BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Profil Cendol keju Bianconery Food Bianconery Food, di Tasikmadu Karanganyar merupakan salah satu produsen makanan ringan yang didirikan oleh Ahmed Jimain (31 th) pada tahun 2012. Setelah memutuskan untuk keluar dari pekerjaan di pabrik benang, Ahmed Jimain atau yang biasa dipanggil Ahmed ini dengan bermodal tekat dan keyakinan untuk meningkatkan perekonimian, Ahmed akhirnya merintis usaha makanan ringan yang diberi nama Bianconery Food. Ahmed keluar dari buruh benang kerena minimnya penghasilan dari buruh benang tersebut, lalu Ahmed mencoba mencari alternatif lain untuk dapat menambah pendapatan. Ahmed mencoba merintis usaha dibidang makanan ringan. Awal pertama menjalani usaha makanan ringan cendol keju, ahmed melakukan berbagai percobaan untuk mendapatkan resep yang pas, awalnya ahmed menjual produk makanan cendol keju hanya disekitar tempat tinggal ahmed didaerah Tasikmadu. Disisi lain perlahan lahan semakin banyak permintaan konsumen untuk memesan makanan ringan tersebut. Peningkatan permintaan dari konsumen dan pasar semakin banyak. Akhirnya Ahmed dan istrinya yang bernama Prihati (28 th) serta dibantu satu karyawan mengembangkan lagi cendol keju tersebut dirumah Ahmed sebagai tempat 4
5 produksi makanan tersebut di Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sebelumnya Ahmed memproduksi tiga jenis makanan ringan yaitu nopia, roti basah, cedol keju, tapi sekarang Ahmed hanya melanjutkan cendol keju saja karena cendol keju mengalami peningkatan penjualan yang memuaskan. Sedangkan untuk penjualan nopia dan roti basah tidak mengalami peningkatan penjualan. Oleh karena itu Ahmed dan istrinya lebih memilih mengembangkan cendol keju saja, setelah berkembang sekarang ahmed sudah memiliki tujuh karyawan. Gambar 1 : Lokasi UKM Bianconery Food di Tasikmadu (Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016) Memproduksi makanan ringan dirumahnya ini, Ahmed beserta istrinya dan dibantu tujuh karyawan mulai memproduksi produknya dengan alat seadanya dan bermodal pengalaman yang mereka ketahui. Salah satunya cendol keju, Prihati dalam memproduksi makanan tersebut juga dibantu tetangganya. Awal memproduksi makanan Prihati belajar kepada temannya untuk mengajari tentang pembuatan
6 makanan ringan. Mulai dari bahan baku, pengolahan, sampai pada tahap akhir pengemasan. Ada tugas tersendiri yang dilakukan di UKM Bianconery Food, Ahmed juga merangkap sebagai marketing dalam penjual ke toko-toko makanan ringan, Prihati sebagai produksi makanan, dan tujuh karyawan yang membantu proses produksi sampai pengemasan produk. Ahmed memiliki keyakinan pasti bisa dalam menjalankan usahanya walaupun proses penjualan dan produksi hanya dijalankan bersama Prihati dan dibantu tujuh karyawannya. Nama produk Bianconery Food diambil dari sebuah nama anak Ahmed yang bernama Nazchwa Bianconery Al-maavira Zainab. Desain logo AJ singkatan dari nama Ahmed Jimain sebagai pemilik usaha, Desain label kemasan dibuat sederhana, pemilik UKM bermaksud agar nama Bianconery Food dapat mudah terbaca, agar tampilan label kemasan terlihat jelas. Telihat kontras dengan warna tulisan produk Bianconery Food berwarna merah. Jadi bila dilihat sekilas bisa terbaca dengan jelas, secara visual label kemasan yang terdapat di Bianconery Food. Produk Bianconery Food sudah resmi memiliki izin pendirian usaha dan diawasi oleh Departemen Kesehatan P.IRT NO. 806331301490. Yang tertera dalam label kemasan Bianconery Food. Jadi produk yang ada di Bianconery Food dijamin aman dan berizin resmi, serta baik untuk dikonsumsi. Tanpa bahan pengawet dan selalu menggunakan minyak yang baik untuk proses penggorengan. Produk makanan ringan di Bianconery Food dapat bertahan sampai 5 bulan lamanya.
7 2. Managemen perusahaan a. Visi : pemasaran cendol keju madu bisa sampai keluar kota, tidak hanya sebatas Eks Karesidenan Surakarta. b. Misi : Mengenalkan cendol keju madu Bianconery Food sebagai oleh oleh dari Tasikmadu. c. Struktur kinerja Bianconery Food Pemilik UKM Bianconery Food Ahmed Jimain Produksi 1 Produksi 2 Tabel 1: Susunan Organisasi Bianconery food Keterangan : a. Pemilik UKM Bianconery Food Bertugas mengelola seluruh kegiatan produksi di Bianconery Food. Sekaligus Ahmed bertugas sebagai marketing. b. Produksi 1 Bertugas memproduksi makanan ringan di Bianconery Food dari proses awal pengolahan sampai pengemasan, dilakukan oleh karyawan dan Prihati. c. Produksi 2 Bertugas membantu proses pembuatan produk di Bianconery Food mulai dari proses pengolahan bahan sampai tahap akhir pengemasan.
8 3. Produk yang dihasilkan Saat ini produk yang dihasilkan oleh cendol keju madu Bianconery food hanya cendol keju saja: Cendol keju, harga Rp. 60.000; / 3 kg Gambar 2 : produk yang dihasilkan Bianconery Food (Sumber : www.kenkuekering.com, 16:20, 12 april 2016) 4. Target market Sasaran yang ditarget oleh Bianconery Food meliputi berbagai macam, Jika dilihat dari segmen Geografi dan Demografi : a. Segmen Geografi : Masyarakat yang berada diwilayah Eks-Karesidenan Surakarta.
9 Jalur Pemasaran Bianconery Food juga meliputi beberapa daerah di Jawa Timur: ( Madiun, Bojonegoro ) b. Segmen Demografi : 1) Umur : Semua umur dari umur 6 60 tahun menyukai cendol keju ini. 2) Jenis Kelamin : Laki laki dan Perempuan. 3) Jenjang Pendidikan : Pendidikan formal ( SD s.d PT ). Semua jenjang pendidikan dapat menikmati cemilan makanan Bianconery Food 4) Penghasilan : Perekonomian kelas menengah dan atas. Dapat membeli produk Bianconery Food dengan harga yang relatif terjangkau. 5) Agama : Semua agama dapat menikmati aneka macam snack dari Bianconery Food Produk dijamin halal, karena semua bahan pembuatan memakai bahan yang alami dan aman untuk dikonsumsi. 5. Kegiatan promosi Aktivitas yang dilakukan oleh Bianconery Food baru pada tahap mulut ke mulut dikawasan karanganyar. Dan lewat sebuah label kemasan Bianconery Food. Karena Bianconery Food merupakan UKM Home Industry yang masih
10 sederhana, Jadi aktivitas marketing yang pernah dilakukan hanya sampai pada tahap tersebut. Gambar 3 : label kemasan Bianconery Food Gambar 4 : produk jadi Bianconery Food (Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016) (Sumber : Dokumentasi Penulis, 2016)