BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009). Keluarga Berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke 20 saat ini. Hampir 60 % pasangan usia subur di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar, dan lebih dari 120 juta wanita negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan. Pada awal tahun 2000, para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 234,1 juta Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) dalam menurunkan fertilitas pada periode 1997-2000 terus berlanjut. Saat ini banyak sekali jenis kontrasepsi yang ditawarkan di Indonesia diantaranya : Implant, IUD, Pil, Kondom, KB suntik. Pencapaian
peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada tahun 2009 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 6.483.189 yang terdiri atas peserta AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) sebanyak 445.718 (8,77%), peserta MOP (Medis Operasi Pria) dan peserta MOW (Medis Operasi Wanita) sebanyak 356.631 (7.02%), peserta implant sebanyak 448.018 (9.61%), peserta suntikan 2.834.891 (55,80%), peserta pil 868.239 (17,09%), peserta kondom sebanyak 87.083 (1,71%). Pencapaian tertinggi pada KB suntik (55,80%) dan pencapaian terendah pada kondom (1,71%) ( BKKBN Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih alat kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan dan juga faktor dari metode kontrasepsi itu sendiri (Hartanto, 2004 p.36). Metode Amenorea Laktasi (MAL) merupakan salah satu metode dalam mengatur pertumbuhan penduduk. MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman apapun lainnya (Prawirohardjo,2006). Metode ini dapat diandalkan sebagai kontrasepsi sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi, tetapi kapan ovulasi datang belum dapat ditentukan secara pasti. Menurut World Health Organization (WHO)
keefektifan MAL ini 98 % bagi ibu yang menyusui secara exklusif selama 6 bulan pertama pasca persalinan dan sebelum menstruasi setelah melahirkan. Menstruasi yang didapat setelah melahirkan waktunya relatif, ada yang 1 tahun setelah melahirkan, 6 bulan setelah melahirkan, dan ada yang 3 bulan setelah melahirkan. Cepat atau lambatnya untuk kembali mendapatkan menstruasi lagi dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan progesteron. Prolaktin sendiri adalah hormon yang dapat merangsang kelenjar susu memproduksi ASI. Jika ibu menyusui secara efektif, maka akan meningkatkan produksi hormon prolaktin, dimana peningkatan hormon prolaktin ini dapat menekan hormon progesteron dan estrogen yang berperan dalam proses terjadinya menstruasi. Artinya jika ibu menyusui secara efektif dan kontinyu, tanpa diselang susu formula, maka untuk terjadinya haid akan lebih lama, bisa sampai 1 tahun, bahkan hampir 2 tahun, sehingga ini bisa dijadikan sebagai kontrasepsi alami. Untuk menggunakan metode ini, pengeluaran ASI yang dipengaruhi hormon oksitosin haruslah lancar, yang menurut penelitian sebesar 75 % lancarnya pengeluaran ASI dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu itu sendiri. MAL kemungkinan digunakan di beberapa negara berkembang jauh sebelum penelitian mengonfirmasi bahwa kehamilan jarang terjadi selama 6 bulan perrtama setelah melahirkan diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi ASI ditambah susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi. Ringkasan 13 penelitian dari 8 negara telah memunculkan kesimpulan yang dikenal sebagai Pernyataan Konsensus
Bellagio, bahwa pemberian ASI mencegah kehamilan > 98% selama 6 bulan pertama setelah melahirkan bila ibu menyusui atau memberi ASI dan belum pernah mengalami perdarahan pervaginam setelah hari ke-56 pascapartum (Varney, 2006 p.430). Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa haid akan terjadi kembali selama masa menyusui tersebut dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post partum. Makin sering bayi menghisap asi, maka makin lama kembalinya haid ibu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa laktasi dapat memberikan perlindungan yang bermakna terhadap kahamilannya. Antara lain bahwa hanya 5 % dari ibu ibu yang menyusui menjadi hamil lagi dalam waktu 9 bulan setelah melahirkan dibandingkan dengan 75 % ibu ibu yang tidak menyusui (Hanafi, 2004 p.328). Di Indonesia sendiri tepatnya di Binjai Utara tahun 2010 lalu telah dilakukan penelitian oleh Fitri Kesumanta didapat hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang ia teliti yaitu ibu nifas dapat melakukan MAL dengan benar walaupun secara pengetahuan masih rendah. Juga penelitian yang dilakukan oleh Dilla Milaza dengan judul Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2010 didapat hasil bahwa dari 74 responden, yang tidak melakukan ASI eksklusif 25 (33,8 %) dengan yang tidak mengalami laktasi, sedangkan dari 49 responden yang memberikan ASI
eksklusif 1 (1,3 %) yang tidak mengalami laktasi dan 48 (64,9 %) mengalami laktasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kontrasepsi Amenore Laktasi ( MAL ) di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi ( MAL ) di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. C. Tujuan 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL di Wilayah Puskesmas Pemaron Kec. Brebes Kab. Brebes. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti mengenai kontrasepsi MAL dalam meningkatkan kesehatan bagi ibu nifas. 2. Bagi Pendidikan a. Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dilingkungan jurusan Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang MAL. b. Dapat memberikan tambahan atau masukan, referensi mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL. 3. Bagi Masyarakat a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kontrasepsi MAL. b. Dapat menjadi bahan acuan dalam menerapkan kontrasepsi MAL. 4. Bagi tenaga kesehatan Memberikan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan pada umumnya.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Judul, Nama Tahun 1. Pelaksanaan Metode Amenore Laktasi pada Ibu Pasca Nifas di Klinik Bersalin Kasih Ibu Binjai Utara Tahun 2010 oleh Fitri Kesumanta A. Br.Bangun Tahun 2010 Sasaran 30 orang ibu pasca nifas di klinik bersalin Kasih Ibu Binjai Utara Tahun 2010 Variasi yang diteliti Pelaksanaan MAL berupa pengertian, alasan memilih MAL, lamanya amenore, frekuensi menyusui, berhubungan seksual, perdarahan bercak selama menggunaka n MAL, dan kejadian kehamilan Metode Deskriptif Hasil Hasil penelitian ini didapat yang mengerti tentang MAL (53,3%), alasan memilih MAL mudah (76,7%), hubungan seksual tidak bermasalah, lama amenore > 6 bulan (96,7%), frekuensi menyusui < 4 jam (86,7%), tidak terjadi perdarahan bercak (100%), tidak terjadi kehamilan selama 6 bulan (100%). Dari hasil penelitian bahwa mayoritas responden melakukan metode kontrasepsi MAL secara benar walaupun secara pengertian masih rendah.
2. Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2010, oleh Dilla Milaza Tahun 2010 Ibu yang bersalin pada Januari 2010 yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang dengan jumlah populasi 74 orang. Frekuensi ibu yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif, frekuensi ibu yang mengalami laktasi selama menyusui bayinya, serta hubungan pemberian ASI eksklusif dengan laktasi. Deskriptif analitik Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 74 responden, yang tidak melakukan ASI eksklusif 25 (33,8 %) dengan yang tidak mengalami laktasi, sedangkan dari 49 responden yang memberikan ASI eksklusif 1 (1,3 %) yang tidak mengalami laktasi dan 48 (64,9 %) mengalami laktasi. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian, tahun penelitian, dan variabel penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan, variabelnya adalah pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi MAL. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti sejauh manakah pengetahuan ibu nifas tentang MAL.