI) BA ANK RA AMA BANGKOK MIGAS BANK DEPARTEMEN ENERGI ENERGI DAN SUMBER DAYA ALAM mbar 8 Konffigurasi blokk dan grid lannskap Jalan M M.H. Thamrrin. Gam (a) (b) G Gambar 9 K Konfigurasi blok b dan grid lanskap Jaalan Jend. Suudirman, (a) sejak jemb batan Dukuhh Atas hinggga fly oveer Semangggi, (b) sejak k fly over S Semanggi hinngga bunderran Patung Api A Tak Kunj njung Padam. Aktiviitas yang terjadi t padaa tapak ini lebih didoominasi oleh h aktivitas p perkantoran yang banyaak terdapat di sepanjan ng jalan ini. Pada jam-jjam masuk k kantor (pagii hari), istiraahat (siang hhari) dan sellesai kantor (sore hari), lalu lintas p pada jalan inni mengalam mi peningkattan jumlah pengguna p jalaan. Fasilitas halte pada k kawasan jallan ini dibanngun cukup baik dengaan jarak anttar halte ± 200 2 meter,

41 meskipun demikian hal ini tidak cukup mampu mengatasi kepadatan tersebut, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu-lintas, seperti yang terlihat pada Gambar 10 di bawah ini. (a) (b) (c) Gambar 10 Beragam aktivitas pengguna lanskap, (a) halte Ratu Plaza, (b) dan (c) pedestrian di depan Sarinah Plaza. 4.2. Kebijakan dan Pengelolaan Berdasarkan SK Gubernur No. 72 tahun 2003 tentang penataan pedestrian di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Instruksi Gubernur No. 169 tahun 2003 tentang penataan pedestrian di Kawasan Jalan M.H. Thamrin dan SK Gubernur No. 48 tahun 2005 tentang penataan pedestrian di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, maka dibuatlah nota kesepakatan antara Pemda DKI yang diwakili oleh Dinas Pertamanan, dengan pemilik kavling di sepanjang Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, mengenai lebar pedestrian kawasan jalan ini. Oleh karena itu, lebar pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman beragam, tergantung kesepakatan. Rata-rata lebar pedestrian yang direncanakan ± 3 meter. Meskipun demikian, pada

42 beberapa titik lebar pedestrian sangat sempit, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan pergerakan pengguna yang melalui titik tersebut, misalnya di depan Bangkok Bank dan Bank Indonesia (Gambar 11). (a) (b) Gambar 11 Pedestrian yang sempit (a) Bangkok Bank; (b) Bank Indonesia. Meskipun beberapa kebijakan dan peraturan-peraturan telah dibuat untuk menunjang kenyamanan para pengguna jalan, khususnya pejalan kaki di lanskap Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, berdasarkan pengamatan lapang, hal itu belum sepenuhnya berjalan efektif. Seperti lebar pedestrian yang sempit pada beberapa titik, efektivitas fungsi elemen-elemen street furniture dalam menunjang kenyamanan belum dapat mengakomodasikan kepentingan pejalan kaki dalam bermobilisasi. Penempatan struktur seperti jembatan penyeberangan orang (JPO), tiang-tiang lampu, bollard masih mengganggu pergerakan pengguna. Elemenelemen lain seperti papan-papan iklan, penunjuk jalan dan rambu lalu-lintas kurang memperhatikan standar dimensi dan ketersediaan ruang dalam penempatannya. Hal ini patut dipahami bahwa penetapan kebijakan dan peraturan tersebut termasuk terlambat, karena program penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman baru ditetapkan sekitar awal tahun 2000-an, meskipun gagasan penataan sudah mulai dimunculkan sejak pertengahan tahun 1900-an. Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta telah menjadi akses dan jalur utama sejak tahun 1960-an. Sudah selayaknya Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah mempunyai site planning serta grand design yang dituangkan dalam kebijakan dan peraturan-peraturan yang terstruktur dan berkelanjutan sejak saat

43 itu. Lanskap yang telah terlanjur terbangun sangat solid dan masif ini tidak dapat dirubah melalui kebijakan dan peraturan secara cepat atau instant, karena dapat mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan mendasar, terutama pada bangunan-bangunan yang telah dibangun sejak lama, sebagai contoh Bank Indonesia, Gedung Departemen Agama, Gedung PBB. Bangunan-bangunan tersebut telah lama dibangun, sehingga pada saat pelaksanaan kebijakan mengenai penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, pihak pengelola hanya menyisakan sedikit ruang bagi pedestrian (kurang dari 3 meter). Tetapi usaha-usaha penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin- Jend. Sudirman tetap perlu dilanjutkan, dengan memperhatikan kepentingan berbagai pihak (pengguna jalan, pejalan kaki dan pihak pengelola gedung). Sebagai kawasan bisnis dan perdagangan, kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman merupakan path kota Jakarta yang sangat penting. Hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki keberpihakan pada pemilik bangunan dan pengguna jalan, tetapi juga pada pejalan kaki. Menambah atau mengurangi elemen-elemen fisik pada lanskap ini perlu mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin timbul. Misalnya dengan membangun underpass sebagai pengganti JPO, untuk memberikan ruang yang lebih lebar bagi pejalan kaki dalam bermobilisasi di pedestrian. Kebijakan ini akan menimbulkan dampak lingkungan yang sangat signifikan terhadap pengguna jalan dan pemilik gedung. Oleh karena itu, dalam penetapan kebijakan penataan pedestrian di Kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman selain mengakomodasikan pejalan kaki, harus memperhatikan pula pengguna jalan dan pemilik bangunan. Hal lain yang penting adalah penegakan hukum yang tegas dan jelas. Selain itu keberlanjutan program penataan ini dari tahun ke tahun harus secara konsisten dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta, melalui dinas-dinas yang terkait. 4.3. Persepsi dan Preferensi Analisis mengenai persepsi dan preferensi pengguna dilakukan untuk melihat sejauh mana apresiasi pengguna pedestrian dalam memandang fungsi, kondisi fisik dan visual pedestrian saat ini. Apresiasi pengguna ini menjadi bahan

44 pertimbangan dalam pengembangan perencanaan ruang pedestrian kawasan Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. 4.3.1. Analisis Persepsi Pengguna Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan crosstab analysis dengan masing-masing indikator serta variabel pengendali (kontrol). Kontrol disini sangat diperlukan untuk menghindari bias yang berlebihan. Pada analisis penelitian ini terdapat 4 indikator kategori pengguna, yaitu kategori gender/jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Indikator ketegori gender/jenis kelamin dijadikan sebagai indikator atau variabel kontrol. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 250 eksemplar kepada responden yang dipilih secara acak pada titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan (pusat-pusat aktivitas, halte dan kantor). Dari jumlah tersebut, sebanyak 215 kuisioner (86%) yang dikembalikan. Sedangkan validitas data dari 215 kuisioner tersebut berkisar antara 76,7% - 100%. Lebih lengkapnya karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Dengan 34 macam indikator variabel persepsi diharapkan dapat mewakili penjabaran tentang persepsi pengguna tapak terhadap kenyamanan ruang pedestrian. Tabel 3 Karakteristik responden analisis persepsi dan preferensi. No. Karakter Responden 1 Jenis Kelamin 2 Umur 3 Pendidikan 4 Pekerjaan Kategori - Laki-laki : 97 org - Perempuan : 118 org - 20 tahun : 22 org - 21-30 tahun: 122 org - 31-40 tahun: 36 org - 41-50 tahun: 27 org - 51 tahun : 8 org - Perguruan tinggi : 109 org - Akademi/diploma : 25 org - SMA/aliyah : 78 org - Tidak sekolah : 1 org - Tidak menjawab : 2 org - Karyawan swasta : 76 org - Pelajar/mahasiswa : 66 org - PNS/TNI/POLRI : 53 org - Wiraswasta : 12 org - Pedagang informal : 2 org - Tdk bekerja : 4 org - Tidak menjawab : 1 org

45 Hasil data yang ditunjukkan pada Tabel 4, terutama pada materi-materi kuisioner yang saling terkait dengan kategori uji pada penelitian ini (nilai α < 0,05) lebih diperinci pada Tabel 5. Berdasarkan persepsinya, karakter pilihan jawaban kuisioner dan karakter responden secara jelas memilih bahwa kondisi fisik pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman berada pada tingkatan biasa/sedang hingga baik, dengan latar belakang faktor jenis pekerjaan yang sangat berpengaruh dalam memilih jawaban kuisioner yang diujikan. Sedangkan faktor jenis kelamin, umur dan pendidikan hanya berkaitan dengan beberapa materi-materi kuisioner. Selain itu juga tampak bahwa aspek-aspek kenyamanan dan kualitas visual pada tapak tidak banyak terkait dengan persepsi responden. Responden lebih cenderung memandang bahwa kenyamanan fisik pedestrian itu sendiri sebagai faktor utama penunjang kenyamanan tapak. Berdasarkan hasil data pada Tabel 4 dan 5, maka tampak bahwa kategori uji jenis pekerjaan saling berkaitan (dependent) dengan 14 materi kuisioner yang ditanyakan atau 41,18% dari keseluruhan materi kuisioner; kategori umur saling berkaitan dengan 4 materi kuisioner atau 11,76% dari keseluruhan materi kuisoner; tingkat pendidikan berkaitan dengan 2 materi kuisioner atau 5,88% dari keseluruhan materi kuisioner; dan, jenis kelamin hanya berkaitan dengan 1 materi kuisioner atau 2,94% dari keseluruhan materi kuisioner. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan sangat berpengaruh terhadap persepsi responden dalam menjawab materi-materi kuisioner yang ditanyakan. Hal ini diduga karena faktor pekerjaan responden memiliki keterkaitan langsung yang erat dengan kehadiran pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalam lanskap tersebut. Secara terperinci persentase karakteristik responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner persepsi adalah sebagai berikut (Gambar 12).

46 Gambar 12 Persentase karakteristikk responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner persepsi. Kategori uji umur berdasarkan berkaitan dengan persepsinya terhadap materi-materi kuisioner yang berhubungan dengan aksessibilitas lokasi studi. Misalnya kemudahan pencapaian (dari halte ke tujuan), fasilitas papan reklame, fasilitas papan informasi dan pertanyaan kuisioner yang berkaitan dengan perlunya fasilitas penyandang cacat. Hal ini diduga karena faktor umur sangat berpengaruh dengan kondisi fisik seseorang, artinya semakin mudah/dekat jarak pencapaian atau aksessibilitas titik atau ruang, makaa akan tidak terlalu menurunkann kondisi fisik seseorang. Tetapi sebaliknya, semakin sulit/jauh jarak pencapaian, maka semakin membutuhkan tenaga sehingga menurunkan kondisi fisik seseorang atau cepat lelah. Selain itu, kemudahan aksessibilitas juga harus ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memberikan keterangan terhadap posisi pengguna maupun lokasi yang akan dituju. Sedangkan kategori uji tingkat pendidikan responden menunjukkan keterkaitannya dengan materi kuisioner mengenai kebersihan dan fasilitas lampu jalan. Keterkaitan 2 materi kuisioner tersebut dengan tingkat pendidikan diduga erat berhubungan dengan pengetahuan dan wawasan respondenn terutama mengenai arti penting kebersihan, hubungannya dengan kenyamanan dan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka cenderung semakin meningkat pula kesadarannya didalam menjaga kebersihan ruang. Mobilisasi menuju dan dari tempat pekerjaan memerlukan fasilitas lampu jalan yang baik dalam hubungannya dengan pergerakan di dalam ruang pedestrian. Hal ini juga disadari oleh pengetahuan responden bahwa fasilitas lampu jalan sangat menunjang kenyamanan n dan keamanan bagi pengguna ruang selama bermobilisasi pada pedestrian.

47 Pada Tabel 4 dan 5 di bawah, juga terlihat bahwa kategori uji jenis kelamin hanya berkaitan dengan pertanyaan kuisioner yang berhubungan dengan keamanaan. Faktor keamanan ruang pedestrian secara jelas terlihat keterkaitannya dengan kategori jenis kelamin, yaitu nilai α < 0,05. Hal ini diduga kategori jenis kelamin (terutama untuk perempuan) menuntut suatu perasaan yang aman didalam melewati suatu ruang lanskap, termasuk pedestrian untuk menuju atau dari tempat tujuannya. Responden cenderung menuntut suatu jaminan keamanan di dalam ruang lanskap terutama pada saat berangkat atau pulang dari tempat kerjanya. Tabel 4 Hasil uji Chi-Square persepsi responden terhadap lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Kategori Uji No. Aspek Kenyamanan Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Materi Kuisioner 1 FISIK / FUNGSI Fungsi Pedestrian 0,431 0,741 0,369 *0,000 Kebersihan 0,126 0,733 *0,039 0,060 Keamanan *0,048 0,984 0,937 *0,000 Ukuran/Lebar 0,747 1,000 0,963 0,589 Kelengkapan Street Furniture 0,138 0,725 0,737 0,743 Kemudahan Pencapaian (dari halte ke tujuan) 0,713 *0,049 0,253 0,871 Informasi Penunjuk Jalan 0,726 0,709 0,749 *0,003 Kenyamanan Paving 0,841 0,644 0,945 *0,012 Pengganggu Kenyamanan 0,774 0,509 0,368 *0,000 Tata Letak Penempatan Elemen Jalan 0,262 0,476 0,614 *0,000 Tanaman 0,158 0,364 0,882 0,354 Fasilitas Rambu Lalu-lintas 0,609 0,582 0,643 0,276 Fasilitas Lampu Jalan 0,124 0,149 *0,014 *0,028 Fasilitas Halte 0,939 0,893 0,540 *0,000 Fasilitas Papan Reklame 0,101 *0,001 0,371 0,942 Fasilitas Tempat Duduk 0,186 0,956 0,581 *0,000 Fasilitas Telepon Umum 0,175 0,190 0,088 *0,020 Fasilitas Kotak Pos 0,531 0,289 0,788 *0,000 Fasilitas Papan Informasi 0,493 *0,000 0,206 0,265 Fasilitas Tempat Sampah 0,693 0,310 0,097 *0,005 Fasilitas Pos Keamanan 0,441 0,404 0,085 0,761 Fasilitas Penyandang Cacat 0,563 0,181 0,480 0,314 Bolehkah areal pedestrian dipasang papan reklame? 0,297 0,073 0,129 *0,031 Apa ruang pedestrian yang ada sekarang telah terpelihara dengan baik? 0,484 0,314 0,430 0,203 Apakah adanya vegetasi pada ruang pedestrian sudah memberikan keteduhan? 0,524 0,173 0,362 0,188

48 Bagaimana pendapat saudara tentang pedestrian yang sudah ada dan manfaatnya? 0,308 0,507 0,182 0,081 Menurut anda siapa yang bertanggung jawab mengelola dan memelihara ruang pedestrian? 0,473 0,501 0,765 0,636 Perlukah fasilitas untuk penyandang cacat di areal pedestrian? 0,161 *0,000 0,981 0,656 2 KLIMATIK Iklim Mikro 0,480 0,996 0,136 0,792 Polusi/Kualitas Udara 0,706 0,965 0,137 0,356 3 VISUAL Gangguan yang Merusak Pemandangan 0,343 0,116 0,621 0,403 Disain Paving 0,357 0,934 0,961 *0,015 Disain Elemen Jalan 0,314 0,843 0,953 0,168 Kualitas Visual Di Luar Jalur 0,555 0,976 0,905 0,525 Nilai α = 0,05 bila nilai uji > 0,05, maka kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuisioner yang ditanyakan bila nilai uji < 0,05, maka kategori yang diuji saling terikat dengan materi kuisioner yang ditanyakan Cetak tebal (*), menunjukkan nilai-nilai uji α < 0,05. Data-data pada Tabel 4 dan 5 juga menunjukkan bahwa materi-materi kuisoner yang berkaitan dengan kualitas dan kenyamanan visual tidak mendapatkan perhatian yang signifikan dari persepsi responden. Hal ini terlihat bahwa materi-materi kuisioner yang berkaitan dengan kualitas dan kenyamanan visual tidak berkaitan dengan kategori uji pada studi ini (memiliki nilai α > 0,05). Berdasarkan hal tersebut, diduga bahwa pengguna tapak lebih mengutamakan kegunaan dan fungsi pedestrian sebagai jalur mobilisasi untuk mengakses titik atau lokasi pada tapak daripada mengapresiasikannya sebagai elemen ornamental ruang yang menunjang kenyamanan. Data pada Tabel 4 dan 5 juga menunjukkan bahwa tidak ada satu-pun materi kuisioner yang berkaitan (memiliki nilai α < 0,05) dengan seluruh kategori uji sekaligus, tetapi hanya terkait dengan 1 atau 2 kategori uji saja, dan beberapa materi kuisioner tidak berkaitan sama sekali dengan salah satu kategori uji apapun.

10.70% 7% 1.40% 9.30% 31.20% 49 Tabel 5 Karakter hasil uji Chi-Square terhadap persepsi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0,05 No. Aspek Kenyamanan Materi Kuisioner Karakter Pilihan Keterangan 1 FISIK / FUNGSI 1.40% 0.50% 5.60% 23.70% 27.90% 33% Fungsi Pedestrian Pekerjaan, memilih pedestrian sebagai tempat berjalan kaki sebanyak 198 org (92,1%) - Karyawan swasta: 71 org (33%) - Pelajar/mahasiswa: 60 org (27,9%) - PNS/TNI/POLRI: 51 org (23,7%) - Wiraswasta: 12 org (5,6%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 19.10% Kebersihan Pendidikan, memberikan penilaian baik sebanyak 118 org (54,9%) - Perguruan Tinggi: 62 org (28,8%) - SMA/Aliyah: 41 org (19,1%) - Akademi/diploma: 15 org (7%) 28.80% 7% 27.40% 21.90% Keamanan Jenis kelamin, memberikan penilaian baik sebanyak 106 org (49,3%) - Laki-laki: 59 orang (27,4%) - Perempuan: 47 orang (21,9%) 0.50% 1.90% 14.40% 14.40% 16.30% 1.40% Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 35 org (16,3%) - Pelajar/mahasiswa: 31 org (14,4%) - PNS/TNI/POLRI: 31 org (14,4%) - Wiraswasta: 4 org (1,9%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) Kemudahan Pencapaian (dari halte ke tujuan) Umur, memberikan penilaian baik sebanyak 117 org (54,4%) - 20 tahun: 9 org (9,3%) - 21-30 tahun: 67 org (31,2%) - 31-40 tahun: 23 org (10,7%) - 41-50 tahun: 15 org (7%) - 51 tahun: 3 org (1,4%) 3.30% 0.90% 1.90% 7.90% 8.80% 18.60% Informasi Penunjuk Jalan Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 89 org (41,4%) - Karyawan swasta: 40 org (18,6%) - Pelajar/mahasiswa: 19 org (8,8%) - PNS/TNI/POLRI: 17 org (7,9%) - Wiraswasta: 7 org (1,9%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 4 org (3,3%) 14.90% 0.90% 0.50% 3.70% 12.10% 19.10% Kenyamanan Paving Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 110 org (51,2%) - Karyawan swasta: 41 org (19,1%) - Pelajar/mahasiswa: 26 org (12,1%) - PNS/TNI/POLRI: 32 org (14,9%) - Wiraswasta: 8 org (3,7%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 12.10% 0.50% 0.50% 0.50% 2.80% 16.70% 15.80% Pengganggu Kenyamanan Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 34 org (15,8%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,7%) - PNS/TNI/POLRI: 26 org (12,1%) - Wiraswasta: 6 org (2,8%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 12.10% 0.90% 0.50% 1.90% 10.70% 16.30% Tata Letak Penempatan Elemen Jalan Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 94 org (43,7%) - Karyawan swasta: 35 org (16,3%) - Pelajar/mahasiswa: 23 org (10,7%) - PNS/TNI/POLRI: 26 org (12,1%) - Wiraswasta: 7 org (1,9%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%)

21.90% 34.90% 50 5.10% 0.50% Fasilitas Lampu Jalan Pendidikan, memberikan penilaian baik sebanyak 134 org (62,3%) - Perguruan Tinggi: 75 org (34,9%) - SMA/Aliyah: 47 org (21,9%) - Akademi/diploma: 11 org (5,1%) - Tdk sekolah: 1 org (0,5%) 17.70% 1.40% 0.50% 4.70% 16.70% 20.90% Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 133 org (61,9%) - Karyawan swasta: 45 org (20,9%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,7%) - PNS/TNI/POLRI: 38 org (17,7%) - Wiraswasta: 10 org (4,7%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) 0.90% 0.50% 4.20% 14% 12.60% 15.30% Fasilitas Halte Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 102 org (47,4%) - Karyawan swasta: 27 org (12,6%) - Pelajar/mahasiswa: 33 org (15,3%) - PNS/TNI/POLRI: 30 org (14%) - Wiraswasta: 9 org (4,2%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 0.90% 4.70% 8.40% 7% 38.40% Fasilitas Papan Reklame Umur, memberikan penilaian biasa sebanyak 106 org (49,3%) - 20 tahun: 15 org (7%) - 21-30 tahun: 61 org (38,4%) - 31-40 tahun: 18 org (8,4%) - 41-50 tahun: 10 org (4,7%) - 51 tahun: 2 org (0,9%) 0.90% 0.50% 2.80% 8.40% 17.70% 13% Fasilitas Tempat Duduk Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 93 org (43,3%) - Karyawan swasta: 28 org (13%) - Pelajar/mahasiswa: 38 org (17,7%) - PNS/TNI/POLRI: 18 org (8,4%) - Wiraswasta: 6 org (2,8%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 8.40% 0.50% 2.30% 10.20% Fasilitas Telepon Umum Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 74 org (34,4%) - Karyawan swasta: 22 org (10,2%) - Pelajar/mahasiswa: 28 org (13%) - PNS/TNI/POLRI: 18 org (8,4%) - Wiraswasta: 5 org (2,3%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) 13% 10.20% 0.50% 0.50% 1.90% 11.60% 11.60% Fasilitas Kotak Pos Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 78 org (36,3%) - Karyawan swasta: 25 org (11,6%) - Pelajar/mahasiswa: 25 org (11,6%) - PNS/TNI/POLRI: 22 org (10,2%) - Wiraswasta: 4 org (1,9%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) 3.70% 1.90% 7.40% 5.10% 27.90% Fasilitas Papan Informasi Umur, memberikan penilaian biasa sebanyak 99 org (46%) - 20 tahun: 11 org (5,1%) - 21-30 tahun: 60 org (27,9%) - 31-40 tahun: 16 org (7,4%) - 41-50 tahun: 8 org (3,7%) - 51 tahun: 4 org (1,9%) 0.90% 0.50% 2.30% 7.90% 16.30% 15.80% Fasilitas Tempat Sampah Pekerjaan, memberikan penilaian biasa sebanyak 94 org (43,7%) - Karyawan swasta: 34 org (15,8%) - Pelajar/mahasiswa: 35 org (16,3%) - PNS/TNI/POLRI: 17 org (7,9%) - Wiraswasta: 5 org (2,3%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 2 org (0,9%) 15.40% 9.30% 3.30% 10.20% 53.50% Perlukah fasilitas untuk penyandang cacat di areal pedestrian? Umur, memberikan penilaian perlu sebanyak 197 org (91,6%) - 20 tahun: 22 org (10,2%) - 21-30 tahun: 115 org (53,5%) - 31-40 tahun: 33 org (15,4%) - 41-50 tahun: 20 org (9,3%) - 51 tahun: 7 org (3,3%)

51 1.40% 0.50% 0.50% 4.20% 12.60% 24.20% 19.50% Bolehkah areal pedestrian dipasang papan reklame? Pekerjaan, memberikan pilihan terbatas (dimensi+jumlah) sebanyak 135 org (62,8%) - Karyawan swasta: 42 org (19,5%) - Pelajar/mahasiswa: 52 org (24,2%) - PNS/TNI/POLRI: 27 org (12,6%) - Wiraswasta: 9 org (4,2%) - Pedagang informal: 1 org (0,5%) - Tdk bekerja: 3 org (1,4%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 2 VISUAL 0.50% 0.90% 0.50% 5.10% 16.70% 15.30% 9.80% Disain Paving Pekerjaan, memberikan penilaian baik sebanyak 105 org (48,8%) - Karyawan swasta: 36 org (16,7%) - Pelajar/mahasiswa: 21 org (9,8%) - PNS/TNI/POLRI: 33 org (15,3%) - Wiraswasta: 11 org (5,1%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 1 org (0,5%) - Tdk menjawab: 1 org (0,5%) 4.3.2. Analisis Preferensi Pengguna Sampel data pada studi preferensi pengguna tapak (user) ini sebanyak 215 kuisioner yang didapatkan dari responden-responden yang secara acak di beberapa titik ruang pedestrian Jalan M.H Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Dengan 30 macam indikator variabel diharapkan mewakili preferensi pengguna tapak (user) terhadap kenyamanan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Data tersebut kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan indikator gender/jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) sebagai pengendali atau kontrol serta pekerjaan sebagai indikator penguji. Dalam pengujian data-data kuisioner dilakukan secara acak berdasarkan 4 kategori utama yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan serta pekerjaan. Ke-empat variabel bebas tersebut diharapkan mampu mewakili berbagai pertanyaanpertanyaan yang diberikan kepada responden. Dari hasil analisis yang dilakukan pada 215 reponden didapatkan hasil-hasil seperti pada Tabel 6. Hasil data yang ditunjukkan pada Tabel 6, terutama pada materi-materi kuisioner mengenai preferensi responden yang saling terkait dengan kategori uji pada penelitian ini (nilai α < 0,05) lebih diperinci pada Tabel 7. Kategori uji yang dominan berkaitan dengan materi-materi pertanyaan kuisioner mengenai preferensi responden berturut-turut yaitu pendidikan, jenis pekerjaan dan umur. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan responden sangat mempengaruhi apresiasi keinginannya mengenai kondisi fisik pada pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, maka tampak bahwa kategori uji tingkat pendidikan saling berkaitan (dependent) dengan 12 materi kuisioner yang

52 ditanyakan atau 40% dari keseluruhan materi kuisioner; jenis pekerjaan saling berkaitan dengan 11 materi kuisioner atau 36,67 % dari keseluruhan materi kuisoner; kategori umur berkaitan dengan 10 materi kuisioner atau 33,33 % dari keseluruhan materi kuisioner; dan, jenis kelamin hanya berkaitan dengan 1 materi kuisioner atau 3,33 % dari keseluruhan materi kuisioner. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan kategori umur berpengaruh terhadap preferensi responden dalam menjawab materi-materi kuisioner yang ditanyakan. Diduga ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan langsung, terutama dalam mengapresiasikan keinginan-keinginannyaa terhadap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Secara terperinci, persentase karakteristikk responden yang saling terkaitatau dependent dengan materi kuisioner preferensi adalah sebagai berikut (Gambar 13). Gambar 13 Persentase karakteristikk responden yang saling terkait atau dependent dengan materi kuisioner preferensi. Pada Tabel 6 dan 7 dapat diamati bahwa kategori pendidikann memiliki keterkaitan dengan preferensi responden terhadap fungsi dan bentuk pedestrian yang diinginkannya. Dengan kata lain bahwa pendidikan responden dan preferensinya terhadap fungsi dan bentuk pedestrian yang diinginkan merupakan kategori yang saling terikat/depen ndent satu sama lain. Hal ini memberikan gambaran bahwa apresiasi responden yang ditunjukkan dengan preferensinya terhadap fungsi dan bentuk ruang pedestrian yang diinginkan sudah cukup baik. Fungsi utama pedestrian sebagai tempat mobilisasi pejalan kaki telah dipahami dengan baik, selain bentuk dan fungsi-fungsi lain yang menyertainya. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka pemahaman mengenai pedestrian semakin baik.

53 No. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kategori uji pekerjaan dan umur, yang memberikan apresiasi cukup baik, mengenai preferensinya terhadap fungsi dan bentuk ruang pedestrian yang diinginkan. Kenyataan-kenyataan ini memberikan kecenderungan yang lebih baik, artinya bahwa masyarakat sudah lebih sadar terhadap lingkungannya terutama hubungannya dengan kebijakan-kebijakan publik. Sehingga preferensi-preferensi masyarakat sebagai pengguna ruang publik itu sendiri, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan (policy maker) dalam merencanakan, mendisain dan melaksanakan kebijakan publik. Sedangkan kategori faktor gender/jenis kelamin, hanya berkaitan dengan materi kuisioner jenis pohon yang diinginkan. Hal ini diduga disebabkan oleh preferensi responden mengenai jenis pohon yang diinginkan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan visual dalam ruang pedestrian tersebut. Sehingga responden sangat apresiatif dengan jenis pohon yang diinginkannya. Jenis pohon yang berbunga merupakan jenis pohon yang paling banyak diinginkan. Tabel 6 Hasil uji Chi-Square preferensi responden terhadap lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Aspek Kenyamanan Jenis Kelamin Kategori Uji Umur Pendidikan Pekerjaan Materi Kuisioner 1 FISIK / FUNGSI Fungsi ruang pedestrian yang diinginkan 0,085 0,907 *0,010 0,462 Bentuk ruang pedestrian yang diinginkan 0,185 0,976 0,307 0,574 Bahan perkerasan yang diinginkan 0,987 0,573 0,055 *0,019 Elemen yang harus ada pada ruang pedestrian 0,901 0,594 *0,019 0,091 Lebar jalur pedestrian yang diinginkan 0,541 1,000 0,508 0,317 Tanaman yang diinginkan 0,390 0,232 0,665 *0,000 Tanaman jenis pohon dengan bentuk fungsi vegetasi yang diinginkan 0,165 *0,001 *0,000 *0,004 Jenis pohon yang diinginkan *0,047 *0,018 *0,034 *0,018 Kesesuaian penempatan utilitas yang diinginkan 0,402 *0,000 0,418 0,893 Bentuk fasilitas pengamanan yang diinginkan 0,471 *0,003 *0,005 *0,020 Saran untuk kebersihan 0,962 0,998 *0,006 0,215 Saran untuk keamanan 0,187 0,997 0,056 *0,010 Saran untuk ukuran/lebar 0,096 0,887 0,058 0,099 Saran untuk kelengkapan street furniture 0,432 0,981 *0,010 *0,000 Saran untuk kemudahan pencapaian (dari halte ke tujuan) 0,504 0,983 0,105 0,781 Saran untuk informasi penunjuk jalan 0,071 0,091 0,073 0,110

54 Saran untuk kenyamanan paving 0,170 *0,005 *0,009 0,398 Saran untuk pengganggu kenyamanan 0,442 *0,014 *0,009 0,162 Saran untuk tata letak penempatan elemen jalan 0,351 0,122 *0,013 0,969 Saran untuk pengelolaan dan pemeliharaan 0,598 0,101 0,068 0,561 2 KLIMATIK Saran untuk iklim mikro 0,963 *0,006 0,141 *0,003 Saran untuk polusi/kualitas udara 0,480 *0,000 0,325 *0,020 3 VISUAL Pola perkerasan yang diinginkan 0,370 *0,010 *0,006 *0,002 Warna perkerasan yang diinginkan 0,105 *0,000 0,756 0,244 Pola perkerasan yang baik untuk pedestrian yang diinginkan 0,542 0,393 0,519 0,199 Saran untuk disain paving 0,281 0,808 0,380 0,129 Saran untuk disain elemen jalan 0,710 0,864 0,141 0,569 Saran untuk bentuk pola tanam 0,423 0,960 0,812 0,440 Saran untuk gangguan yang merusak pemandangan 0,320 0,358 *0,019 *0,004 Saran untuk kualitas visual di luar jalur pedestrian 0,197 0,843 0,072 0,419 Nilai α = 0,05 bila nilai uji > 0,05, maka kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas) dengan materi kuisioner yang ditanyakan bila nilai uji < 0,05, maka kategori yang diuji saling terikat dengan materi kuisioner yang ditanyakan Cetak tebal (*) menunjukkan nilai-nilai uji yaitu nilai α < 0,05. Menurut Simonds (1983), suatu lanskap jalan dapat dibuat lebih menarik dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suatu pemandangan menarik (vista) melalui penanaman tanaman. Sedangkan menurut Carpenter et. al (1975) tanaman memiliki nilai estetika yaitu fungsi estetika akan tercapai jika elemen-elemen lanskap dikombinasikan dengan tepat dan baik sehingga tercapai suatu kesatuan yang serasi dan harmonis, memberikan kesenangan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Penanaman vegetasi juga untuk memperlunak pemandangan terhadap pola-pola bangunan yang monoton, terkesan kaku dan keras. Selain berkaitan dengan kategori gender/jenis kelamin, materi kuisioner jenis pohon yang diinginkan ternyata juga berkaitan dengan ketiga kategori uji lainnya (nilai α < 0,05). Hal ini semakin mempertegas bahwa jenis pohon yang diinginkan oleh responden sangat mempengaruhi preferensinya sebagai faktor penunjang kenyamanan selama bermobilisasi di dalam ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Jenis pohon berbunga mendapat apresiasi antara 154 hingga 155 orang (71,63% hingga 72,09%) pada masing-masing

55 kategori uji, dari keseluruhan responden daripada jenis pohon yang tidak berbunga. Hal ini diduga karena pohon yang berbunga memberikan kesan yang lebih baik dalam membentuk kenyamanan ruang, tidak hanya melalui fungsi dan manfaatnya secara fisik ataupun mekanik, tetapi juga memberikan kenyamanan visual berupa pengalaman estetis bagi pengguna pada ruang tersebut. Tabel 7 Karakter hasil uji Chi-Square terhadap preferensi responden, pada materi kuisioner yang memiliki nilai α < 0,05 No. Aspek Kenyamanan Materi Kuisioner Pilihan Terbanyak Keterangan 1 FISIK / FUNGSI 30.23% 48.37% Fungsi ruang pedestrian yang diinginkan Pendidikan, menginginkan tempat berjalan kaki sebanyak 191 org (88,83%) - Perguruan Tinggi: 104 org (48,37%) - SMA/Aliyah: 65 org (30,23%) - Akademi/diploma: 22 org (10,23%) 10.23% 0.90% 1.86% 1.39% 9.76% 16.27% 13.48% Bahan perkerasan yang diinginkan Pekerjaan, menginginkan batu kerikil sebanyak 94 org (43,72%) - Karyawan swasta: 29 org (13,48%) - Pelajar/mahasiswa: 35 org (16,27%) - PNS/TNI/POLRI: 21 org (9,76%) - Wiraswasta: 3 org (1,39%) - Pedagang informal: 2 org (0,9%) - Tdk bekerja: 4 org (1,86%) 29.30% 42.79% Elemen yang harus ada pada ruang pedestrian Pendidikan, menginginkan tanaman: pohon peneduh, semak, perdu dan rumput sebanyak 170 org (79,07%) - Perguruan Tinggi: 92 org (42,79%) - SMA/Aliyah: 63 org (29,30%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) 6.97% 2.32% 12.55% 1.39% 21.39% Tanaman yang diinginkan Pekerjaan, menginginkan Pohon, semak dan perdu, pohon dan rumput, pohon dan semak perdu sebanyak 101 org (46,97%) - Karyawan swasta: 27 org (12,55%) - Pelajar/mahasiswa: 46 org (21,39%) - PNS/TNI/POLRI: 20 org (9,30%) - Wiraswasta: 5 org (2,32%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 9.30% 8.83% 1.86% 12.09% 7.44% Tanaman jenis pohon dengan bentuk fungsi vegetasi yang diinginkan Umur, menginginkan pohon peneduh sebanyak 158 org (73,48%) - 20 tahun: 16 org (7,44%) - 21-30 tahun: 93 org (43,25%) - 31-40 tahun: 26 org (12,09%) - 41-50 tahun: 19 org (8,83%) - 51 tahun: 4 org ( 1,86%) 43.25% 27.44% 39.07% Pendidikan, menginginkan pohon peneduh sebanyak 158 org (73,48%) - Perguruan Tinggi: 84 org (39,07%) - SMA/Aliyah: 59 org (27,44%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) 6.97%

56 14.88% 0.93% 0.46% 3.72% 26.04% 26.97% Pekerjaan, menginginkan pohon peneduh sebanyak 157 org (73,02%) - Karyawan swasta: 58 org (26,97%) - Pelajar/mahasiswa: 56 org (26,04%) - PNS/TNI/POLRI: 32 org (14,88%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Pedagang informal: 1 org (0,46%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 35.81% 36.28% Jenis pohon yang diinginkan Jenis Kelamin, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - Laki-Laki: 77 org (35,81%) - Perempuan: 78 org (36,28%) 12.09% 10.23% 2.32% 4.18% Umur, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - 20 tahun: 9 org (4,18%) - 21-30 tahun: 93 org (43,25%) - 31-40 tahun: 26 org (12,09%) - 41-50 tahun: 22 org (10,23%) - 51 tahun: 5 org (2,32%) 43.25% 22.32% Pendidikan, menginginkan berbunga sebanyak 154 org (71,63%) - Perguruan Tinggi: 85 org (39,53%) - SMA/Aliyah: 48 org (22,32%) - Akademi/diploma: 20 org (9,3%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 39.53% 9.30% 0.46% 20.46% 1.39% 0.46% 3.25% 18.14% 28.37% Pekerjaan, menginginkan berbunga sebanyak 155 org (72,09%) - Karyawan swasta: 61 org (28,37%) - Pelajar/mahasiswa: 39 org (18,14%) - PNS/TNI/POLRI: 44 org (20,46%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Pedagang informal: 1 org (0,46%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 9.30% 1.39% 10.23% 6.04% Kesesuaian penempatan utilitas yang diinginkan Umur, menginginkan ditanam dibawah pedestrian sebanyak 137 org (63,72%) - 20 tahun: 13 org (6,04%) - 21-30 tahun: 79 org (36,74%) - 31-40 tahun: 22 org (10,23%) - 41-50 tahun: 20 org (9,30%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) 36.74% 6.97% 1.39% 9.76% 8.84% Bentuk fasilitas pengaman yang diinginkan Umur, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - 20 tahun: 19 org (8,84%) - 21-30 tahun: 74 org (34,41%) - 31-40 tahun: 21 org (9,76%) - 41-50 tahun: 15 org (6,97%) - 51 tahun: 3 org ( 1,39%) 34.41% 22.32% 33.48% Pendidikan, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - Perguruan Tinggi: 72 org (33,48%) - SMA/Aliyah: 48 org (22,32%) - Akademi/diploma: 12 org (5,58%) 5.58%

57 15.81% 0.46% 3.25% 18.60% Pekerjaan, menginginkan ada pembatas bagi jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki sebanyak 132 org (61,39%) - Karyawan swasta: 40 org (18,60%) - Pelajar/mahasiswa: 50 org (23,25%) - PNS/TNI/POLRI: 34 org (15,81%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Tdk bekerja:1 org (0,46%) 23.25% 15.81% 6.04% 0.46% Saran untuk kebersihan Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 128 org (59,53%) - Perguruan Tinggi: 80 org (37,20%) - SMA/Aliyah: 34 org (15,81%) - Akademi/diploma: 13 org (6,04%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 37.20% 2.32% 0.46% 16.27% 23.25% Saran untuk keamanan Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 138 org (64,18%) - Karyawan swasta: 50 org (23,25%) - Pelajar/mahasiswa: 47 org (21,86%) - PNS/TNI/POLRI: 35 org (16,27%) - Wiraswasta: 5 org (2,32%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 21.86% 10.69% Saran untuk kelengkapan street furniture Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 142 org (66,04%) - Perguruan Tinggi: 83 org (46,51%) - SMA/Aliyah: 44 org (34,41%) - Akademi/diploma: 15 org (10,69%) 46.51% 34.41% 20.00% 0.46% 3.72% 23.72% Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 1423org (66,51%) - Karyawan swasta: 51 org (23,72%) - Pelajar/mahasiswa: 40 org (18,60%) - PNS/TNI/POLRI: 43 org (20,00%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 18.60% 5.11% 1.86% 8.37% 3.25% Saran untuk kenyamanan paving Umur, memberikan saran kurang sebanyak 101 org (46,97%) - 20 tahun: 7 org (3,25%) - 21-30 tahun: 61 org (28,37%) - 31-40 tahun: 18 org (8,37%) - 41-50 tahun: 11 org (5,11%) - 51 tahun: 4 org (1,86%) 28.37% 13.95% Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 101 org (46,97%) - Perguruan Tinggi: 65 org (30,23%) - SMA/Aliyah: 30 org (13,95%) - Akademi/diploma: 6 org (2,79%) 2.79% 30.23% 8.83% 11.63% 1.39% 4.18% 32.56% Saran untuk pengganggu kenyamanan Umur, memberikan saran kurang sebanyak 126 org (58,60%) - 20 tahun: 9 org (4,18%) - 21-30 tahun: 70 org (32,56%) - 31-40 tahun: 25 org (11,63%) - 41-50 tahun: 19 org (8,83%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) 17.67% Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 126 org (58,60%) - Perguruan Tinggi: 76 org (35,34%) - SMA/Aliyah: 38 org (17,67%) - Akademi/diploma: 12 org (5,58%) 35.34% 5.58%

6.04% 1.39% 10.23% 8.83% 32.09% 58 19.07% 18.14% Saran untuk tata letak penempatan elemen jalan Pendidikan, memberikan saran baik sebanyak 94 org (43,72%) - Perguruan Tinggi: 39 org (18,14%) - SMA/Aliyah: 41 org (19,07%) - Akademi/diploma: 13 org (6,04%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 6.04% 0.46% 2 KLIMATIK 6.97% 3.25% 10.69% 5.58% Saran untuk iklim mikro Umur, memberikan saran kurang sebanyak 139 org (64,65%) - 20 tahun: 12 org (5,58%) - 21-30 tahun: 82 org (38,14%) - 31-40 tahun: 23 org (10,69%) - 41-50 tahun: 15 org (6,97%) - 51 tahun: 7 org (3,25%) 38.14% 19.07% 0.46% 2.79% 22.32% Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 139 org (64,65%) - Karyawan swasta: 48 org (22,32%) - Pelajar/mahasiswa: 43 org (20%) - PNS/TNI/POLRI: 41 org (19,07%) - Wiraswasta: 6 org (2,79%) - Tdk bekerja: 1 org (0,46%) 20% 7.90% 2.32% 13.48% 7.44% Saran untuk polusi/kualitas udara Umur, memberikan saran kurang sebanyak 151 org (70,23%) - 20 tahun: 16 org (7,44%) - 21-30 tahun: 84 org (39,07%) - 31-40 tahun: 29 org (13,48%) - 41-50 tahun: 17 org (7,90%) - 51 tahun: 5 org (2,32%) 39.07% 20.46% 3.72% 1.39% 24.65% Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 151 org (70,23%) - Karyawan swasta: 53 org (24,65%) - Pelajar/mahasiswa: 43 org (20,00%) - PNS/TNI/POLRI: 44 org (20,46%) - Wiraswasta: 8 org (3,72%) - Tdk bekerja: 3 org (1,39%) 20.00% 3 VISUAL 2.32% Pola perkerasan yang diinginkan Umur menginginkan berpola sebanyak 126 org (58,60%) Pendidikan, menginginkan berpola sebanyak 125 org (58,14%) - 20 tahun: 19 org (8,83%) - 21-30 tahun: 69 org (32,09%) - 31-40 tahun: 22 org (10,23%) - 41-50 tahun: 13 org (6,04%) - 51 tahun: 3 org (1,39%) - Perguruan Tinggi: 71 org (33,02%) - SMA/Aliyah: 49 org (22,79%) - Akademi/diploma: 5 org (2,32%) 22.79% 33.02% 16.74% 0.93% 3.25% 13.48% Pekerjaan, menginginkan berpola sebanyak 125 org (58,14%) - Karyawan swasta: 29 org (13,48%) - Pelajar/mahasiswa: 51 org (23,72%) - PNS/TNI/POLRI: 36 org (16,74%) - Wiraswasta: 7 org (3,25%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 23.72%

59 4.65% 0.93% 6.04% 6.51% Warna perkerasan yang diinginkan Umur, menginginkan berwarna lebih sederhana sebanyak 87 org (40,46%) - 20 tahun: 14 org (6,51%) - 21-30 tahun: 48 org (22,32%) - 31-40 tahun: 13 org (6,04%) - 41-50 tahun: 10 org (4,65%) - 51 tahun: 2 org ( 0,93%) 22.32% 20.93% Saran untuk gangguan yang merusak pemandangan Pendidikan, memberikan saran kurang sebanyak 141 org (65,58%) - Perguruan Tinggi: 80 org (37,20%) - SMA/Aliyah: 45 org (20,93%) - Akademi/diploma: 15 org (6,97%) - Tdk sekolah: 1 org (0,46%) 37.20% 6.97% 0.46% 19.53% 0.93% 4.65% 24.18% Pekerjaan, memberikan saran kurang sebanyak 142 org (66,04%) - Karyawan swasta: 52 org (24,18%) - Pelajar/mahasiswa: 36 org (16,74%) - PNS/TNI/POLRI: 42 org (19,53%) - Wiraswasta: 10 org (4,65%) - Tdk bekerja: 2 org (0,93%) 16.74% 4.4. Analisis Aspek Kenyamanan Kenyamanan dapat dibentuk melalui 3 hal, yaitu kenyamanan klimatik, kenyamanan fisik dan kenyamanan visual. Kenyamanan klimatik berhubungan dengan kesesuaian faktor-faktor iklim mikro terkait dengan yang dirasakan oleh manusia, yaitu radiasi matahari, temperatur udara, angin dan kelembaban. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan kesesuaian bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian, papan reklame dan infrastruktur lainnya. Sedangkan kenyamanan visual dihubungkan dengan kesesuaian pemandangan yang ditangkap oleh mata pengamat terhadap lingkungannya melalui persepsi. Ketiga bentuk kenyamanan di atas pada suatu lingkungan tidak dapat terbentuk secara spontan, melainkan merupakan interaksi antara objek-objek dalam lanskap dan elemen klimatik. Apabila terbentuk keselarasan dan keseimbangan antara-antara faktor-faktor tersebut, maka kenyamanan lingkungan dapat terciptakan. 4.4.1. Kenyamanan Klimatik Kenyamanan klimatik berkaitan erat dengan kondisi iklim mikro tapak. Kondisi iklim mikro yang tidak nyaman, sangat mengganggu kenyamanan pengguna dalam beraktivitas sekaligus apresiasi yang ditunjukkannya pada tapak.

60 Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, sepanjang tahun 2008 suhu di wilayah Jakarta Pusat berkisar antara 25,56 O C-30,3 O C dengan kelembaban berkisar antara 62,4%-81,35%. Data mengenai kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat selama tahun 2008, disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat, bulan Januari-Oktober 2008. No. Kondisi Bio-Fisik Tahun 2008 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Min Maks Ratarata 1 Suhu ( O C) 27.78 25.56 27.28 28.47 27.42 27.68 29.21 27.88 29.34 30.30 25.56 30.30 28.09 2 Kelembaban (%) 71.81 81.35 72.36 70.91 70.13 63.79 63.82 74.58 63.24 62.40 62.40 81.35 69.44 3 Kecepatan Angin (m/s) 1.08 1.42 0.94 0.73 0.71 0.48 0.82 1.63 0.50 0.38 0.38 1.63 0.87 4 Konsentrasi PM 10 (µg/m 3 ) 55.45 44.03 52.43 71.55 81.00 79.31 144.88 100.95 101.03 83.24 44.03 144.88 81.39 Sumber: BMKG, 2008 lokasi stasiun klimatik BMKG berada di Kemayoran, Jakarta Pusat; metode pengukuran dilakukan harian, dengan interval pengukuran tiap 30 menit. Berdasarkan tabel di atas, secara umum suhu dan kelembaban di wilayah Jakarta Pusat beragam antar bulannya. Menurut Laurie (1986), standar kelembaban bagi kenyamanan manusia dalam beraktivitas berkisar antara 40% - 70%, dengan temperatur antara 15 O C 27 O C. Pada daerah tropis kondisi kenyamanan relatif yang dirasakan manusia bila berada pada suhu 27 O C 28 O C (Laurie, 1986). Meskipun demikian, pada bulan-bulan kering (Juli-Oktober) kondisi suhu akan meningkat dan cenderung panas. Data yang diambil oleh BMKG tersebut, merupakan data harian dengan interval pengamatan tiap 30 menit. Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat kenyamanan klimatik berdasarkan kondisi suhu dan kelembaban udara di wilayah Jakarta Pusat ini, maka dilakukan analisis mengenai indeks suhu dan kelembaban atau THI seperti pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Indeks suhu dan kelembaban (THI) wilayah Jakarta Pusat Tahun 2008. No. 1 Kondisi Bio-Fisik Temperature Humidity Index (THI) Tahun 2008 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt 26.21 24.61 25.77 26.81 25.78 25.68 27.10 26.46 27.18 28.02

61 Analisis nilai Temperature Humidity Index (THI) pada tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2008 kondisi klimatik di wilayah Jakarta Pusat pada bulan Pebruari, Maret, Mei dan Juni masih dalam kondisi nyaman, nilai THI berkisar antara 24,61-25,78. Menurut Mulyana et al. dalam Tursilowati (2007), kondisi klimatik yang nyaman bagi pengguna ruang dalam beraktivitas berada pada kisaran nilai THI antara 20 hingga 26. Sedangkan pada bulan Januari, April, Juli, Agustus, September dan Oktober tahun 2008, kondisi kenyamanan udara sudah melampaui batas nyaman (THI > 26). Selain itu, nilai PM 10 (floating dust) pada Tabel 8, masih berada dibawah ambang batas yang ditentukan yaitu 150 µg/nm 3 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 1999), meskipun demikian perlu diperhatikan pula untuk bulan-bulan kering antara bulan April hingga September, konsentrasi PM 10 cenderung tinggi dibandingkan bulan-bulan basah, sehingga diperlukan usaha-usaha untuk mereduksi dampak dari pencemaran udara ini. Kaitannya dengan hal tersebut, menurut Carpenter et al. (1975), tanaman memiliki fungsi kontrol polusi (debu, suara dan asap). Karakteristik tanaman yang memiliki fungsi sebagai penjerap debu adalah permukaan daun yang berbulu, kasar atau memiliki lapisan lilin, karakteristik ini ditunjang massa daun yang rapat dan lebat. Beberapa jenis tanaman tersebut antara lain: Kidamar (Agathis alba), Bunga kupu-kupu. (Bauhinia spp), Kasia (Cassia spp.), Flamboyan (Delonix regia), Ketapang (Terminalia catappa), Kihujan (Samanea saman). Untuk membandingkan antara pengukuran kondisi klimatik BMKG dengan kondisi faktual pada lokasi studi, maka dilakukan pengukuran lapang mengenai suhu dan kelembaban relatif menggunakan alat ukur thermo-hygro digital, pada tanggal 23 Juni 2008, dengan mengambil interval waktu pengukuran: pagi (pukul 08.00-11.00), siang (pukul 11.00-14.00), sore (pukul 14.00-16.00) dan malam (pukul 19.00-20.00). Sampel pengukuran suhu dan kelembaban relatif (RH) pada lokasi studi dilakukan pada 32 titik pengamatan, dengan jarak tiap titik ± 200 meter pada sisi sebelah Timur pedestrian jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Selengkapnya data disajikan pada Tabel 10 di bawah ini.

62 DATA LAPANG Tabel 10 Perbandingan hasil pengamatan suhu dan kelembaban relatif pada lokasi studi WAKTU PENGAMBILAN DATA PAGI SIANG SORE MALAM (08.00-11.00 WIB) (11.00-14.00 WIB) (14.00-16.00 WIB) (19.00-20.00 WIB) Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Min. Maks. Rata-rata Ratarata Harian Pengukuran Sendiri *) Suhu ( O C) 29.7 35.2 31.9 33 36.2 34.8 33.9 36.3 35.1 30.7 35.5 32 33.4 Kelembaban Relatif/RH (%) 38 58 50.2 36 44 38.8 37 44 40.6 39 53 48.9 44.6 THI 26.0 32.2 28.7 28.8 32.1 30.5 29.6 32.2 30.9 27.0 32.2 28.7 29.7 BMKG **) Suhu ( O C) 26.09 30.45 28.38 31.66 32.71 32.26 31.7 32.62 31.94 27.8 28.28 28.03 27.98 Kelembaban Relatif/RH (%) 45.35 74.09 61.37 39.03 40.62 39.56 39.38 43.68 40.58 61.13 65.93 64.41 64.79 THI 23.2 28.9 26.2 27.8 28.8 28.4 27.9 28.9 28.1 25.6 26.4 26.0 26.0 *) **) periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran pedestrian Jl. M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. periode tanggal 23 Juni 2008; lokasi pengukuran Kemayoran, Jakarta Pusat; metode pengukuran dilakukan harian, dengan interval pengukuran tiap 30 menit. Berdasarkan tabel di atas terdapat perbedaan antara hasil pengukuran sendiri dengan data yang diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Berdasarkan pengukuran lapang terhadap suhu dan kelembaban relatif (RH) pada lokasi studi menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 31,9 O C hingga 35,1 O C, sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata berkisar antara 38,8% hingga 50,2%. Sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa suhu rata-rata berkisar antara 28,03 O C hingga 32,26 O C, sedangkan kelembaban relatif (RH) rata-rata berkisar antara 40,58% hingga 64,41%. Pada pengukuran sendiri, kondisi klimatik rata-rata harian, yaitu nilai THI telah melampaui batas ambang kenyamanan (THI > 26), sedangkan data dari BMKG menunjukkan bahwa pada wilayah Jakarta Pusat (Kemayoran), kondisi klimatik masih berada pada kondisi yang nyaman (THI=26). Perbedaan ini dapat dimaklumi bahwa terdapat perbedaan dalam metode pengambilan data, terutama dalam interval waktu dan lokasi pengukuran. Interval waktu yang digunakan pada pengukuran sendiri lebih difokuskan pada waktu-waktu saat intensitas penggunaan ruang pada tingkat tinggi dan/ atau sangat tinggi, hal ini dihubungkan dengan kenyamanan termal lokasi studi

63 terhadap aktivitas pengguna ruang. Sedangkan interval waktu yang digunakan oleh BMKG lebih difokuskan untuk memperoleh data berdasarkan rata-rata harian. Pada daerah tropis, suhu bumi tertinggi biasanya terjadi pada pukul 13.30 15.00 dan suhu bumi terendah terjadi pada pukul 04.30 05.30. Tetapi data yang dihasilkan melalui pengukuran sendiri dengan data hasil BMKG tetap akan secara signifikan berbeda antar interval waktu. Perbedaan antar lokasi pengamatan juga sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran sendiri mengambil lokasi di sepanjang jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta Pusat, dengan mengambil 32 titik sampel pengukuran (sesuai lokasi studi). Karakteristik tapak yang dipengaruhi oleh lanskap jalan dan intensitas penggunaan ruang di sekelilingnya yang berupa CBD (Central Bussiness District) akan sangat berbeda dengan lokasi pengamatan BMKG di sekitar daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, terutama iklim mikro yang terbentuk antara kedua lokasi tersebut. Berdasarkan data pengukuran sendiri terhadap kondisi klimatik lokasi studi, maka dapat dilihat bahwa pada kondisi puncak lingkungan yaitu pada pukul 11.00-14.00 WIB, suhu dan kelembaban wilayah ini telah melampaui batas kenyamanan lingkungan untuk manusia beraktivitas di dalamnya (Tabel 10). Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk memodifikasi ketidak-nyamanan tersebut dengan memperbaiki lingkungan mikro tapak, terutama pada lokasi studi. Meskipun faktor klimatik merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kenyamanan ruang, ternyata secara perseptual hal ini tidak mendapatkan perhatian dari responden (Tabel 4), yang ditunjukkan oleh nilai Chi- Square > 0,05. Secara preferensi responden, faktor klimatik mendapatkan apresiasi yang tinggi (Tabel 6 dan 7), yang ditunjukkan oleh nilai Chi-Square < 0,05. Secara umum, responden menilai bahwa kondisi iklim mikro dan kualitas udara/polusi pada lokasi studi masih kurang, responden menginginkan adanya perbaikan-perbaikan terhadap kondisi tersebut. Pembentukan iklim mikro yang nyaman bagi pengguna tapak tidak dapat dilakukan secara menyeluruh. Hal ini disebabkan bahwa tata ruang di kawasan ini telah terbentuk, untuk merubahnya maka akan merubah kebijakan tata ruang secara keseluruhan pada kawasan ini, sehingga hal ini sangat sulit dilakukan. Hal yang bisa dilakukan adalah

64 membentuk lingkungann mikro pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman nyaman untuk aktivitas berjalan kaki. Kenyamanan berjalan kaki diarahkan supaya pengguna mendapatkan efek naungan atau bayangan sehingga terlindungi dari sinar matahari dan hujan. Efek naungan atau bayangann dapat terbentuk melalui struktur fisik seperti bangunan atau fasilitass lainnya (misalnya kanopi) atau melalui tajuk tanaman. Penempatan fasilitas atau penanaman tanaman tersebut diarahkan untuk tidak mengganggu mobilisasi pengguna tapak di dalam ruang. Usaha lain yang bisa dilakukan adalah dengan pembatasan volume kendaraan, car free day atau usaha lain yang berfungsi untuk membatasi jumlah gas buang kendaraan pada lokasi studi dan mereduksi dampak negatif yang ditimbulkannya. Pedestrian pada Jalan M. H. Thamrin Jend. Sudirman diharapkan sebagai bagian terintegrasi pada program peningkatan kualitas pelayanan perkotaan lainnya. Saat ini pengguna kendaraan pribadi lebih diutamakan, sedangkan pejalan kaki mendapatkan ruang yang kecil proporsinya dibandingkan dengann jalan dan ruang parkir. Kecenderungan ini diperparah dengan tidak adanya koneksitas antar kavling, tiap-tiap kavling terlihat berdiri sendiri tidak sebagai sebuah kesatuan ruang kota. Pada beberapa titik lanskap pedestrian, efek bayangan yang ditimbulkan oleh gedung-gedung tinggi tersebut dan lebar pedestrian yang lebar akan mendukung kenyamanan pedestrian tersebut bagi pengguna ruang, seperti pedestrian di depan gedung BPPT, Jalan M.H. Thamrin (Gambar 14). Gambar 14 Pemandangan pedestrian depan Gedung BPPT, Jalan M.H.. Thamrin.

65 4.4.2. Kenyamanan Fisik/Fungsi Sesuai dengan karakteristiknya, kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman merupakan kawasan CBD (Central Bussiness District) dengan aktivitas pengguna tapak yang sangat tinggi. Aktivitas ini hendaknya disertai dengan pembangunan infrastruktur yang lengkap dan baik, sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan pengguna tapak dalam beraktivitas. Salah satu fasilitas yang penting adalah pedestrian, karena fasilitas ini berfungsi sebagai penghubung antar titik-titik pada lokasi ini. Sesuai dengan fungsinya tersebut, maka seharusnya pembangunan pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman mampu memberikan kenyamanan, baik kenyamanan fisik maupun kanyamanan visual. Berdasarkan pengamatan di lapang, kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman sudah lebih baik, terutama setelah selesai dibangunnya program penataan pedestrian di kawasan jalan ini. Meskipun demikian, kondisi ini belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengguna tapak, terutama aspek kenyamanan. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih terbatasnya penggunaan pedestrian, terutama pada saat pengguna berpindah tempat di sepanjang kawasan ini. Pengguna tapak lebih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat daripada menggunakan pedestrian untuk berjalan kaki. Hal ini diduga disebabkan oleh kenyamanan fisik pedestrian itu sendiri (misalnya lebar pedestrian, bahan perkerasan, disain paving dan lainnya) dan/ atau iklim mikro yang terbentuk di dalam ruang pedestrian. Kondisi lanskap yang telah terbangun sejak lama dan menjadi ruang yang masif, menyebabkan permasalahan yang kompleks apabila dilakukan perubahanperubahan di dalam lanskap Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini. Sebagai contoh yaitu penataan pedestrian pada kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman ini, pada beberapa titik ruang pedestrian yang terbentuk tidak optimal, baik secara fisik maupun visual. Permasalahan itu antara lain: lebar pedestrian yang sempit, penempatan struktur seperti jembatan penyeberangan orang (JPO), tiang-tiang lampu, bollard masih mengganggu pergerakan pengguna. Elemenelemen lain seperti papan-papan iklan, penunjuk jalan dan rambu lalu-lintas

66 kurang memperhatikan standar dimensi dan ketersediaan ruang. Hal ini dapat dilihat pada ruang pedestrian di depan gedung Bangkok Bank (Gambar 15). Gambar 15 Kondisi fisik ruang pedestrian yang tidak nyaman bagi pejalan kaki (Bangkok Bank). Kenyamanan fisik menjadi bahan pertimbangan yang signifikan bagi pengguna dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap lokasi studi. Hal ini dapat diamati bahwa pada studi ini, faktor-faktor fisik sangat mempengaruhi apresiasi responden dalam menjawab kuisioner yang ditanyakan. Hal ini diduga karena faktor-faktor fisik berkaitan erat dan langsung dengan kepentingan responden dalam beraktivitas, terutama dalam hal bermobilisasi. Karakteristik jenis pekerjaan responden memiliki keterkaitan yang erat dalam mengapresiasikan persepsi dan preferensinya terhadap kondisi fisik tapak. Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka mencapai titik-titik atau ruang-ruang (masuk-keluar gedung) di dalam lanskap kawasan Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman. Selain itu, materi-materi kuisioner yang berkaitan dengan badan pedestrian (seperti bahan, pola dan warna perkerasan), tanaman, kondisi dan ketersediaan fasilitas/infrastruktur jalan (site furniture), keamanan dan kebersihan, berkaitan erat dengan apresiasi responden, seperti yang ditunjukkan data-data pada Tabel 4, 5, 6 dan 7. Penataan ruang pedestrian dalam rangka membangun lanskap yang nyaman, harus memperhatikan berbagai aspek, tidak hanya kepentingan pejalan kaki, tetapi juga kenyamanan pengguna jalan dan pemilik bangunan di sepanjang Jalan M.H.

67 Thamrin-Jend. Sudirman. Menambah, mengurangi atau memindahkan elemenelemen fisik pada lanskap ini perlu mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas tersebut. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efektifitas fungsi fisik ruang pedestrian antara lain dengan mengurangi fasilitas/struktur yang mengganggu pergerakan pejalan kaki (seperti tiang-tiang kabel) untuk ditanam di bawah tanah, JPO yang telah ada diganti dengan jalur underpass, memindahkan konsentrasi massa (terutama pada saat masuk dan keluar kantor) untuk mengurai kemacetan yang mungkin timbul misalnya dengan memindahkan halte dan menertibkan angkutan umum. Untuk memodifikasi ikim mikro pada tapak dapat dilakukan dengan menambahkan efek naungan, seperti membangun shelter dan/atau dengan tajuk tanaman. Sedangkan fasilitas-fasilitas seperti papan informasi, papan penunjuk jalan, rambu-rambu lalu lintas dan papan iklan harus memperhatikan kenyamanan sudut pandang mata pengguna dan tidak mengganggu pemandangan. Selain itu diperhatikan pula penempatan, ketersediaan ruang serta dimensi dari fasilitas tersebut. 4.4.3. Kenyamanan Visual Lanskap Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman sejak dibangun hingga perkembangannya, termasuk ke dalam bentuk lanskap perkotaan yaitu lanskap yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, terletak di daerah perkotaan dan didominasi oleh struktur dan budaya manusia. Struktur tersebut berupa fasilitasfasilitas yang mendukung fungsi sosial - ekonomi, seperti bangunan-bangunan gedung tinggi dan pedestrian, sebagai tempat mobilisasi. Sebagai sebuah lanskap perkotaan, fasilitas-fasilitas tersebut harus memiliki nilai estetika yang tinggi. Nilai estetika yang tinggi akan menjamin kenyamanan vsiaul bagi pengguna yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, pada studi ini aspek kenyamanan visual menjadi salah satu pertimbangan di dalam membentuk kenyamanan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Jumlah responden dalam studi kualitas visual/estetika ini adalah 59 orang yang terdiri atas mahasiswa program studi arsitektur lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) sebanyak 45 orang dan mahasiswa program studi arsitektur lansekap Universitas Trisakti sebanyak 14

68 orang. Responden yang dipilih merupakan mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir (semester VI dan/atau lebih). Responden terdiri atas mahasiswa semester VI yaitu sebanyak 41 orang (69,5 %) dan mahasiswa semester VIII sebanyak 18 orang (30,5 %). Maksud dan tujuan dipilihnya responden terbatas pada mahasiswa jurusan arsitektur lanskap tingkat akhir adalah responden memiliki pemahaman mengenai fungsi dan estetika lanskap yang lebih dalam dan relatif seragam, sehingga diharapkan bentuk apresiasi yang diberikan pada studi ini lebih tepat dan lengkap dalam mencapai tujuan studi ini. Gambar 16 memperlihatkan keindahan pemandangan pada setiap titik pengamatan di lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Adanya keragaman nilai SBE yang diperoleh memperlihatkan adanya perbedaan preferensi responden terhadap keindahan pada masing-masing lanskap di dalam lanskap ini. Hasil di bawah memperlihatkan bahwa kualitas estetika lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman sangat beragam. Beberapa lanskap terlihat sangat indah, namun banyak juga lanskap yang kurang menarik, kurang terpelihara dan tidak nyaman secara visual. Lanskap yang memiliki nilai SBE paling tinggi menggambarkan kualitas estetika tinggi dan paling disukai, demikian pula sebaliknya. Lanskap yang tidak disukai atau paling tidak indah, dalam hal ini diindikasikan dengan nilai SBE yang rendah pula. Skor S B E 100 75 50 25 0-25 -50 32.8 84.1 29.2 69.0 66.5 56.0 61.0-43.1 98.8 65.3 33.9 74.0-40.6 79.4 40.843.6 46.8 37.7 94.3 54.3 48.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50-8.5-14.2-18.7-18.7-26.6-25.3 40.1 98.5 29.7 82.8 46.2 92.3 33.3-0.1 51.6 86.8 25.7 18.9 64.2 77.3 50.651.1 78.1 50.7 0.0 44.9 35.7-62.3-75 -76.2-100 Titik-Titik Pengamatan Pada Lanskap Pedestrian Jl. MH. Thamrin - Jend. Sudirman, Jakarta Pusat Gambar 16 Pendugaan nilai keindahan pemandangan (SBE) pada lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin Jend. Sudirman, Jakarta. Lanskap 14 mempunyai nilai SBE tertinggi yaitu sebesar 98,8 jika dibandingkan dengan lanskap lainnya. Nilai SBE terendah dimiliki oleh lanskap

69 12 dengan nilai sebessar -76,2. Tingginya nilai SBE lanskap 144 mungkin d disebabkan oleh o karakteeristik lanskaap tersebut, yaitu tatanann yang rapi dari pohon p pedestrian y yang mulai tiinggi dan lebbar dari peddestrian yangg cukup lebaar sehingga m memberikan n kesan luaas terhadapp ruang terrsebut. Lansskap ini memberikan m p pemandanga an efek visuual berupa bayangan gedung g Plazza ABDA dan d secara ruang yangg nyaman daan teduh, seerta konfigu s struktural memberikan m urasi taman d depan gedu ung yang menunjang keindahan pemandangan penggu una ruang ( (Gambar 17)). Dapat mem mberikan stiimulus kepada penggunaa ruang untu uk bergerak l leluasa dan pandangan yang luas sserta menyeeluruh, di teengah-tengahh dinamika b bangunan-ba angunan berrtingkat tingggi yang ada di d sekitarnyaa. G Gambar 17 Pemandanggan-pemandaangan lansk kap pedestriaan yang mem miliki nilai SBE tertingggi.

70 Lanskap dengan nilai SBE tertinggi memiliki karakteristik ruang yang hampir sama. Badan pedestrian yang lebar merupakan pertimbangan utama responden di dalam memilih lanskap yang memiliki nilai estetika tinggi. Kemudahan dan keleluasaan bergerak di dalam ruang pedestrian akan memberikan kenyamanan mobilisasi, baik bergerak santai atau cepat tanpa mengganggu pergerakan pengguna lainnya. Selain itu, modifikasinya dengan elemen tanaman yang ditanam secara baik, teratur dan terpelihara memberikan efek visual yang tinggi. Faktor lain adalah efek keteduhan pada lanskap tersebut, keteduhan dapat muncul melalui struktur bangunan dan/atau tajuk pohon. Keteduhan secara tidak langsung mempengaruhi psikologi dan fisik pengguna terhadap iklim mikro tapak. Sebaliknya, rendahnya nilai SBE lanskap 12 (nilai SBE sebesar -76,2) mungkin disebabkan oleh penanaman tanaman estetika yang terdapat di bak tanaman yang tidak terawat dan tumbuh baik (Gambar 18). Selain itu, lebar pedestrian yang terlalu sempit, menyebabkan pergerakan pengguna ruang menjadi tidak leluasa dan memberikan efek tidak nyaman sewaktu berjalan melewati titik ini. Pedestrian ini juga berbatasan dengan pagar dari lahan kosong yang tidak terawat, terlihat tanaman pagar tersebut terkesan tumbuh liar, sehingga secara visual tidak menunjang kenyamanan pemandangan. Hasil perhitungan kualitas estetika (SBE) yang telah dilakukan dikelompokan kedalam 3 kategori kualitas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan dilakukan dengan metode kuartil. Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi segugus pengamatan menjadi 4 (empat bagian) yang sama besar, yaitu masing-masing 25% (Walpole, 1988). Pada studi ini, yang dimaksud gugus adalah nilai SBE seluruh lanskap yang diurutkan dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Kualitas tinggi adalah 25% gugus nilai SBE tertinggi, sedangkan kualitas rendah adalah 25% gugus nilai SBE terendah. Kualitas sedang adalah 50% gugus yang mempunyai nilai di antara kedua kualitas tersebut sebelumnya. Tetapi dalam studi ini, untuk meningkatkan selang kualitas estetika, maka pengelompokan pada kualitas sedang diubah, yaitu 50% gugus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 25% untuk gugus tertinggi dan 25% untuk gugus terendah. Untuk 25% gugus tertinggi dikelompokkan pada kualitas sedang, sedangkan 25% gugus

71 t terendah dikkelompokkann pada kualitas rendah. Lebih jelassnya dapat dilihat d pada T Tabel 11 dan n Gambar 199 di bawah. G Gambar 18 Pemandanggan-pemandaangan lansk kap pedestriaan yang mem miliki nilai SBE terenddah. Berdaasarkan fakto or persepsi ddan preferenssi respondenn terhadap keenyamanan v visual, mem mandang peerlunya peniingkatan daalam hal dissain, pola dan d warna p perkerasan paving pedeestrian saat ini. Secaraa umum, diisain, pola dan warna p perkerasan t tersebut terllihat monotoon pada tapaak sehinggaa diduga meenimbulkan k kebosanan t terhadap peemandangann yang ditim mbulkan. Oleh O karena itu, perlu a adanya variaasi disain daan pola perkkerasan padaa jarak terteentu, sehinggga terdapat k keragaman p pemandanga an, misalnyaa setiap 200 meter. m Selaiin itu, pemiliihan warna

72 perkerasan dipilih warna-warna yang tidak memantulkan sinar sehingga tidak menyilaukan mata pengguna. Tabel 11 Hasil pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika Kualitas Estetika Rendah Interval Nilai SBE Sedang 11.3-55.0 LANSKAP KE - -76.2 - -32.5 1 ; 11 ; 12 ; 18-32.5-11.3 2 ; 7 ; 13 ; 27 ; 35 ; 36 ; 47 ; 48 3 ; 5 ; 16 ; 20 ; 21 ; 22 ; 23 ; 25 ; 26 ; 28 ; 30 ; 32 ; 34 ; 37 ; 39 ; 40 ; 43 ; 44 ; 46 ; 49 ; 50 Prosentase ( % ) 24 42 Tinggi 55.0-98.8 4 ; 6 ; 8 ; 9 ; 10 ; 14; 15; 17 ; 19 ; 24 ; 29 ; 31 ; 33 ; 38 ; 41 ; 42 ; 45 34 100 Nilai S B E 80 60 40 20 0-20 -40-60 -80 Rendah Sedang Tinggi Titik-titik Pengamatan pada Lanskap Pedestrian Jl. M.H. Thamrin - Jend. Sudirman Gambar 19 Pembagian pengelompokan nilai SBE berdasarkan kualitas estetika. 4.5. Analisis Integratif dan Rekomendasi Apabila diamati pada data-data persepsi dan preferensi di atas, maka akan ditemukan inkonsistensi data, baik dalam aspek persepsi, preferensi maupun hubungan antar keduanya. Misalnya pada aspek persepsi akan kebersihan dan fasilitas tempat sampah, kategori uji yang berkaitan dengan kebersihan adalah faktor pendidikan, sedangkan kategori yang berkaitan dengan fasilitas tempah sampah adalah faktor pekerjaan responden. Contoh lain yaitu, pada aspek preferensi kesesuaian peletakkan utilitas, saran untuk street furniture dan saran untuk informasi penunjuk jalan. Pada tabel preferensi, kesesuaian peletakan utilitas kategori yang berkaitan yaitu faktor umur, saran untuk street furniture kategori yang berkaitan adalah faktor pendidikan dan pekerjaan, sedangkan saran untuk informasi penunjuk jalan tidak ada kategori yang berkaitan.

73 Inkonsistensi data ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, diduga disebabkan oleh faktor psikologi responden pada saat mengisi kuisioner yang dibagikan. Faktor konsentrasi yang tidak terjaga sepanjang waktu mengisi kuisioner yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan, tergesa-gesa dan lainnya menyebabkan kuisioner diisi seadanya. Kedua, adalah faktor kurangnya pengetahuan, wawasan dan pemahaman responden mengenai konsep pedestrian yang baik. Kurang atau tidak adanya referensi pedestrian yang baik, yang dibangun atau pernah dilalui oleh responden, sehingga tidak ada tolak ukur yang menjadi pegangan responden selama mengisi kuisioner. Faktor ketiga yaitu keberagaman latar belakang (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) responden. Keberagaman tersebut menyebabkan pola pikir antar responden menjadi tidak sama, karena tidak ada dasar pemahaman yang sama. Sehingga pada saat mengisi kuisioner hanya didasarkan menurut pola pikir masing-masing responden. Faktor terakhir yaitu intensitas dan durasi (lama) interaksi responden dengan lokasi studi, meskipun responden sering atau bahkan bekerja di perkantoran sepanjang lokasi studi, pemahaman pada tapak atau feel of the land masih rendah. Durasi (lama) responden berinteraksi dengan pedestrian hanya pada saat masuk dan keluar perkantoran, sedangkan pada saat berpindah titik tujuan, rata-rata memanfaatkan angkutan umum atau pribadi, jarang sekali pengguna ruang berpindah lokasi tujuan dengan berjalan kaki (dengan berbagai alasan), yang memungkinkan durasi interaksi dengan pedestrian menjadi lebih lama. Ketiadaan pemahaman pada tapak atau feel of the land yang mendalam menyebabkan apresiasi yang dituangkan dalam kuisioner menjadi tidak mendalam pula. Meskipun demikian, dari kedua aspek persepsi dan preferensi di atas, dapat dilihat bahwa kategori pekerjaan berpengaruh sangat besar pada saat responden memberikan apresiasi terhadap penelitian ini. Faktor-faktor yang berpengaruh langsung dengan kepentingan pekerjaan responden cenderung mempengaruhi persepsi dan preferensinya terhadap ruang pedestian Jalan M..H. Thamrin Jend. Sudirman. Oleh karena itu faktor ini menjadi salah satu perhatian penting didalam penyusunan perencanaan lanskap pedestrian yang nyaman.

74 Kenyamanan pada studi ini dibentuk oleh 3 aspek kenyamanan, yaitu secara fisik/fungsi, yaitu material dan bahan perkerasan pedestrian; klimatik, yaitu kondisi iklim mikro tapak; dan secara visual, yang dibentuk oleh kondisi dan suasana pemandangan (view) di sekitar lokasi studi. Kenyamanan fisik/fungsi sangat mempengaruhi pengguna ruang (user) terutama dalam kaitannya dengan kelancaran, kemudahan serta aksessibilitas pengguna ruang terhadap pekerjaannya (masuk-keluar kantor dan berpindah lokasi). Pengguna ruang memandang serta menginginkan perkerasan pedestrian yang tidak mengganggu aktivitas pekerjaannya. Sedangkan faktor-faktor kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture) serta utilitas yang menyertainya sedapat mungkin mempermudah pergerakan pengguna di dalam ruang pedestrian. Kenyamanan klimatik berkaitan erat dengan perasaan tentang sejuk atau panas pada suatu lokasi. Pengguna cenderung memilih titik atau lokasi yang memberikan keteduhan selama berakfitas atau bermobilisasi pada ruang pedestrian. Modifikasi iklim mikro dapat dilakukan dengan membangun shelter atau menanam pohon sehingga menimbulkan naungan di bawahnya. Naungan ini akan menghalangi penetrasian sinar matahari, sekaligus mengurangi panas permukaan yang diakibatkannya, sehingga terjadi penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara. Sedangkan kenyamanan visual lebih diprioritaskan pada pengguna ruang secara umum (masyarakat). Sebagai salah satu koridor jalan yang sangat penting di ibukota Jakarta, lanskap Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman hendaknya mencerminkan sebuah ruang yang humanis dan nyaman. Maksudnya adalah selain didominasi oleh bangunan-bangunan tinggi pencakar langit, hendaknya lanskap jalan (termasuk pedestrian) ini tetap memelihara keberpihakannya pada masyarakat umum sebagai sebuah ruang publik yang diciptakan melalui kualitas visualnya. Kualitas visual tidak hanya muncul dari bentuk fisik pedestriannya saja, tetapi juga merupakan satu kesatuan dengan elemen-elemen lanskap penunjang yaitu tanaman, kelengkapan dan perlengkapan jalan (street furniture) serta utilitas yang menyertainya.

75 Hubungan antara aspek kenyamanan fisik/fungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang ditunjukkan oleh matriks Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Hubungan antara aspek kenyamanan fisik/fungsi, klimatik, visual dengan persepsi dan preferensi pengguna ruang. Aspek Kenyamanan Elemen Lanskap Persepsi dan Preferensi Rekomendasi Perencanaan FISIK/FUNGSI Badan pedestrian Tanaman Papan reklame - Bahan perkerasan terlihat licin dan kurang memudahkan pergerakan. - Lebar pedestrian yang memadai. Kurang kombinasi antar jenis tanaman. Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Bahan perkerasan yang tidak licin dan memudahkan pergerakan pengguna tapak. - Lebar ideal pedestrian ± 6 meter. - Jenis tanaman yang ditanam hendaknya merupakan perpaduan antara pohon, perdu, semak, penutup tanah atau rumput. - Jenis-jenis pohon pelindung harus ada pada tapak. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. Fasilitas tempat duduk Fasilitas telepon umum Fasilitas kotak pos Fasilitas papan informasi Fasilitas tempat sampah Fasilitas street furniture lainnya Fasilitas penyandang cacat Jaringan utilitas lainnya Kurang memperhatikan struktur, dimensi dan penempatannya. - Perlu disediakan. - Perlu ditandai dengan bahan, warna dan disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. Masih terdapat jaringan utilitas yang mengganggu pergerakan. - Lebih memperhatikan jumlah dan peletakkannya, terutama pada pusat-pusat keramaian. - Perlu dibangun jalur pergerakan bagi penyandang cacat pada areal pedestrian. - Lebar jalur disesuaikan dengan lebar pedestrian. - Jalur ini dapat ditandai dengan bahan, warna atau disain perkerasan yang berbeda dengan jalur biasa. - Kabel listrik, telepon, gas dan air hendaknya ditanam.

76 KLIMATIK VISUAL Kebersihan dan keamanan Iklim mikro dan polusi/kualitas udara Badan pedestrian Tanaman Pengganggu kualitas visual Beberapa daerah masih belum terawat kondisi kebersihan dan keamanannya. - Suhu udara saat siang masih tidak nyaman. - Antisipasi terhadap polusi. - Pola perkerasan kaku. - Warna perkerasan mencolok dan memantulkan sinar matahari. - Perlu kombinasi dengan tanaman berbunga. - Penataan tanaman kurang baik. Pengaturan dan penataan infrastruktur/street furniture kurang rapi dan mengganggu pemandangan. - Lebih ditingkatkan kembali, terutama pada pusat-pusat keramaian. - Usaha-usaha peningkatan kebersihan dan keamanan, selain oleh pihak pemda, pemilik kavling, pengguna tapak dan masyarakat sekitar harus dilibatkan. - Memperbanyak efek teduh melalui naungan dan/atau bayangan, baik struktur dan tajuk tanaman. - Pembatasan jumlah kendaraan yang melintas. - Penetapan batas ambang emisi kendaraan. - Penanaman tanaman penyerap polusi. - Pola perkerasan diusahakan membentuk pola organik yang tidak kaku. - Warna perkerasan lebih sederhana dan tidak mencolok-memantulkan cahaya. - Jenis pohon yang dipilih adalah jenis pohon berbunga. - Ditata dan dipelihara lebih baik dan intensif. - Pengaturan dan penataan yang rapi, sehingga tidak menggangu pemandangan. Kombinasi ketiga kenyamanan tersebut di atas, merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Ketiadaan salah satunya akan memberikan dampak yang tidak baik terhadap kualitas ruang pedestrian secara keseluruhan. Ketidak-nyamanan fisik/klimatik akan menyebabkan terganggunya aktivitas pengguna ruang untuk mengakses tujuan di sekitar lanskap ini. Begitu juga dengan kurangnya kenyamanan visual, hal ini akan menyebabkan interaksi pengguna ruang dengan pedestrian akan rendah yang pada akhirnya apresiasi pengguna ruang terhadap

77 pedestrian ini menjadi tidak optimal (menjadi tidak peduli). Beberapa titik atau daerah yang perlu segera mendapat perhatian dalam rangka perbaikan fungsi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini. Bangkok Bank Lebar pedestrian yang sempit dan JPO yang mengganggu pergerakan. Rekomendasi: Perlu pertimbangan untuk menambah lebar pedestrian dan merelokasi fasilitas umum dan sosial di sekitarnya. Tanah kosong di dekat BEJ Pemandangan yang tidak nyaman dan terkesan tidak teraw at. Rekomendasi: Perlu penataan dan peraw atan yang lebih baik terhadap tanaman yang ada dan/atau introduksi tanaman yang lebih baik. Jembatan Dukuh Atas Iklim mikro yang tidak nyaman. Rekomendasi: Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. Etty Tow e r Iklim mikro yang tidak nyaman dan pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan, baik buatan atau tajuk tanaman. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman, untuk memperlembut pemandangan sekitarnya. Fly-over Semanggi Iklim mikro yang tidak nyaman; pemandangan sekitar yang terkesan tidak terpelihara; dan pedestrian yang kurang memadai. Rekomendasi: - Perlu adanya modifikasi iklim mikro melalui naungan. - Perlu keragaman pemandangan dengan mengintroduksi tanaman. - Perlu penataan kembali pedestrian di sekitarnya. Gambar 20 Beberapa titik yang perlu segera mendapat perhatian dalam perbaikan fungsi pedestrian. Penanaman tanaman, serta kombinasi konfigurasi antar jenis akan memberikan keragaman pemandangan, diantara dominasi pemandangan struktur serta bangunan lainnya di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Perpaduan antar jenis tanaman memberikan kesan alami di tengah-tengah bangunan-bangunan yang artifisial. Meskipun demikian, sebagai sebuah lanskap perkotaan dengan didominasi lanskap binaan maka seharusnya penempatan antar elemen harus disusun dengan rapi dan teratur sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Oleh karena itu, kenyamanan fisik/klimatik dan visual pada lanskap pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta harus dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menciptakan kenyamanan ruang yang baik.