LAPORAN PERCOBAAN. HARI/ TANGGAL PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul WIB

dokumen-dokumen yang mirip
TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

Judul Percobaan II. Tujuan Percobaan III. Tanggal Percobaan IV. Selesai Percobaan Dasar Teori:

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI SEMESTER GANJIL TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI. Tanggal Praktikum : 17 November 2017.

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

LOGO TEORI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

kimia TITRASI ASAM BASA

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK BASA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

Metodologi Penelitian

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Alkalimetri LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT (C7H6O3) SECARA ALKALIMETRI

KIMIA ANALISIS ASIDI ALKALIMETRI

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

Laporan Praktikum Kimia ~Titrasi asam basa~

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa


Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013 Page 1

Metodologi Penelitian

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

ASAM DAN BASA. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN PERCOBAAN 2 ASIDI ALKALINITAS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

Standarisasi Larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Laporan Praktikum Asidimetri

Titrasi asam kuat-basa kuat

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Transkripsi:

LAPORAN PERCOBAAN I II III IV V JUDUL PERCOBAAN Titrasi Penetralan dan Aplikasinya HARI/ TANGGAL PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul 13.00 WIB SELESAI PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul 16.30 WIB TUJUAN PERCOBAAN 1 Membuat dan menentukan standarisasi larutan basa 2 Menentukan kadar H 2 SO 4 dalam accu zuur TINJAUAN PUSTAKA Titrasi Penetralan (asidi alkalimetri) Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Reaksi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut : - Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH A - + H 2 O

- Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H + B + = H 2 O Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya: 1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan. 2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi. 3. Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran. 4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit. (anonim, 2009) Reaksi asam -basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan asam basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). H + + OH - H 2 O Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.

Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam (Hin) atau dalam bentuk basa (InOH) yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain pada konsentrasi H + tertentu atau pada ph tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan ph larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan ph pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya. Dalam asidi-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H + (atau H 3 O + ). Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya dititrasi, seharusnya: Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa Saat persamaan ini tercapai, disebut titik ekivalen. Bila kita mengerjakan titrasinya, tanda-tanda apa yang memberi petunjuk, yang kita harus mengthentikan titrasinya? Jawabanya : perubahan warna indikator yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi. Suatu indikator berubah warnanya pada daerah ph tertentu, misalnya: Metil jingga : merah ph 3,1 ph 4,4 kuning Bromtimol biru : kuning ph 6,0 ph 7,6 biru Fenoftalin : bening ph 8,0 ph 9,8 merah Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat ditentukan dengan jalan menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan dengan tepat. Larutan baku primer harus dibuat dengan: a. Penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik b. Dilarutkan dalam labu ukur Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar primer harus memenuhi tiga persyaratan berikut: a. Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor b. Stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis. c. Memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan.

Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H 2 C 2 O 4. 2H 2 O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat, halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya..berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya. Indikator asam basa sebagai zat penunjuk derajat keasaman kelarutan adalah senyawa organik dengan struktur rumit yang berubah warnanya bila ph larutan berubah. Indikator dapat pula digunakan untuk menetapkan ph dari suatu larutan. Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa tetes larutan encer-encernya, indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan tingkat keasaman larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan adalah indikator phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator PP memiliki warna asam tak berwarna, rentang ph perubahan warna antara 8,3 10,0 dan warna basa merah. Aplikasi titrasi penetralan ini untuk menentukan kadar H 2 SO 4 dalam accu zuur. Dalam keadaan murni cairan asam sulfat (H 2 SO 4 ) tidak

berwarna dan memiliki viskositas tinggi. Didalam air, asam sulfat merupakan asam kuat menurut persamaan reaksi : H 2 SO 4 (aq) + H 2 O (l) [H 3 O] + (aq) + [HSO 4- ] (aq) Didalam larutan encer, asam sulfat (H 2 SO 4 ) dapat mengalami reaksi netralisasi dengan basa (seperti KOH) sesuai dengan persamaan sebagai berikut : H 2 SO 4 (aq) + 2 KOH (aq) K 2 SO 4 (aq) + 2 H 2 O (l) Accu zuur berisi cairan asam sulfat (H 2 SO 4 ). Konsentrasi asam sulfat dalam air accu zuur ini dalam keadaan encer dan kandungannya di pasaran berbeda-beda. Umumnya, konsentrasi asam sulfat dalam accu zuur adalah sebesar 30 % dengan berat jenis sebesar 1,28 kg/l dan pelarut 100 % air murni. Asam sulfat bersifat korosif, jika kontak dengan kulit akan menyebabkan gatal-gatal, jika kontak dengan mata akan menyebabkan iritasi mata, serta gangguan lain pada tubuh. Bahaya H 2 SO 4 terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya. < 10 % bersifat intan dan > 10 % bersifat korosif. Penentuan konsentrasi asam sulfat (H 2 SO 4 ) dalam accu zuur dilakukan berdasarkan metode titrimetri yang merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Metode titrimetri yang dilakukan didasarkan pada prinsip netralisasi antara analit (titer) asam sulfat (H 2 SO 4 ) yang dititrasi dengan titran NaOH yang telah diketahui konsentrasinya menurut persamaan sebagai berikut : H 2 SO 4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na 2 SO 4 (aq) + 2 H 2 O (l) Penentuan titik akhir titrasi atau titik ekuivalen dilakukan dengan penambahan indicator, metode titrasi potensiometri dan metode titrasi konduktometri. VI ALAT DAN BAHAN : Alat : Buret Statif dan klem Erlenmeyer 250 ml Gelas kimia Corong Neraca analitik Pipet gondok Pro pipet Labu ukur 250 ml Tempat klise film Pipet tetes Spatula

Bahan: larutan HCl air suling (aquades) Na 2 CO 3 Indikator PP Air Accu zuur Larutan NaOH 0,1 N H 2 C 2 O 4.2H 2 O Indikator metil jingga VII ALUR KERJA Pembuatan Larutan NaOH ± 0,1N a. Cara pertama b. Cara kedua 4,2 gram - Dilarutkan dalam air suling - Diencerkan sampai volume 1L - Dikocok dengan baik agar tercampur Larutan NaOH 50 gram NaOH - Dituang dalam gelas kimia yang berisi 50ml air suling -Dibiarkan sampai larutan mengendap Endapan Na 2 CO 3 kotor

6,5mL larutan NaOH pekat Diencerkan dengan air suling sampai 1L dan disimpan Larutan NaOH 0,1N Pembuatan Larutan NaOH ± 0,1N Dengan asam sebagai baku 1,6 gram H 2 C 2 O 4.2H 2 O - Dipindahkan dalam labu ukur 250mL - Dilarutkan dengan air suling - Diencerkan sampai tanda batas -Kocok labu ukur agar tercampur dengan baik Larutan baku H 2 C 2 O 4.2H 2 O - Dipipet 25mL menggunakan pipet seukuran - Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250mL - Ditambahkan 25mL air suling - Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP Perubahan warna -Catat angka pada skala buret Volume NaOH

-Dilakukan sebanyak 3 kali Hasil Penentuan Kadar H 2 SO 4 dalam Accu Zuur Accu Zuur Larutan Accu Zuur -Dituang ke dalam labu ukur 100mL yang berisi 10mL aquades - Diambil 10ml menggunakan pipet seukuran - Dimasukkan ke dalam erlenmeyer - Ditambahkan beberapa tetes indikator metil jingga Perubahan warna - Dicatat angka pada skala buret -Dilakukan 3 kali Hasil

VIII HASIL PENGAMATAN N Prosedur Percobaan 1. Pembuatan Larutan NaOH ± 0,1N c. Cara pertama 4,2 gram d. Cara kedua - Dilarutkan dalam air suling - Diencerkan sampai volume 1L - Dikocok dengan baik agar tercampur Larutan NaOH 50 gram NaOH Endapan Na 2 CO 3 kotor Hasil Pengamatan Sebelu Sesudah m NaOH = tidak NaOH + air berwarna suling = tidak Air suling = berwarna tidak berwarna NaOH = tidak berwarna Air suling = tidak berwarna NaOH + air suling = tidak berwarna Dugaan / Reaksi Kesimpulan NaOH (s) + H 2 O NaOH (aq) H 2 O H + + OH -

- Dituang dalam gelas kimia yang berisi 50ml air suling Pembuatan Larutan NaOH ± 0,1N Dengan asam sebagai baku 1,6 gram H 2 C 2 O 4.2H 2 O -Dibiarkan sampai larutan mengendap 6,5mL larutan NaOH pekat -Diencerkan dengan air suling sampai 1L dan disimpan Larutan NaOH 0,1N NaOh pekat = tidak berwarna H 2 C 2 O 4.2H 2 O = serbuk berwarna putih Indikator PP = tidak berwarna NaOH pekat + air suling = todak berwarna H 2 C 2 O 4.2H 2 O + air suling = tidak berwarna H 2 C 2 O 4.2H 2 O + air suling + indikator PP = tidak berwarna H 2 C 2 O 4.2H 2 O + air suling + indikator PP + NaOH = NaOH (s) + H 2 O (l) NaOH (aq) 2NaOH +H 2 C 2 O 4 Na 2 C 2 O 4 H 2 C 2 + H 2 O H 2 C 2 O 4 Penambahan indikator PP bermaksud untuk menentukan titik akhir titrasi (terjadinya perubahan warna akibat terdapat titran berlebih yang mengakibatkan lonjakan asam atau basa) Dalam percobaan ini diperoleh hasil titrasi sebagai berikut: V1 = 1,5mL V2 = 1,5mL V3 = 1,5mL

- Dipindahkan dalam labu ukur 250mL - Dilarutkan dengan air suling - Diencerkan sampai tanda batas -Kocok labu ukur agar tercampur dengan baik Larutan baku H 2 C 2 O 4.2H 2 O Larutan baku H 2 C 2 O 4.2H 2 O merah muda Dan mengalami perubahan warna menjadi pink (merah muda soft) Trayek ph pada phenolptalien = 8,0 9,6 Dan perubahan warna yang menunjukkan adanya basa

- Dipipet 25mL menggunakan pipet seukuran - Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250mL Perubahan - Ditambahkan warna 25mL air suling -Catat angka pada skala buret Volume NaOH - Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP -Dilakukan sebanyak 3 kali Hasil

2. Penentuan Kadar H 2 SO 4 dalam Accu Zuur Accu Zuur Larutan Accu Zuur Perubahan warna Hasil Larutan accu zuur = tidak berwarna Indikator metil jingga = jingga NaOH = tidak berwarna Accu zuur + indikator metil jingga = merah Accu zuur + indikator metil jingga + NaOH = kuning H 2 SO4 + 2NaOH Na 2 SO 4 + 2H 2 O Penambahan metil jingga mengubah larutan menjadi berwarna merah Pada saat titik akhir titrasi mengalami perubahan dari merah menjadi kuning Trayek ph indikator metil jingga = 3,1 4,4 Dalam percobaan ini diperoleh hasil titrasi sebagai berikut: V1 = 5,75mL V2 = 5,83mL V3 = 5,92mL Dan perubahan warna yang menunjukkan adanya H 2 SO 4

--Dituang Diambil ke 10ml dalam menggunakan labu ukur - pipet 100mL Dicatat seukuran yang angka berisi pada 10mL skala aquades buret - Dimasukkan ke dalam -Dilakukan erlenmeyer 3 kali - Ditambahkan beberapa tetes indikator metil jingga

IX ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1 Menentukan (standarisasi) larutan NaOH dengan H 2 C 2 O 4. 2H 2 O sebagai baku Sebelum melakukan standarisasi hendaknya membuat larutan NaOH dengan menimbang NaOH 4,2 gram kemudian dilarutkan kedalam air suling dan diencerkan sampai volume 1 liter dengan dikocok agar tercampur dengan baik. Dalam pembuatan standarisasi Asam Oksalat harus menimbang Asam Oksalat 0,09 gram. H 2 C 2 O 4. 2H 2 O yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Sisa KIO 3 dalam roll film dicuci hingga tidak ada yang tersisa dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Ditambahkan aquades yang berfungsi untuk mengencerkan kedalam labu ukur hingga sebelum tanda batas, ditambahkan lagi aquades menggunakan pipet tepat pada tanda batas. Dikocok hingga menjadi larutan homogen. Sehingga didapatkan larutan H 2 C 2 O 4. 2H 2 O jernih tak berwarna sebagai larutan baku. Diambil 10 ml dengan pipet seukuran, dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator PP (phenolptalin) dengan rentang ph 8,0-9,6 tidak berwarna merupakan indikator yang baik untuk larutan basa dan bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Dari penambahan yang dilakukan dihasilkan larutan tidak berwarna, kemudian larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH tidak berwarna hingga larutan berwarna merah muda. Perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda ketika larutan mencapai ph sekitar 8,2 atau melewatinya. Percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volume NaOH yang digunakan sebagai berikut: V 1 = 1,5 ml, V 2 = 1,5 ml, V 3 = 1,5 ml. Untuk menentukan konsentrasi NaOH maka harus diketahui konsentrasi H 2 C 2 O 4. Konsentrasi H 2 C 2 O 4 dapat dicari dengan rumus N= n x gr Mr V, dengan n= 2, massa yang digunakan 0,09 gram, Mr 90 dan volume 0,1 Liter maka diperoleh konsentrasi H 2 C 2 O 4

sebesar 0,02 N. Diperoleh konsentrasi NaOH : N 1 = 0,13 N, N 2 = 0,13 N, N 3 = 0,13 N, sehingga N rata-rata = 0,13 N 2 Menentukan kadar H 2 SO 4 dalam Accu Zuur Pada aplikasi titrasi iodometri untuk menentukan kadar H 2 SO 4 dalam Accu Zuur. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang massa piknometer kosong 18,2649 gram dan massa piknometer isi accu zuur sebanyak 0,8 ml 19,3722 gram dengan volume 25 ml. kemudian accu zuur didalam piknometer dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml untuk diencerkan dan didiamkan selama 15 menit. Dari 100 ml diambil 10 ml dari larutan accu zuur (jernih tak berwarna) dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambahkan beberapa tetes indikator metil jingga dengan rentang ph 3,1-4,4 (jingga) merupakan indikator yang berwarna merah dalam larutan asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali dan basa. Dari penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan berwarna merah. Kemudian dititrasi dengan NaOH tidak berwarna sampai larutan berwarna kuning. Percobaan ini dilakukan sampai tiga kali dengan diperoleh data volume NaOH yang digunakan sebagai berikut: V 1 = 5,75 ml, V 2 = 5,83 ml, V 3 = 5,92 ml Dengan diketahuinya massa H 2 SO 4 maka dapat dihitung kadar H 2 SO 4 dengan rumus : % H 2 SO 4 N NaOH V NaOH BE. 100 2 massa total x100 Sehingga diperoleh kadar H 2 SO 4 sebesar 33,07% ; 33,53%; 34,05%,maka kadar H 2 SO 4 rata-rata = 33,55%.

X KESIMPULAN Dari percobaan ini dapat diketahui: 1 Normalitas rata-rata NaOH = 0,13N 2 Kadar H 2 SO 4 rata-rata = 33,55%

STANDARISASI JAWABAN PERTANYAAN 1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan? Jawab : Tujuan menggunakan air yang mendidih yaitu untuk menghindari ledakan, sebab reaksi logam alkali (Na) bersifat eksoterm.dan juga logam alkali (Na) mudah bereaksi dengan air.mudah bereaksi dengan air. 2. Apakah beda antara : a. larutanbaku dan larutan standar? b. asidimetri dan alkalimetri? Jawab: a) larutan baku: dimana larutan itu konsentrasinya diketahui dari hasil penimbangan dan pengenceran, konsentrasi ditentukan dari hasil perhitungan larutan standar: dimana larutan itu konsentrasinya sudah ditetapkan dengan akurat. b) asidimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku asam alkalimetri : dimana menitrasi larutan menggunakan larutan baku basa. 3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas! Jawab : Pada titrasi antara HCl dengan Na 2 CO 3 menggunakan indikator metiljingga karena titrasi tersebut antara asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang ph 3,1-4,4. Pada umumnya indikator digunakan untuk menentukan titik equivalen atau titik akhir titrasi tepat pada ph tertentu.

APLIKASI 1. 1,2 gram sampel NaOH dan Na 2 CO 3 dilarutkan dan dititrasi dengan 0,5N HCl dengan indikator pp. setelah penambahan 30 ml HCl larutan menjadi tidak berwarna. Kemudian indikator metil jingga ditambahkan dan dititrasi lagi dengan HCl. Setelah penambahan 5mL HCl larutan menjadi berwarna. Berapa prosentase Na 2 CO 3 dan NaOH dalam sampel? Jawaban: Diketahui: - Massa NaOH = 1,2 gram - Mr NaHCO 3 = 84,008 gr/mol - M HCl = 0,5 N - V1 = 30mL - V2 = 5mL Ditanya: persentase Na 2 CO 3 dan NaOH Jawab: NaOH = M(V1 V2) = 0,5 mmol/ml (30 5)ml = 12,5 mmol = 0,0125 mol Massa NaOH = 0,0125 mol x 40g/mol = 0,5 gram Kadar NaOH = 0,5g x 100 41, 667% 1,2 g Na 2 CO 3 = M.V2 = 0,5 mmol/ml. 10ml = 2,5 mmol = 0,0025 mol Massa Na 2 CO 3 = 0,0025 mol x 106 g/mol = 0,265 gram 0, 265g x 100 22, 083% 1, 2g Kadar Na 2 CO 3 = 2. Pada ph berapa terjadi perubahan warna indikator pp? Jawaban: Pada rentang ph 8,0-9,6

DAFTAR PUSTAKA Chun, van der. 2011. Titrasi Penetralan Dan Aplikasi (Online) http://chunmizz.blogspot.co.id/2011/12/laporan-praktikum.html diakses pada tanggal 01 Desember 2015 Day. R.A Underwood. A.L. 1986.Quantitative Analysis (fifth ed.).new York: Prentice Hall. (Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif (ed. Ke 5).Jakarta: Erlangga) Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar (cetakan kedua). Jakarta: PT. Gramedia. Harmilton, F. Leicester. 1960. Calculations of Analytical Chemistry (Sixth ed). New York : MC. Graw Hill Book Company. Inc. Piola, wina. 2012. Laporan Praktikum Asidi-Alkalimetri (online). http://winapiola.blogspot.co.id/2012/12/laporan-praktikum-asidialkalimetri.html diakses pada tanggal 01 Desember 2015 Setiarso, Pirim, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik I (DDKA). Surabaya : Unipress Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi ke-5. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. Widodo, Didik Setyo, dan Retno Ariadi. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar Penguasaan Aspek Eksperimental. Yogyakarta : Graha Ilmu

LAMPIRAN PERHITUNGAN Diketahui : massa H 2 C 2 O 4 = 0,45 Ct = 0,45 x 0,2 = 0,09 gram Volume H 2 C 2 O 4 = 10 ml Mr H 2 C 2 O 4 = 90 gr mol Volume larutan = 100 ml = 0,1 L V NaOH : - percobaan 1 : V awal = 14,25 V akhir = 15,75 1,5 - percobaan 2 : V awal = 11,25 V akhir = 12,75 1,5 - percobaan 3 : V awal = 12,75 V akhir = 14,251,5 ml a.) Percobaan 1 ( 1,5 ml ) H 2 C 2 O 4. xh 2 O = NaOH Va. Na = Vb. Nb Va. n. g Mr.V = Vb. 10 ml. 2. Nb 0,09 g 90 g mol. 0,1 L = 1,5 ml. Nb 0,2 = 1,5 ml. Nb Nb = 0,13 N b.) Percobaan 2 ( 1,5 ml ) H 2 C 2 O 4. xh 2 O = NaOH Va. Na = Vb. Nb Va. n. g Mr.V = Vb. Nb

10 ml. 2. 0,09 g 90 g mol. 0,1 L = 1,5 ml. Nb 0,2 = 1,5 ml. Nb Nb = 0,13 N c.) Percobaan 3 ( 1,5 ml ) H 2 C 2 O 4. xh 2 O = NaOH Va. Na = Vb. Nb Va. n. g Mr.V = Vb. 10 ml. 2. Nb 0,09 g 90 g mol. 0,1 L = 1,5 ml. Nb 0,2 = 1,5 ml. Nb Nb = 0,13 N N NaOH rata-rata = 0,13+ 0,13+0,13 =0,13 N 3 Kadar H 2 SO 4 dalam accu zuur Diketahui : N NaOH = 0,13 N M accu zuur = 1,1073 g = 1107,3 mg Mr H 2 SO 4 = 98 gr mol 1.) Percobaan 1 : ( 5,75 ml ) V NaOH = 5,75 ml % H 2 SO 4 = x 100 % V NaOH. N NaOH. Be H 2 SO 4. 100 10 mgtotal

= 5,75 ml. 0,13 N. 98 2.10 1107,3 x 100 % = 0,3307 x 100 % = 33,07 % 2.) Percobaan 2 : ( 5,83 ml ) V NaOH = 5,83 ml % H 2 SO 4 = V NaOH. N NaOH. Be H 2 SO 4. 100 10 mgtotal x 100 % = 5,83 ml. 0,13 N. 98 2.10 1107,3 x 100 % = 0,3353 x 100 % = 33,53 % 3.) Percobaan 3 : ( 5,92 ml ) V NaOH = 5,92 ml % H 2 SO 4 = V NaOH. N NaOH. Be H 2 SO 4. 100 10 mgtotal x 100 % = 5,92 ml. 0,13 N. 98 2.10 1107,3 x 100 % = 0,3405 x 100 % = 34,05 % % H 2 SO 4 rata-rata = 33,07 +33,53 + 34,05 3 =33,55