BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN METODE MAL DI KELURAHAN RINGIN PUTIH KARANGDOWO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah AKI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

Correspondence : Siti Rochimatul Lailiyah.,S.SiT.,MKes.*)Jl. R.E. Martadinata Bangkalan, Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN KONTRASEPSI METODE AMENORHEA LAKTASI (MAL) DI DESA LEMINGGIR KECAMATAN MOJOSARI MOJOKERTO IRMAWATI

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologis (normal), sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Program KKB Kota Tegal Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

keselamatan ibu dan bayi. Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) perlu didukung upaya untuk mencapai universal coverage pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

INTISARI. Kata Kunci : Kontrasepsi Suntik, Produksi ASI, 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, 3 Puskesmas Perawatan Kelua Kabupaten Tabalong

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009). Keluarga Berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke 20 saat ini. Hampir 60 % pasangan usia subur di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar, dan lebih dari 120 juta wanita negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan. Pada awal tahun 2000, para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 234,1 juta Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) dalam menurunkan fertilitas pada periode 1997-2000 terus berlanjut. Saat ini banyak sekali jenis kontrasepsi yang ditawarkan di Indonesia diantaranya : Implant, IUD, Pil, Kondom, KB suntik. Pencapaian

peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada tahun 2009 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 6.483.189 yang terdiri atas peserta AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) sebanyak 445.718 (8,77%), peserta MOP (Medis Operasi Pria) dan peserta MOW (Medis Operasi Wanita) sebanyak 356.631 (7.02%), peserta implant sebanyak 448.018 (9.61%), peserta suntikan 2.834.891 (55,80%), peserta pil 868.239 (17,09%), peserta kondom sebanyak 87.083 (1,71%). Pencapaian tertinggi pada KB suntik (55,80%) dan pencapaian terendah pada kondom (1,71%) ( BKKBN Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan dan juga faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri (Hartanto, 2004 p.36). Metode Amenorea Laktasi (MAL) merupakan salah satu metode dalam mengatur pertumbuhan penduduk. MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun lainnya (Prawirohardjo,2006). Metode ini dapat diandalkan sebagai kontrasepsi sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, tetapi kapan ovulasi datang belum dapat ditentukan secara pasti. Menurut World Health Organization (WHO)

keefektifan MAL ini 98 % bagi ibu yang menyusui secara exklusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi setelah melahirkan. Menstruasi yang didapat setelah melahirkan waktunya relatif, ada yang 1 tahun setelah melahirkan, 6 bulan setelah melahirkan, dan ada yang 3 bulan setelah melahirkan. Cepat atau lambatnya untuk kembali mendapatkan menstruasi lagi dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormon yang dapat merangsang kelenjar susu memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi hormon prolaktin, dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan hormon progesteron dan estrogen yang berperan dalam proses terjadinya menstruasi. Artinya jika ibu menyusui secara efektif dan kontinyu, tanpa diselang susu formula, maka untuk terjadinya haid akan lebih lama, bisa sampai 1 tahun, bahkan hampir 2 tahun, sehingga ini bisa dijadikan sebagai kontrasepsi alami. Untuk menggunakan metode ini, pengeluaran ASI yang dipengaruhi hormon oksitosin haruslah lancar, yang menurut penelitian sebesar 75 % lancarnya pengeluaran ASI dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu itu sendiri. MAL kemungkinan digunakan di beberapa negara berkembang jauh sebelum penelitian mengonfirmasi bahwa kehamilan jarang terjadi selama 6 bulan perrtama setelah melahirkan diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi ASI ditambah susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi. Ringkasan 13 penelitian dari 8 negara telah memunculkan kesimpulan yang dikenal sebagai Pernyataan Konsensus

Bellagio, bahwa pemberian ASI mencegah kehamilan > 98% selama 6 bulan pertama setelah melahirkan bila ibu menyusui atau memberi ASI dan belum pernah mengalami perdarahan pervaginam setelah hari ke-56 pascapartum (Varney, 2006 p.430). Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa haid akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post partum. Makin sering bayi menghisap asi, maka makin lama kembalinya haid ibu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa hanya 5 % dari ibu ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan 75 % ibu ibu yang tidak menyusui (Hanafi, 2004 p.328). Di Indonesia sendiri tepatnya di Binjai Utara tahun 2010 lalu telah dilakukan penelitian oleh Fitri Kesumanta didapat hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang ia teliti yaitu ibu nifas dapat melakukan MAL dengan benar walaupun secara pengetahuan masih rendah. Juga penelitian yang dilakukan oleh Dilla Milaza dengan judul Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2010 didapat hasil bahwa dari 74 responden, yang tidak melakukan ASI eksklusif 25 (33,8 %) dengan yang tidak mengalami laktasi, sedangkan dari 49 responden yang memberikan ASI

eksklusif 1 (1,3 %) yang tidak mengalami laktasi dan 48 (64,9 %) mengalami laktasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kontrasepsi Amenore Laktasi ( MAL ) di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. C. Tujuan 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti mengenai kontrasepsi MAL dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu nifas. 2. Bagi Pendidikan a. Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dilingkungan jurusan Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang MAL. b. Dapat memberikan tambahan atau masukan, referensi mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL. 3. Bagi Masyarakat a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kontrasepsi MAL. b. Dapat menjadi bahan acuan dalam menerapkan kontrasepsi MAL. 4. Bagi tenaga kesehatan Memberikan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan pada umumnya.

E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Judul, Nama Tahun 1. Pelaksanaan Metode Amenore Laktasi pada Ibu Pasca Nifas di Klinik Bersalin Kasih Ibu Binjai Utara Tahun 2010 oleh Fitri Kesumanta A. Br.Bangun Tahun 2010 Sasaran 30 orang ibu pasca nifas di klinik bersalin Kasih Ibu Binjai Utara Tahun 2010 Variasi yang diteliti Pelaksanaan MAL berupa pengertian, alasan memilih MAL, lamanya amenore, frekuensi menyusui, berhubungan seksual, perdarahan bercak selama menggunaka n MAL, dan kejadian kehamilan Metode Deskriptif Hasil Hasil penelitian ini didapat yang mengerti tentang MAL (53,3%), alasan memilih MAL mudah (76,7%), hubungan seksual tidak bermasalah, lama amenore > 6 bulan (96,7%), frekuensi menyusui < 4 jam (86,7%), tidak terjadi perdarahan bercak (100%), tidak terjadi kehamilan selama 6 bulan (100%). Dari hasil penelitian bahwa mayoritas responden melakukan metode kontrasepsi MAL secara benar walaupun secara pengertian masih rendah.

2. Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2010, oleh Dilla Milaza Tahun 2010 Ibu yang bersalin pada Januari 2010 yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang dengan jumlah populasi 74 orang. Frekuensi ibu yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif, frekuensi ibu yang mengalami laktasi selama menyusui bayinya, serta hubungan pemberian ASI eksklusif dengan laktasi. Deskriptif analitik Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 74 responden, yang tidak melakukan ASI eksklusif 25 (33,8 %) dengan yang tidak mengalami laktasi, sedangkan dari 49 responden yang memberikan ASI eksklusif 1 (1,3 %) yang tidak mengalami laktasi dan 48 (64,9 %) mengalami laktasi. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian, tahun penelitian, dan variabel penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan, variabelnya adalah pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti sejauh manakah pengetahuan ibu nifas tentang MAL.