TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT PETANI KARET DI MUARO SUNGAI LOLO KECAMATAN MAPATTUNGGUL SELATAN KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) NOPRA WARMAN 11030132 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016
TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT PETANI KARET DI KENAGARIAN MUARO SUNGAI LOLO KECAMATAN MAPATTUNGGUL SELATAN KABUPATEN PASAMAN Oleh : Nopra Warman, Slamet Rianto 1, Yuherman 11 Mahasiswa dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi STKIP-PGRI Sumatera Barat Jl. Gunung Pangilun No.1 Padang, Telp.(0751), Fax (0751) Email : boginjai33@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, kondisi sandang yang di miliki anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, kondisi pangan yang di konsumsi anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, kondisi perumahan yang di huni oleh anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, kondisi kesehatan anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, kondisi pendapatan anggota keluarga pada rumah tangga petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 343 KK (Kepala Keluarga), sampel penelitian diambil dengan teknik simple random sampling dengan proporsi 25%. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1)Terlihat Tingkat Pendidikan pada rumah tangga petani karet di Nagari Muaro Sungai Lolo Kecamatan, dari 109 orang responden didapatkan data sebagai berikut:16 orang (14,68%) Tidak Sekolah, 28 orang (25.69%) Tidak tamat SD, 37 orang (33.94%) Tamat SD, 5 orang (4.59%) Sekolah Rakyat, 7 orang ( 6.42%) Tidak tamat SMP, 12 orang (11.01%) Tamat SMP, 0 orang (0%) Tidak tamat SMA, 1 orang (0.92%) Tamat SMA, 2 orang (1.83%) Tidak tamat Perguruan Tinggi dan 1 orang (0.92%) Tamat Perguruan Tinggi dan pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat petani karet di Kenegarian Muaro Sungai Lolo tamat SD dengan capaian responden (33.94%)termasuk kategori tidak baik. 2)Kondisi Sandang di Nagari Muaro Sungai Lolo termasuk kategori tidak baik, dengan tingkat capaian responden 51,342%. 3)kondisiPangan di Nagari Muaro Sungai Lolo termasuk kategori cukup baik dengan capaian responden 71,56%.4) Kondisi Rumah di Nagari Muaro Sungai Lolo termasuk kategori baik, dengan tingkat capaian responden 81,028%.5) kondisi Kesehatan di Nagari Muaro Sungai Lolo termasuk kategori cukup baik dengan capaian responden 66,35%. 6) Tingkat Pendapatan di Nagari Muaro Sungai Lolo termasuk kategori cukup baik, dengan tingkat capaian responden71,082%. Kata Kunci: Tingkat Kemiskinan ABSTRACT This study aims to determine the level of education of family members in the household rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo, the condition of the clothing which is owned by family members in the household rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo, the condition of the food consumed by family members in the household rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo, housing conditions inhabited by a family member in the household rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo, the health condition of family members in the household rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo, conditions of family income households rubber farmers in Kenegarian Muaro Lolo River. The method used is descriptive with a total population of 343 KK (Head of Family), the samples were taken by simple random sampling technique with a proportion of 25%. The analysis used in this research is descriptive analysis. The research found that: 1) Look at the education level of household rubber farmers in Muara Sungai Lolo Nagari District of
South Mapattunggul Pasaman district, of the 109 respondents obtained the following data: 16 (14.68%) No School, 28 people (25.69 %) Not completed primary education, 37 (33.94%) graduate from elementary school, 5 (4:59%) Folk School, 7 (6:42%) Not graduated junior high, 12 (11:01%) End Junior, 0 (0%) No graduated from high school, one person (0.92%) graduate school, 2 (1.83%) Not graduated College, and 1 (0.92%) graduate College and in general education of the community of rubber farmers in Kenegarian Muara Sungai Lolo finished primary school with the achievements of respondents (33.94%) belongs to the category is not well. 2) KondisiSandang in Muara Sungai Lolo Nagari categorized not good, with the level of achievement of 51.342% of respondents. 3) kondisipangan in Muara Sungai Lolo Nagari category quite well with the achievements of respondents 71.56%.4) Condition Muaro House in Nagari Sungai Lolo including both categories, with respondents' level of achievement 81.028%.5) Health conditions in Muara Sungai Lolo Nagari included category quite well with the achievements of respondents 66.35%. 6) The level of income in Muara Sungai Lolo Nagari categorized quite good, with the level of achievement responden71,082%. Keywords: Poverty Rate
PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan masalah rutin yang senantiasa hadir di tengah masyarakat, khususnya di negara berkembang. Kemiskinan yang terjadi merupakan gambaran dari salah satu sisi kehidupan. Dimana kemiskinan bukan hanya pada perorangan atau penduduk saja tetapi juga bisa untuk daerah pedesaan ataupun perkotaan. Dalam hal membedakan penduduk miskin dengan penduduk tidak miskin digunakan garis pembatas yang disebut dengan garis kemiskinan dan inilah yang disebut dengan penduduk miskin. Ukuran kemiskinan di dasarkan pada besarnya batas pendapatan maksimal seseorang. Adapun ukuran kemiskinan itu dengan ciri-ciri yaitu: 1)Tingkat pendidikan yang rendah, 2)Jumlah anggota rumah tangga yang besar, 3)Sumber penghasilan utama dari kegiatan pertanian dan kegiatan ekonomi informal yang memberikan penghasilan yang tidak tetap, 4)Lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatasnya akses pada kegiatan ekomomi. Sedangkan daerah miskin di tandai dengan : potensi wilayah dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Potensi sumber daya alam yang terbatas, 2)Mutu sumber daya alam yang rendah, 3)Fasilitas perumahan dan lingkungan yang tidak memadai, 4)Sarana dan prasarana pelayanan dasar yang tidak lengkap, 5)Kelembagaan sosial ekonomi yang belum berkembang (Sukirno,2003). Disamping itu kemiskinan dapat di bedakan yaitu berdasarkan tingkat pendapatan dapat di bedakan menjadi dua yaitu: 1) Kemiskinan absolute yaitu apabila tingkat pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan atau jumlah pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal antara lain pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya di pengaruhi oleh adat kebiasaan saja tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara dan berbagai faktor lainnya. 2) Kemiskinan relatif adalah pendapatan seseorang yang sudah berada di atas garis kemiskinan namun lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan masyarakat lainnya, sehingga orang atau keluarga tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Menurut Ahmadi (2009:326) Kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya kehidupan yang rendah ini seca sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 5 Januari 2015 di dapat hasil bahwa Kenagarian Muaro Sungai Lolo yang mempunyai jumlah penduduk lebih kurang- sekitar 5.379 jiwa atau 1.279 KK dari 6 kejorongan tersebut terdapat sekitar 624 KK yang tergolong kepala keluarga miskin. (kantor wali nagari muaro sungai lolo). Penduduk miskin tersebut kebanyakan pendidikannya rendah bahkan banyak yang tidak berpendidikan sama sekali. Disamping kurang pendidikan, mereka juga kurang berkesempatan untuk memperoleh dalam jumlah yang cukup kebutuhan akan pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan air minum, angkutan, komunikasi dan fasilitas kesejahteraan sosial lain pada umumnya. Kenegarian Muaro Sungai Lolo terdapat 6 kejorongan dan di pilih 6 kejorongan tersebut. Karena ke 6 kejorongan tersebut merupakan daerah yang miskin yang ada di Kenegarian Muaro Sungai Lolo. Umumnya mereka berasal dari keluarga miskin yang mata pencariannya petani karet, jadi akibat kemiskinan ini ternyata dapat menimbulkan masalah-masalah yang komplek dan serius untuk dipecahkan. Kemiskinan yang terdapat di nagari Muaro Sungai Lolo dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kondisi sandang, pangan,perumahan, kesehatan dan tingkat pendapatan anggota keluarga. Menurut Hamalik untuk mengukur tingkat pendidikan yang ditempuh oleh anggota keluarga yang bekerja. digunakan indikator sebagai berikut : 1) Pendidikan formal. 2) Pendidikan non formal. 3) Keadaan pendidikan anak. Untuk mengukur kondisi pakaian yang dimiliki oleh keluarga miskin. Menurut Lanzinar (2003:20) digunakan indikator sebagai berikut: 1) Jenis pakaian yang dimiliki. 2) Frekwensi pakaian diganti dalam sehari. 3) Konsumsi pakaian dalam setahun. 4) Perhiasan yamg dimiliki.
Menurut Widiyanri,(2000:236) Untuk melihat kondisi makanan yang di konsumsi keluarga sehari - hari. Untuk mengukurnya digunakan indikator sebagai berikut: 1) Kesesuaian makanan dengan 4 sehat 5 sempurna. 2) Jenis makan yang di konsumsi seharihari. 3) Frekwensi makan dalam sehari. 4) Sumber makanan anggota keluarga. Menurut Elvia (2005:405) kondisi perumahan untuk mengukurnya digunakan indikator sebagai berikut : 1) Jenis rumah. 2) Luas lantai tanah. 3) Jumlah kamar. 4) Jumlah anggota keluarga. Ozmizein (2003:128) kondisi kesehatan keluarga mengenai diri dan lingkungan. Untuk mengukurnya digunakan indikator sebagai berikut: 1) Penyakit yang pernah diderita 2) Tempat berobat keluarga. 3) Tempat pembuangan sampah sementara di rumah. Sedangkan menurut Ahmadi (2009:327) Tingkat pendapaatan anggota keluarga dapat diukur dengan mengunakan indicator sebagai berikut: 1) luas lahan 2 rata rata harga per Kg 3) penghasilan per bulan Berdasarkan uraian fenomena-fenomena di atas dapat dikatakan bahwa tingkat kemiskinan anggota keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kondisi sandang, pangan, perumahan, kesehatan dan pendapatan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul Tingkat Kemiskinan Masyakat Petani Karet Di Kenegarian Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapattunggul Selatan Kabupaten Pasaman METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kenegarian Muaro Sungai Lolo, Kecamatan Propinsi Sumatera Barat, pada tanggal 8 desember 2015. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah petani karet di Kenagarian Muaro Sei Lolo dengan jumlah penduduk 434 KK (kepala keluarga) Tekni pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 109. Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Teknik analisis data yang dikumpulkan melalui angket yang digunakan teknik presentase dalam menganalisis data. PEMBAHASAN 1) Tingkat pendidikan masyarakat di Nagari rata-rata pendidikannya tamat SD dengan persentase 33,94%. Menurut Hamalik (2009:88) pendidikan adalah aktivitas dari kebudayaan dan merupakan aktivitas pembudayaaan.sedangkan dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. 2) Kondisi sandang masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 2.57 dengan tingkat capaian responden 51.34% yang berada pada kriteria tidak baik sedangkan Syarat pakaian yang baik menurut Lanzinar (2003: 20) adalah : (1) memenuhi syarat kesehatan dari kondisi iklim, (2) memenuhi syarat peradapan dan kesusilaan, sesuai dengan kebribadian bangsa dengan pemakaian yang disesuikan dengan umur, tempat, waktu dan keadaan, (3) memenuhi rasa indah sehingga serasi, menarik dan dapat menutupi kekurangan. 3) kondisi pangan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3,56 dengan tingkat capaian responden 71.16% yang berada pada kriteria cukup baik. Menurut Ninik Widiyanti, (2000: 236) Kwalitas manusia secara fisik dipengaruhi oleh faktor pola makanan berpengaruh langsung secara positif terhadap kwalitas fisik seseorang. Status seseorang anak yang baik (tinggi) adalah merupakan repleksi dari pola makanan yang baik.
4) Kondisi perumahan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 34.05 dengan tingkat capaian responden 81.02% yang berada pada kriteria baik. Elvia (2005:45) mengatakan dalam pembuatan sebuah rumah harus memperhatikan persyaratan rumah yang baik yaitu ruangan tempat tidur hendaklah terpisah antara orang dewasa dengan anak-anak dan terpisah antara pria dan wanita, memiliki ruang tamu, memiliki ruang makan, ruang dapur, memiliki kamar mandi,memiliki halaman perkarangan rumah untuk tempat bermain anak-anak.jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi perumahan masyarakat di Nagari Muaro Sungai Lolo sudah memenuhi syarat criteria rumah yang baik. 5) Kondisi kesehatan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3.32 dengan tingkat capaian responden 66.35% yang berada pada kriteria cukup baik. Menurut Ozmizein (2008:130) tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi 4 faktor yaitu: (1) Lingkungan, (2) Perilaku masyarakat, (3) Sarana pelayanan yang ada, (4) Sifat- sifat masyarakat. 6) Kondisi pendapatan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3.55 dengan tingkat capaian responden 71.08% yang berada pada kriteria cukup baik.hadi Prayitno (1989:130) menyatakan bahwa pendapatan petani sekeluarga diperoleh dari usaha tani seperti sawah, perkebunan dan non usaha tani seperti berburuh, dagang,pengrajin, jasa dan usaha lainnya, sedangkan pengeluaran petani sendiri dari makanan pokok,lauk pauk,kesehatan,pakaian,pendidikan dan lain-lain. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian lapangan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Tingkat pendidikan masyarakat di Nagari rata-rata pendidikannya tamat SD dengan persentase 33,94%, jadi tingkat Pendidikan di Kenegarian Muaro Sungai Lolo sangat rendah. 2) kondisi sandang masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 2.57 dengan tingkat capaian responden 51.34% yang berada pada kriteria tidak baik. sedangkan Syarat pakaian yang baik adalah :1) memenuhi syarat kesehatan dari kondisi iklim, 2) memenuhi syarat peradapan dan kesusilaan, sesuai dengan kebribadian bangsa dengan pemakaian yang disesuikan dengan umur, tempat, waktu dan keadaan, 3) memenuhi rasa indah sehingga serasi, menarik dan dapat menutupi kekurangan (Lanzinar (2003: 20) 3) kondisi pangan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3,56 dengan tingkat capaian responden 71.16% yang berada pada kriteria cukup baik. kriteria pangan yaitu 1).kwalitas gizi, 2) Pola makana, 3) frekuensi makan an dalam sehari hari, 4) Sumber makanan ( Widiyanti, 2000:236) 4) Kondisi perumahan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 34.05 dengan tingkat capaian responden 81.02% yang berada pada kriteria baik. Kiriteria rumah yaitu: 1) Ruang tidur, 2) Ruang tamu, 3) Ruang makan, 4) Ruang makan, 5) Kamar mandi, 6) Halaman pekarangan (Elvia, 2005:405) 5) Kondisi kesehatan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3.32 dengan tingkat capaian responden 66.35% yang berada pada kriteria cukup baik.kriteria kondisi kesehatan yaitu 1) Kesehatan jasmani, 2) Kesehatan rohani (Elvia, 2002:35) 6) Kondisi pendapatan masyarakat di Nagari skor rata-ratanya adalah 3.55 dengan tingkat capaian responden 71.08% yang berada pada kriteria cukup baik. kriteria pendapatan dapat di ukur dari: 1)
pendapatan perwaktu, 2) luas lahan, 3) harga (Ahmadi, 2009:327) Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat petani karet sebagai berikut : 1) Agar masyarakat petani karet di Muaro Sungai Lolo lebih meningkat kan lagi tingkat pendidikannya karena pendidikan sangat menentukan dan mempengaruhi kehidupan untukl ebih baik. 2) Sebaiknya pemerintah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada masyarakat petani karet agar usaha mereka di bidang perke bunan lebih baik agar dapat mencapai kesejahteraan. 3) Masyarakat di Kenagarian Muaro Sungai Lolo sebaiknya memperhatikan lagi kondisi sandang yang mereka miliki karena sandang merupakan pelindung tubuh dari iklim, keamanan dan kesehatan. Diharapkan agar masyarakat dapat memperhatikan kualitan sandang yang baik. 4) Makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup manusia, untuk itu diharapkan kepada masyarakat Kenagaian Muaro Sungai Lolo agar dapat memperhatikan kualitas gizinya sehingga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan jasmani dan rohani secara baik. 5) Sebaiknya keluarga masyarakat petani karet di Kenagarian Muaro Sungai Lolo dalam mendirikan sebuah rumah dapat memperhatikan syarat-syarat sebuah rumah yang baik seperti membuat rungan tempat tidur terpisah antara orang tua dan anak dan antara laki-laki dan perempuan, memiliki ruangan tamu, ruang makan,ruang dapur, kamar mandi dan halaman perkarangan untuk tempat bermain bagi anak-anaknya. 6) Agar pendapatan keluarga petani karet di Kenagarian Muaro Sungai Lolo lebih meningkat sebaiknya masyarakat petani karet lebih memperhatikan lagi cara-cara berkebun yang baik dan lebih meningkatkan lagi pengetahuan mereka khususnya tentang perkebunan agar hasil yang diperoleh dapat meningkatkan kehidupan yang lebih layak dan lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penlitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Hamalik. 2011. Proses BelajarMengajar. Jakarta: Bumi Aksara Nawi, Marnis. (1990). Metodologi Penelitian. Padang: FPIPS IKIP Padang. Ninik Widiyanti. (1987). Ledakan Penduduk Menjelang Tahun 2000. PT. Bina Aksara. Jakarta Sugiyono, 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. bandung : alfabeta Sukamto. (1987). Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : Rajawali. Yusuf, A Murni, 2005. Metodologi penelitian. Padang : UNP Press.