PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DISERTAI LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Afrilia Rafika, Mulyati, Lince Meriko Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat ABSTRAK The background of this research the problems encountered in the learning process including the learning process is still centered on the teacher and teacher only used lectures, discussion and question and answer during the learning process. Besides, media used the teacher in the learning process not adequate, resulting in decreased student learning outcoomes. This research aints to determine the effect of the application of cooperative learning model Two Stay Two Stray with a discussion sheet biology student the learning outcomes of student. Design used in this study is randomized control group posttest only design. This study population was student class XI SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Sampling with a total sampling class XI IPA 2 experimental class and class XI IPA 1 control class. Normality test L 0 < L t the normal distribution of data and homogenity F h < F t then data bervarians homogeneous, test the hypothesis is t-test. Result t-test price t count 2,79 dan t table 1,67 mean t count > t table and hypothesis accepted. The average results the final test the experimental class 81,55 and class control 75. Affective value the experimental class 3,42 (B) and class control 3,21 (B). Learning outcomes in psychomotor the experimental class 3,28 (B + ) and class control 3,37 (B+). So, the implementation of cooperative learning type Two Stay Two Stray accompanied sheet of students discussions (LDS) improve to the biology student learning outcomes class XI SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Keywords: Two Stay Two Stray, Learning Outcomes, Learning Model, sheet students discussions PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pihak pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Peranan siswa dalam proses belajar mengajar dituntut aktif antara lain: rajin membaca, aktif dalam bertanya, berinteraksi dengan teman sekelas maupun lingkungannya, mengerjakan tugas yang diberikan guru dan merangkum materi pembelajaran demi mencapai tujuan pembelajaran. Disamping itu, minat dan motivasi belajar sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Sardiman (2011:144) mengemukakan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan perangkat pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, menggunakan metode, model dan strategi pembelajaran, mencapai tujuan pembelajaran, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Kemudian guru harus mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan di SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat pada tanggal 06 Februari 2016 diperoleh informasi bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru, kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, kurangnya partisipasi siswa dalam diskusi dan rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Hal ini diperjelas melalui hasil wawancara penulis dengan guru Biologi di SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, bahwa dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan metode seperti ceramah, diskusi dan tanya jawab. Kemudian media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran belum memadai. Ketika guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta belum 1
memvariasikan media pembelajaran akibatnya kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, disamping itu interaksi yang terjadi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran belum maksimal. Proses pembelajaran demikian mengakibatkan siswa kurang aktif dan hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat pada materi jaringan tumbuhan. Materi jaringan tumbuhan tergolong materi sulit karena materi ini menjelaskan struktur anatomi bagian tumbuh-tumbuhan dan organ pada tumbuhan. Untuk dapat melihat struktur anatomi tumbuhan tidak bisa dengan mata telanjang harus menggunakan mikroskop sebagai alat bantu, sedangkan di sekolah tersebut tidak tersedianya media berupa mikroskop. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 78. Dapat dilihat dari nilai rata- materi jaringan rata ulangan harian pada tumbuhan Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut: kelas XI IPA 1 = 68,35 dan siswa yang tidak mencapai KKM 65% sedangkan kelas XI IPA 2 = 65,85 dan siswa yang tidak mencapai KKM 82%. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka guru dituntut untuk aktif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan dan semangat siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengoptimalkan siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Menurut Lie (2010:61) Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberikan kesempatan untuk membagikan hasil, informasi dan mempertimbangkan serta membandingkan jawaban yang tepat. Dalam hal ini, siswa bekerja sama dan saling membantu dalam memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi dalam kelompoknya dan juga kelompok lain. Salah satu media yang digunakan adalah Lembar Diskusi Siswa (LDS). LDS merupakan sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan LDS dalam pengajaran akan membuka seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray disertai Lembar Diskusi Siswa (LDS) terhadap hasil belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotor) kelas XI SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. METODE PENELITIANN Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Randommized Control Group Posttest Only Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun Ajaran 2016/ /2017. Pengambilan sampel dengan total sampling. Untuk penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan sistem lot. Setelah melakukan tes akhir pada kelas sampel kemudian dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Instrumen yang digunakan untuk ranah afektif berupa lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap siswa selama proses pembelajaran dan teknik analisis ranah afektif dilakukan dengan nilaii modus. Ranah psikomotor dapat dilihat dari Lembar Diskusi Siswa dan teknik analisis data dilakukan berdasarkan nilai capaian optimum. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotor, maka diperoleh data tentang hasil belajar siswa sebagai berikut: 1. Ranah Afektif M o d u s 3,3 3,2 3,1 2,9 3 2,8 2,7 2,6 2,5 2,84 2,75 Indikator Berkomunikasi 3,23 3,1 Gambar 1. Diagram penilaian ranah afektif 2. Ranah Kognitif 84 82 80 78 76 74 72 70 81,55 XI IPA 2 75 Indikator Rasa Ingin Tahu XI IPA 1 Ekperi men Eksperimen 2
Gambar 2. Diagram penilaian ranah Kognitif 3. Ranah Psikomotor M o d u s 3,5 2,5 3 1,5 2 0,5 1 0 2,56 3,09 Menggunakan kalimat dan gaya bahasa 3,04 3,1 Ekperim en kejelasan dalam penulisan, kerapian dan kebersihan Gambar 3. Diagram penilaian ranah psikomotor PEMBAHASAN 1. Ranah Afektif Penilaian ranah afektif pada kelas sampel diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Latisma (2011: 192) hasil afektiff akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran. Penilaian afektif terdiri dari dua indikator yaitu berkomunikasi dan rasa ingin tahu. Penilaian afektif kedua kelas sampel sama- B. Berdasarkan sama mendapatkan predikat indikator yang diamati pada kelas eksperimen yang memiliki indikator yang tertinggi adalah indikator rasa ingin tahu. Hal ini terlihat ketika adanya respon dan ketertarikan siswa saat berlangsungnya proses belajar seperti sebagian besar siswa memiliki rasa ingin tahu dalam bertanya ketika diskusi kelompok berlangsung dan pada saat diskusi kelompok siswa antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Minat akan timbul karena memiliki perasaan senang terhadap pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2012: 27) belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Selanjutnya indikator rasa ingin tahu pada kelas kontrol rendah disebabkan karena siswa jarang mencatat materi pada saat guru menerangkan, diberi intruksi untuk mencatat baru siswa mencatat padahal mencatat salah satu keuntungan bagi siswa untuk mengingat kembali pelajaran dan siswa kurang mendengar penjelasan guru saat menerangkan. Pada indikator berkomunikasi, pada kelas eksperimen tinggi sedangkan kelas kontrol rendah. Tinggginya indikator berkomunikasi pada kelas eksperimen dapat dilihat dari segi keaktifan pada saat presentasi maupun berkunjung ke kelompok lain, adanya sikap siswa yang saling menghargai pendapat temannya ketika siswa bertanya pada saat kunjungan kelompok maupun saat presentasi. Sedangkan pada kelas kontrol rendah dapat di lihat dalam proses pembelajaran siswa masih belum bisa dikatakan aktif saat belajar, hanya sebagian siswa saja yang terlibat dalam menjawab pertanyaan dan mengemukakan ide pada saat pembelajaran berlangsung dan masih ada siswa yang tidak berani untuk berbicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Silberman (2009:23) siswa perlu diberi kesempatan untuk dapat terlibat aktif dan ikut bergerak dalam proses belajar. Berdasarkan nilai modus pada penilaian afektif secara keseluruhan, pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray disertai media LDS belum dapat meningkatkan nilai sikap siswa pada materi Jaringan Tumbuhan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan nilai afektif pada kelas eksperimen dan kontrol berada dalam taraf yang sama, sehingga sikap siswa dalam proses pembelajaran belum dapat berubah secara langsungg dengan adanya penelitian ini. 2. Ranah Kognitif Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan model Two Stay Two Stray disertai LDS pada kelas eksperimen didapatkan nilai 81,55 sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanyaa jawab didapatkan nilai 75. Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model Two Stay Two Stray disertai LDS sebabkan karena siswa berdiskusi dalam kelompok yang telah ditentukan. Hal ini menjadikan siswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi antar kelompok serta dapat membagikan hasil dan informasi yang telah mereka dapat melalui pembelajaran kelompok kepada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2010:61) pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasinya kepada kelompok lain sehingga setiap siswa berkesempatan untuk mampu menguasai materi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dan didapatkan nilai rata-rata belajar siswa masih rendah. Hal ini disebabkan pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran siswa kurang termotivasi dalam pelaksanaan pembelajaran, dimana siswa 3
hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, tetapi pada kenyataannya tidak semua siswa yang mau mencatat. Menurut Lufri (2007:32) penggunaan metode ceramah memiliki beberapa kekurangan seperti kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme membosankan bagi anak didik, siswa menjadi pasif dan guru cenderung otoriter membuat anak didik tergantung kepada guru dan dapat melelahkan fisik dan pikiran siswa sehingga memberi pengaruh negatif terhadap belajar siswa. Pada proses pembelajaran kelas eksperimen juga menggunakan bahan ajar berupa Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang dilengkapi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan hasil temuan kelompok. Kemudian pada saat diskusi dalam LDS ini siswa menuliskan apa yang mereka dapatkan berupa informasi maupun hasil dari temuan kelompok, lalu membahas dan menuliskan hasil yang mereka dapatkan dari kelompok lain ke dalam LDS. Selain itu dengan terlibatnya siswa dalam tugas yang diberikan guru berupa LDS maka siswa merasa lebih bertanggungjawab atas tugas yang diberikan. Sedangkan pada kelas kontrol siswa tidak menggunakan Lembar Diskusi Siswa. Siswa hanya diberi pertanyaan kemudian dikerjakan pada buku latihan masing-masing dan dikerjakan secara individu sehingga kurangnya rasa tanggungjawab siswa dalam mengerjakan tugas. Selain itu, interaksi dengan temanpun berkurang. Kendala yang dihadapi peneliti pada kelas eksperimen yaitu dapat terlihat pada pertemuan I, suasana kelas yang ribut saat siswa memulai diskusi. Pada saat salah satu kelompok yang tampil didepan kelas untuk berdiskusi, kelompok yang lainnya berebut untuk bertanya kepada kelompok yang tampil sehingga kelas ribut. Namun guru bisa menenangkan dan menjelaskan bahwa yang bertanya perwakilan kelompok dan kerja sama dalam kelompok merupakan salah satu kriteria penilaian. Hal ini dibuktikan dengan hasil ujian siswa kelas eksperimen hanya 27% yang tidak mencapai KKM, sedangkan pada kelas kontrol 61% yang tidak mencapai KKM. Persentase ketidaktuntasan pada kelas kontrol lebih tinggi dari pada kelas eksperimen. 3. Ranah Psikomotor Penilaian pada ranah psikomotor untuk kelas eksperimen berupa laporan lembaran diskusi siswa dan latihan untuk kelas kontrol. Wakhinuddin (2010: 89) mengatakan bahwa Memberi penilaian terhadap hasil belajar siswa merupakan kewajiban seorang guru dan mutlak dilakukan. Nilai capaian optimum psikomotor secara keseluruhan pada kelas eksperimen berada pada predikat B+ sedangkan kelas kontrol berada pada predikat B+. Penilaian psikomotor terdiri dari dua indikator yaitu menggunakan kalimat dan gaya bahasa, serta kejelasan dalam penulisan, kerapian dan kebersihan. Berdasarkan indikator yang diamati indikator yang tertinggi adalah kejelasan dalam penulisan, serta kerapian dan kebersihan pada kelas eksperimen rendah sedangkan kelas kontrol tinggi. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen siswa masih belum bisa memperlihatkan penulisan yang rapi dan bersih. Pada penelitian ini, kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model Two Stay Two Stray disertai LDS, pada model ini siswa diminta untuk berdiskusi, mempresentasikan dan mendengar serta menjawab pertanyaan yang ada pada LDS sehingga siswa terburu-buru untuk menyelesaikan tugas tersebut dan siswa tidak begitu melihat kebersihan serta kerapian dan kejelasan dalam penulisan. Sedangkan pada kelas kontrol siswa diberi tugas di buku latihan sehingga siswa santai dalam menyelesaikan tugasnya dan membuat siswa lebih memperhatikan kebersihan serta kerapian pada buku latihannya. Pada indikator menggunakan kalimat dan gaya bahasa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen. Tingginya kelas kontrol disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa memiliki banyak waktu sehingga siswa bisa membaca kembali materi agar pertanyaan yang diberikan guru sesuai dengan jawaban yang tepat. Sedangkan kelas eksperimen dengan waktu yang sudah ditentukan siswa kurang memperhatikan jawaban dari setiap pertanyaan dan siswa terpaku untuk menyalin jawaban dari buku. Menurut kunandar (2013: 249) mengatakan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LDS pada ranah kognitif berpengaruh 4
terhadap hasil belajar biologi siswa, pada ranah afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan predikat B, sedangkan pada ranah psikomotor kelas eksperimen predikat B+ dan kelas kontrol dengan predikat B+. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan: 1. Guru biologi dapat menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LDS sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi Jaringan Tumbuhan. 2. Pada penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk menerapkan model pembelajaran ini pada materi pelajaran biologi dan sekolah yang berbeda. DAFTAR KEPUSTAKAAN Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum Dan pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press Padang. Lie, Anita. 2010. Cooperatif Learning Mempraktikan Cooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.. Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Wardhani, Irma Yuniar, Sajidan dan Maridi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Disertai Media Audio/Visual Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 5 SMAN 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 4(I). Hlm 40-55. 5