JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: E-33

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

ISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D

BAB I PENDAHULUAN KE-2, KE-5, KE-6, KE-30, KE-23, KE-40, KE-32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54,

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) G-189

OPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL TON

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Desain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia

Optimasi Biaya Penggunaan Alat Berat Untuk Pekerjaan Pengangkutan Dan Penimbunan Pada Proyek Grand Island Surabaya Dengan Program Linier

PEMODELAN 3D KONSTRUKSI KAPAL MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDI KASUS GRAND BLOCK 09 M.T. KAMOJANG

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Desain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 20 TAHUN 2010

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

Kajian Buoyancy Tank Untuk Stabilitas Fixed Offshore Structure Tipe Tripod Platform saat Kinerja Pondasi Pile Menurun

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Perencanaan Kapal Muatan Curah Tanpa Air Ballast

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Optimasi Biaya Penggunaan Alat Berat untuk Pekerjaan Pengangkutan dan Penimbunan pada Proyek Grand Island Surabaya dengan Program Linier

Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean

Analisa Perambatan Retak Pada Bagian Poros KM. Surya Tulus Akibat Torsi Dengan Metode Elemen Hingga

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI

MODEL PENJADWALAN DAN POLA OPERASI ARMADA KAPAL PENDUKUNG AKTIVITAS ANJUNGAN MINYAK LEPAS PANTAI: STUDI KASUS AREA WEST MADURA OFFSHORE

Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN. Pertamina Hulu Energi, Offshore North West Java, Ltd (PHE ONWJ

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

MODEL PENGEMBANGAN WILAYAH UNTUK PEMBANGUNAN PELABUHAN (Studi Kasus:Pantai Selatan Jawa Timur)

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

Studi Perancangan Sistem Kendali Lalu Lintas Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Berdasarkan Aplikasi Sistem Pakar

Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

C I N I A. Pengukuran Beban Kerja Petugas Keamanan Untuk Memenuhi Standard Minimal Tingkat Keamanan Lingkungan

Analisis Waktu dan Pembiayaan Untuk Proses Loadout Jacket Structure Menggunakan Dolly dan Skidway

Perancangan Aplikasi Berbasis Android untuk Manajemen Proyek Reparasi Kapal

Headway (menit) Kapasitas penumpang (orang) Jumlah Penumpang (orang) Roda dua. Load Factor. tiba. Tabel A1 DATA HEADWAY dan LOAD FACTOR

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan

STUDI PENGARUH KURVA GRADING IDEAL AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DENGAN VARIASI BLENDING MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: Page 1 of 6

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

Desain Kapal Pengangkut LPG dengan Memanfaatkan Teknologi ISO TANK Untuk Memenuhi Kebutuhan di Kepulauan Karimunjawa

ANALISA WAKTU PENGECORAN PADA LANTAI EMPAT PROYEK GEDUNG SEKOLAH DI SURABAYA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Gambar 1.1 Diagram skematis proses eksplorasi dalam industri perminyakan

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print)

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT PLAN REQUIREMENT AND STANDARD

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM

Estimasi Variabel Dinamik Kapal Menggunakan Metode Kalman Filter

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Model Perancangan Konseptual Armada untuk Mendukung Operasi Rig dan Offshore Platform (Studi Kasus : Wilayah Lepas Pantai Utara Jawa Timur) Achmad Farid, I. G. N. Sumanta Buana Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: buana@na.its.ac.id Abstrak Operasi supply vessel saat ini kurang efisien dikarenakan masing-masing operator yang melakukan kegiatan di wilayah utara lepas pantai Jawa Timur mengoperasikan supply vessel yang berbeda. Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah roundtrip dan jumlah supply vessel yang beroperasi. Sehingga kapasitas dan pola operasi supply vessel perlu dihitung ulang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas dan pola operasi supply vessel. Kapasitas diperoleh dengan menganalisis secara langsung jenis dan besar kebutuhan masingmasing rig dan offshore platform. Pola operasi yang digunakan adalah untuk melayani tujuh rig dan offshore platform dan melalui dua pilihan shorebase, yaitu shorebase Lamongan dan shorebase Gresik. Shorebase dipilih berdasarkan biaya operasi kapal yang minimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supply vessel yang mempunyai biaya operasional yang minimum adalah platform supply vessel dengan kapasitas dan pola operasi untuk dua tujuan dalam satu kali berlayar dengan shorebase kombinasi Lamongan-Gresik. Sedangkan untuk crew supply vessel hal tersebut dicapai untuk satu tujuan dalam satu kali berlayar dengan shorebase Lamongan. Kata Kunci armada supply vessel, kegiatan rig dan offshore platform, kebutuhan rig dan offshore platform, platform supply vessel, crew supply vessel. D I. PENDAHULUAN I wilayah lepas pantai utara Jawa Timur terdapat beberapa rig dan offshore platform yang dioperasikan oleh operator yang berbeda. Jika dilihat berdasarkan letak geografis, lokasi rig dan offshore platform masing-masing operator tidak terlalu jauh namun masing-masing operator menggunakan supply vessel yang berbeda.sehingga mengakibatkan meningkatnya roundtrip serta meningkatnya jumlah supply vessel yang yang beroperasi di wilayah utara Jawa Timur. Operasi supply vessel yang ada pada kondisi saat ini kurang efisien dikarenakan meningkatnya jumlah roundtrip dan jumlah supply vessel yang beroperasi di wilayah lepas pantai utara Jawa Timur. Pada kondisi saat ini, perlu dihitung ulang kapasitas dan pola oprasional supply vessel untuk melayani rig dan offshore platform di wilayah lepas pantai utara Jawa Timur tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas dan pola operasi supply vessel. Kapasitas diperoleh dengan menganalisis secara langsung jenis dan besar kebutuhan masing-masing rig dan offshore platform. Pola operasi yang digunakan adalah untuk melayani tujuh rig dan offshore platform dan melalui dua pilihan shorebase, yaitu shorebase Lamongan dan shorebase Gresik. Shorebase dipilih berdasarkan biaya operasi kapal yang minimum. II. KONSEP DAN METODE A. Gambaran Umum Supply vessel merupakan kapal yang dirancang secara khusus. Berfungsi sebagai kapal pemasok kebutuhan rig dan offshore platform serta sebagai penunjang kegiatan di lepas pantai [1]. Jenis yang Menjadi Obyek Penelitian dibedakan menjadi dua. Masing-masing adalah platform supply vessel yang berfungsi mengangkut kebutuhan rig dan offshore platform dan crew supply vessel atau crewboat berfungsi untuk pergantian crew yang bekerja di rig dan offshore platform. B. Gambaran Umum Kegiatan Lepas Pantai Kegiatan lepas pantai meliputi: drilling, eksplorasi dan produksi [2]. Kegiatan tersebut berlangsung diseluruh rig dan offshore platform yang terdapat di wilayah lepas pantai utara Jawa Timur. Rig dan offshore platform merupakan dua bangunan lepas pantai yang berbeda, berbeda dalam fungsi maupun kegiatan. Rig dan offshore platform merupakan bangunan lepas pantai yang dijadikan tujuan operasi supply vessel. sedangkan shorebase merupakan pangkalan, base, atau tempat untuk supply vessel memulai operasi. C. Jenis Kebutuhan untuk Kegiatan Lepas pantai Kebutuhan untuk kegiatan lepas pantai dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kebutuhan crew (life support), kebutuhan Peralatan dan suku cadang mekanis (equipment), dan materialmaterial yang dibutuhkan dalam kegiatan drilling [2]. D. Metode Penentuan Besar Kebutuhan Rig dan Offshore Platform Kapasitas kebutuhan diperoleh dengan menganalisis secara langsung jenis dan besar kebutuhan masing-masing rig dan offshore platform. Besar dan jenis kebutuhan dapat

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 diterangkan pada uraian berikut ini: 1) Kebutuhan crew. Besar kebutuhan crew dapat dihitung dengan persamaan consumable crew untuk kapal [3]. a. Air bersih Perhitungan berat kebutuhan air bersih menggunakan persamaan: ton per hari [4]. b. Cadangan Makanan dan Perbekalan Crew Perhitungan berat cadangan makanan atau provision dan store menggunakan persamaan: ton per hari [4]. Dimana Zc adalah jumlah crew yang bekerja di atas rig dan offshore platform. Sedangkan T merupakan periode waktu pengiriman. 2) Kebutuhan Peralatan dan Suku Cadang Mekanis. Peralatan dan suku cadang mekanis dapat berupa sparepart categories dan stores categories. Besar kebutuhan ini tergantung dari permintaan dari pihak rig dan offshore platform. Pada penelitian ini besar kebutuhan berdasarkan data hasil penelitian di Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Jakarta. 3) Kebutuhan Material Pengeboran. Besar kebutuhan material pengeboran tergantung dari permintaan dari pihak rig dan offshore platform. E. Metode Penentuan Pola Operasi Operasi supply vessel menggunakan tujuh variasi kapasitas kapal. Kapasitas kapal didapatkan berdasarkan dari variasi jumlah rig dan offshore platform yang dilayani dalam datu kali berlayar. Pola operasi yang digunakan adalah untuk melayani tujuh rig dan offshore platform dan melalui dua pilihan shorebase, yaitu shorebase Lamongan dan shorebase Gresik. Shorebase dipilih berdasarkan biaya operasi kapal yang minimum. III. PERHITUNGAN DAN ANALISIS A. Pola Operasi dan Periode Operasi supply vessel dalam Penelitian ini melayani tujuh rig dan offshore platform, dengan dua pilihan shorebase, yaitu pilihan shorebase Lamongan dan shorebase Gresik. Penentuan lokasi shorebase, dipilih berdasarkan jarak berlayar yang melalui shorebase terdekat. Periode operasi yang digunakan pada penelitian ini adalah satu minggu. B. Variasi Rute Berlayar Langkah pertama dalam perencanaan pola operasi supply vessel adalah merencanakan rute berlayar berdasarkan jumlah rig dan offshore platform yang dilalui dalam satu kali berlayar. Rute berlayar yang dilalui supply vessel bisa dicari dengan menggunakan permutasi tanpa pengulangan. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut. [5] Dimana n adalah jumlah obyek yang tersedia, sedangkan r adalah jumlah obyek yang harus dipilih. Obyek yang dimaksud adalah rig dan offshore platform. Jumlah rig dan offshore platform yang harus dilayani dalam periode satu minggu berjumlah tujuh. Sehingga hasil perhitungan dari permutasi tanpa pengulangan menghasilkan 5040 pilihan rute berlayar yang mencakup ketujuh rig dan offshore platform. C. Variasi Shorebase Langkah kedua adalah merencanakan variasi rute berlayar dengan shorebase. Terdapat dua lokasi shorebase yang digunakan, yaitu shorebase Gresik dan shorebase Lamongan. Variasi operasi supply vessel serta mekanisme operasinya adalah sebagai berikut: 1) Pola operasi melalui salah satu shorebase. Pola operasi ini memiliki dua pilihan shorebase, yaitu : Gambar 1. Operasi melalui shorebase Gresik, yang artinya supply vessel memulai dan mengakhiri operasi di shorebase. Gambar 2. Operasi melalui shorebase Lamongan, yang artinya supply vessel memulai dan mengakhiri operasi di shorebase Lamongan. 2) Pola operasi melalui kombinasi shorebase, dengan salah satu shorebase sebagai shorebase awal untuk memulai operasi, dan shorebase lain untuk mengakhiri operasi. Pola operasi ini memiliki dua pilihan shorebase, yaitu: Gambar 3. Shorebase utama Gresik, yang artinya supply

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 vessel memulai operasi di shorebase Lamongan, dan mengakhiri operasi di shorebase terdekat (di Lamongan atau di Gresik). Gambar 4. Shorebase utama Lamongan, yang artinya supply vessel memulai operasi di shorebase Lamongan, dan mengakhiri operasi di shorebase terdekat (di Lamongan atau di Gresik). D. Variasi Pola Pergantian Crew Rig dan Offshore Platform Sistem kerja crew rig dan offshore platform disusun dengan sistem shift berputar berdasarkan shift bekerja selama 14 hari dan kemudian memiliki 14 hari libur, maupun 21 hari kerja dan 21 hari libur [6]. Pergantian crew dilakukan untuk separuh dari total jumlah crew yang bekerja di rig dan offshore platform [7]. Berdasarkan dari dua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pergantian crew dapat divariasikan menjadi sistem pergantian 14/14 (14 hari on, 14 hari off), 14/21 (14 hari on, 21 hari off), 21/21 (21 hari on, 21 hari off). Variasi sistem pergantian crew berpengaruh pada jumlah crew yang akan diangkut oleh crew supply vessel. E. Variasi Kondisi Pergantian Crew Dalam penelitian ini terdapat tujuh macam kondisi pergantian crew. Kondisi pergantian crew divariasikan berdasarkan jumlah jadwal pergantian crew yang sama dalam satu hari. Salah satu variasi kondisi yaitu terdapat 2 operator yang mempunyai jadwal yang sama dalam satu hari dan seterusnya. Masing-masing kondisi pergantian crew dapat mempengaruhi kapasitas serta pola operasi supply vessel. F. Variasi Besar Payload Payload supply vessel dipengaruhi oleh muatan yang diangkut berdasarkan jumlah rig dan offshore platform yang dituju dalam satu kali berlayar. Berikut uraian variasi payload berdasarkan muatan dari jumlah rig dan offshore platform yang dituju dalam satu kali berlayar: 1) Muatan berdasarkan 1 tujuan (Op1). 2) Muatan berdasarkan 2 tujuan (Op2). 3) Muatan berdasarkan 3 tujuan (Op3). 4) Muatan berdasarkan 4 tujuan (Op4). 5) Muatan berdasarkan 5 tujuan (Op5). 6) Muatan berdasarkan 6 tujuan (Op6). 7) Muatan berdasarkan 7 tujuan (Op7). Masing-masing kapasitas kapal di atas mempunyai pola operasi yang berbeda satu dengan lainnya. G. Jenis Muatan dan Besar Payload Platform Jenis muatan yang diangkut platform supply vessel yaitu: kebutuhan crew (life support) yang meliputi air bersih, makanan, dan perbekalan. Kebutuhan peralatan, perlengkapan (equipment) seperti bahan bakar, peralatan, atau material yang dibutuhkan (pipa, pelat, drum, dan lain-lain), serta materialmaterial yang dibutuhkan untuk keperluan pengeboran seperti: lumpur, air tawar, bahan bakar rig, curah kering (semen). Besar payload platform supply vessel berdasarkan jumlah rig dan offshore platform yang yang dilalui dalam satu kali berlayar. Besar payload platform supply vessel dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Payload Patform NO POLA OPERASI PAYLOAD (TON) 1. pola operasi 1 tujuan 970.711 2. pola operasi 2 tujuan 1932.080 3. pola operasi 3 tujuan 2881.342 4. pola operasi 4 tujuan 3828.381 5. pola operasi 5 tujuan 4754.527 6. pola operasi 6 tujuan 5678.663 7. pola operasi 7 tujuan 6510.837 H. Jenis Muatan dan Besar Payload Crew Supply vessel jenis ini dapat dioperasikan untuk jenis kegiatan drilling dan produksi. Komposisi payload untuk armada crew supply vessel meliputi kebutuhan crew (life support) yang meliputi air bersih, makanan, dan perbekalan. Kebutuhan peralatan, perlengkapan (equipment) seperti bahan bakar, peralatan, atau material yang dibutuhkan, serta berat crew yang diangkut. Besar payload crew supply vessel berdasarkan jumlah rig dan offshore platform yang yang dilalui dalam satu kali berlayar. Besar payload crew supply vessel dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Payload Crew NO POLA OPERASI PAYLOAD (TON) 1. pola operasi 1 tujuan 169.645 2. pola operasi 2 tujuan 335.669 3. pola operasi 3 tujuan 485.324 4. pola operasi 4 tujuan 632.666 5. pola operasi 5 tujuan 779.556 6. pola operasi 6 tujuan 924.767 7. pola operasi 7 tujuan 1067.637

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 I. Penentuan Ukuran Utama payload Penentuan Kapal Pembanding Variasi Ukuran Utama (256 ukuran utama) Perhitungan Crew dan Consumable Perhitungan Power Perhitungan hambatan Perhitungan Berat Kapal Total Perhitungan Tonnase (GRT dan NRT) Perhitungan Stabilitas Perhitungan Biaya Pembangunan Kapal (Harga Kapal) Gambar 5. Tahapan proses Penentuan ukuran utama supply vessel berdasarkan dari Pedoman pengerjaan Tugas Merancang I 2004, Petrus Eko Panunggal [3] J. Simulasi Manual Operasi Platform 1) Pola Operasi Platform 7 Tujuan Rig C2 Rig A9 Rig P11 Rig H3 Rig P15 Rig G31 Rig P4 7 Variasi Kapasitas (Op1). = 1 tujuan (Op2). = 2 tujuan (Op3). = 3 tujuan (Op4). = 4 tujuan (Op5). = 5 tujuan (Op6). = 6 tujuan (Op7). = 7 tujuan 4 Variasi Rute Berlayar Shorebase Gresik Shorebase Lamongan Shorebasekombinasi Gresik Shorebasekombinasi Lamongan Gambar 6. Proses perencanaan operasi platform supply vessel. Proses dimulai dari variasi tujuan dan dilanjutkan dengan variasi kapasitas supply vessel dan variasi shorebase. Sehingga masing-masing rute mempunyai variasi kapasitas kapal dan pola operasi yang digunakan. Gabungan dari variasi di atas akan menghasilkan pola operasi platform supply vessel. 2) Pola Operasi Crew 7 Tujuan Rig C2 Rig A9 Rig P11 Rig H3 Rig P15 Rig G31 Rig P4 3 Sistem Pergantian Crew Sistem Pergantian crew 14/14 (14 on, 14 off) Sistem Pergantian crew 14/21 (14 on, 21 off) Sistem Pergantian crew 21/21 (21 on, 21 off) 7 Variasi Kapasitas (Op1). = 1 tujuan (Op2). = 2 tujuan (Op3). = 3 tujuan (Op4). = 4 tujuan (Op5). = 5 tujuan (Op6). = 6 tujuan (Op7). = 7 tujuan 4 Variasi Rute Berlayar 7 Variasi Kondisi Pergantian Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4 Kondisi 5 Kondisi 6 Kondisi 7 Shorebase Gresik Shorebase Lamongan Shorebase kombinasi Gresik Shorebase kombinasi Lamongan Gambar 7. Gambaran secara umum proses operasi crew supply vessel. Proses dimulai dari variasi tujuan dan dilanjutkan dilanjutkan dengan variasi sistem dan kondisi pergantian crew (variasi sistem dan kondisi pergantian crew akan menghasilkan waktu operasi), setelah proses tersebut baru divariasikan dengan kapasitas kapal dan variasi shorebase. Sehingga masing-masing rute mempunyai variasi kapasitas kapal dan pola operasi yang digunakan. Gabungan dari variasi diatas akan menghasilkan waktu dan pola operasi crew supply vessel. K. Perbandingan Operasi Masing-masing rute mempunyai tujuh variasi kapasitas dan variasi pola operasi kapal. Tiap-tiap kapasitas kapal akan menghasilkan waktu operasi yang berbeda, sehingga mempengaruhi waktu muatan untuk sampai pada tujuan (waktu tiba kapal). Pada tahapan ini waktu tiba kapal dibandingkan dengan batas waktu penerimaan muatan pada masing-masing tujuan. Perbandingan tersebut menghasilkan kapasitas dan pola operasi kapal yang akan dipakai. Pola operasi kapal yang dipakai adalah pola operasi yang mempunyai waktu tiba kapal lebih kecil jika dibandingkan dengan batasan waktu penerimaan muatan pada ketujuh rig dan offshore platform. Namun apabila terdapat salah satu tujuan yang tidak memenuhi, maka kapasitas kapal tersebut tidak digunakan atau dieliminasi. 1) Platform Perbandingan tersebut dapat menghasilkan kapasitas kapal yang dapat digunakan pada keseluruhan kondisi. Kapasitas platform supply vessel yang akan dipilih dan yang memenuhi semua kondisi operasi dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Status Operasi Plaftorm KAPASITAS BATASAN KONDISI 1 2 3 4 5 6 7 STATUS OPERASI KAPASITAS OP1 YES YES YES YES YES YES YES OK KAPASITAS OP2 YES YES YES YES YES YES YES OK KAPASITAS OP3 YES YES NO YES YES YES YES NO KAPASITAS OP4 YES NO NO NO YES YES YES NO KAPASITAS OP5 NO NO NO NO NO YES YES NO KAPASITAS OP6 NO NO NO NO NO NO YES NO KAPASITAS OP7 NO NO NO NO NO NO NO NO Berdasarkan status masing-masing kondisi operasi di atas. Kapasitas yang dapat digunakan dalam berbagai macam kondisi adalah kapasitas op1 dan kapasitas op2. Kapasitas op1 bisa mengangkut muatan hanya untuk satu rig, dan pola operasinya melayani satu tujuan dalam satu kali berlayar. Sedangkan kapasitas op2 bisa mengangkut muatan untuk dua rig, dan pola operasinya melayani dua tujuan dalam satu kali berlayar. Operasi platform supply vessel mempunyai sistem stock, barang yang diangkut bisa sampai sebelum batas penerimaan barang di rig dan offshore platform. Hal tersebut dapat mempengaruh jumlah armada platform supply vessel. Berdasarkan hasil perbandingan di atas, operasi satu platform supply vessel dimungkinkan dapat melayani kebutuhan untuk ketujuh rig dan offshore platform dalam satu minggu. Sehingga jumlah kapal yang diperlukan hanya dua unit. Masing-masing untuk kapal utama, dan cadangan. 2) Crew Penentuan kapasitas crew supply vessel pada dasarnya sama dengan penentuan kapasitas platform supply vessel. Namun terdapat perbedaan dengan penentuan pola operasi platform supply vessel. Perbedaannya adalah khusus penentuan kapasitas crew supply vessel terdapat batasan waktu berlayar sebesar enam jam, dihitung dari waktu mulai berlayar sampai dengan waktu tiba di masing-masing rig dan offshore platform. Waktu berlayar dibatasi agar crew yang diangkut tidak mengalami

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 kebosanan didalam kapal. Crew supply vessel yang akan dipilih dan yang memenuhi semua kondisi operasi dapat ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Waktu Berlayar Crew RIG 1 RIG 2 RIG 3 RIG 4 RIG 5 RIG 6 RIG 7 STATUS KAPAL DENGAN WAKTU BERLAYAR < 6 JAM. 4.199 4.420 3.606 3.687 3.951 3.381 4.468 YES 4.751 6.702 4.235 5.699 4.504 5.668 4.468 NO 5.341 7.292 8.930 4.753 6.206 7.370 4.468 NO 5.969 7.920 9.558 11.023 5.094 6.258 8.326 NO 6.483 8.434 10.072 11.537 12.989 3.972 6.040 NO 7.036 8.987 10.624 12.089 13.542 14.706 4.468 NO 7.626 9.577 12.300 13.765 15.217 16.382 18.450 NO Pada simulasi ini crew supply vessel dengan kapasitas op1 dapat melayani berbagai macam kondisi operasi. Jika crew supply vessel dengan kapasitas op1 digunakan maka jumlah kapal yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pada hari tersebut. Missal, pada kondisi 7 (terdapat 6 operator dengan jadwal operasi yang sama, maka jumlah kapal yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pada hari itu. kapasitas op1 dapat melayani tiga rig dan offshore platform dalam satu hari, maka jumlah kapal yang dibutuhkan sebanyak empat buah untuk melayani ketujuh rig dan offhosre platform dalam satu hari (lihat Tabel 5). Tabel 5. Jumlah Armada Crew JUMLAH KAPAL YANG DIBUTUHKAN BERDASARKAN KONDISI KEMAMPUAN KAPAL UNTUK ROUNDTRIB KONDISI 1 KONDISI 2 KONDISI 3 KONDISI 4 KONDISI 5 KONDISI 6 KONDISI 7 PER HARI 3 1 1 2 2 2 3 4 3 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 Khusus untuk crew supply vessel pemilihan shorebase hanya shorebase Gresik dan Lamongan, hal tersebut bertujuan agar proses pergantian crew menjadi lebih mudah jika hanya menggunakan satu shorebase. VI. DAFTAR PUSTAKA [1] Thomas Lamb. Ship design and Construction. Jersey City : Society of Naval Architecture and Marine Engineers (SNAME), 2003-2004. [2] Baker, R. (1998). A Primer of Offshore Operation (3rd ed.). (N. J. Janicek, Penyunt.) The University Of Texas Austin. [3] Eko, Panunggal. Pedoman Pengerjaan Tugas Merancang Kapal I. 2004. [4] Parson, Michael G. Parametric Design. pp. 11-24. [5] Stewart, William C. Mathematics With Aplications. Dallas : Busines Publication, inc., 1979. p. 43. ISBN-0-256-02114-7. [6] Platform. [Online] Wikipedia, 2010 wikipedia. [Dikutip: 10 Juni 2011.] http://en.wikipedia.org/wiki/platform_supply_vessel. [7] Jauhari, M. Operasi Pergantian Crew (PHE ONWJ). [terwawancara] Achmad Farid. Jakarta, 21 Juli 2011. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Penelitian ini menghasilkan kapsitas serta pola operasi supply vessel yang dapat digunakan, berdasarkan biaya minimum. Hasil dari penelitian adalah Platform supply vessel dengan kapasitas muatan dengan pola operasi 2 tujuan, dengan shorebase kombinasi Lamongan. Crew supply vessel dengan kapasitas muatan dan pola operasi 1 tujuan, dengan shorebase Lamongan. V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak I. G. N. Sumanta Buana, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing, Bapak Ir. Murdjito, M.Sc.,Eng. selaku dosen yang telah memberikan ilmu dan arahan dalam proses pelaksanaan survey Penelitian ini, Bapak Ato Suyanto selaku Manager Subsea Delivery PHE ONWJ Jakarta. Serta kepada keluarga yang telah memberikan dukungannya.