ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA) M Khairan Zakky Alfarizi (1), Tri Achmadi (2) (1) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS, (2) Dosen/Pengajar Program Studi Transportasi Laut ITS Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya khairanzakky@gmail.com Abstrak Sampai saat ini pelayaran rakyat (pelra) masih menjadi sarana angkutan yang sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke daerah terpencil di wilayah Indonesia dan menjadi salah satu ujung tombak perekonomian disuatu daerah. Saat ini rata-rata usia kapal tradisional pelra berusia lebih dari 20 tahun, maka dari itu kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional sangat diperlukan. Namun dalam hal pembangunan kapal tradisional pelra saat ini masih berasal dari kantong para pelaku usaha sendiri dan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam pembangunan sebuah kapal kayu. Oleh karena itu diperlukan analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra dengan menggunakan jasa Lembaga Keuangan Bank dan non Bank dalam hal pembiayaan kapal kayu tradisional. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa untuk pembangunan kapal tradisional ukuran GT dapat menggunakan Koperasi, ukuran GT dapat menggunakan Bank Perkreditan Rakyat, ukuran > 300 GT dapat menggunakan Bank. Kata Kunci - Pembiayaan, Lembaga Keuangan, Kapal Tradisional I. PENDAHULUAN Pelabuhan rakyat adalah pelabuhan yang melayani kapal-kapal pelayaran rakyat sedangkan pelayaran rakyat adalah pelayaran antar pulau dengan menggunakan perahu motor. Pelayaran rakyat masih menjadi sarana angkutan yang paling sering dipilih untuk mendistribusikan barang ke daerah kepulauan di Indonesia. Jumlah pulau yang mencapai pulau tentu saja tidak semua pulau dapat disinggahi oleh kapal-kapal besar sedangkan penduduk tersebar dibanyak pulau. Oleh karena itu pelayaran rakyat masih dibutuhkan untuk mendistribusikan barang-barang kepulau-pulau yang tidak dapat dimasuki kapal-kapal besar. Peran pelayaran rakyat sendiri semakin surut dan memprihatinkan. Pelayaran rakyat hanya sesuai untuk angkutan dengan demand yang kecil. Menghubungkan pulau-pulau yang jumlah penduduknya masih rendah, ataupun pada angkutan pedalaman guna memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pelayaran rakyatlah yang menjadi ujung tombak salah satu perekonomian disuatu daerah. Kebutuhan akan peremajaan kapal tradisional juga sangat diperlukan mengingat rata-rata usia kapal tradisional pelra yang beroperasi saat ini banyak yang sudah tua. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa untuk meningkatkan peran serta pelayaran rakyat kembali dalam kegiatan pelayaran di Indonesia, salah satu cara yaitu dalam bidang pembiayaan armada kapal tradisional. Hal ini diperlukan karena sangat sedikit sekali atau bahkan belum adanya lembaga keuangan yang menyentuh sektor ini dan turut membantu para pelaku usaha pelayaran rakyat dalam pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal tradisionalnya. Pada kondisi saat ini, pembiayaan pengadaan/peremajaan armada kapal tradisional hanya berasal dari kantong para pelaku usaha pelayaran rakyat itu sendiri sehingga memakan waktu yang cukup panjang dalam pembangunan kapal kayu karena keterbatasan dana. Maka perlu dilakukannya suatu penelitian tentang analisis pembiayaan armada kapal tradisional pelra, dimana dari hasil analisis dapat memberikan suatu gambaran mengenai pembiayaan armada kapal bagi para pelaku usaha pelayaran rakyat dan menjadi solusi alternatif bagi pelaku usaha pelra untuk peremajaan kapal dan pengembangan usahanya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa saja yang menjadi alternatif sumber pembiayaan pembangunan armada kapal tradisional? 2. Bagaimana alternatif sumber pembiayaan pembangunan kapal tradisional tersebut dapat diterapkan/dipilih bagi pelaku usaha pelayaran rakyat? II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10. Tahun 1998: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Lembaga Keuangan bank dibedakan menjadi 3 yang mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda [10] : 1. Bank Sentral merupakan bank yang bertugas mengatur perbankan dan keuangan melalui kebijakan moneter dan melaksanakan kebijakan perbankan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2 2 2. Bank Umum/Syariah merupakan bank yang memiliki tugas memberikan pelayanan jasa perbankan terhadap masyarakat. Bank umum memiliki tujuan profit, yakni mencari keuntungan. Bank Syariah pada dasarnya memiliki tugas yang sama dengan bank umum, namun menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam dalam kegiatannya. 3. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang pada umumnya melayani masyarakat di wilayah pedesaan atau kecamatan namun tidak menutup kemungkinan melayani masyarakat perkotaan juga. Pada dasarnya BPR sama dengan bank umum, namun aspek layanannya tidak seluas bank umum. Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh BPR antara lain: 1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia). 3. Melakukan usaha perasuransian. B. Lembaga Keuangan non Bank Lembaga Keuangan non Bank atau bisa disebut sebagai lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini untuk menunjang pengembangan pasar uang dan modal serta membantu permodalan perusahaan-perusahaan [5]. Usaha pokok Lembaga Keuangan non Bank yaitu: 1. Jenis pembiayaan adalah memberikan kredit jangka menengah/panjang serta melakukan penyiutan modal dalam perusahaan. 2. Jenis investasi terutama melakukan usaha sebagai perantara dalam menerbitkan surat berharga dan menjamin serta menanggung terjualnya surat berharga. 3. Jenis lainnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang tertentu seperti memberikan pinjaman kepada masyarakat. Lembaga Keuangan non Bank adalah sebagai berikut: 1. Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 2. Leasing (sewa guna usaha) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee (perusahaan atau pihak pemakai barang) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. 3. Ventura merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu. C. Jenis Kredit Atas Dasar Tujuan Penggunaan Atas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi: 1. Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah/debitur. 2. Kredit Investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang_ yang diberikan kepada usaha usaha guna merehabilitasi, modernisasi, ataupun pendirian proyek baru. 3. Kredit Konsumsi adalah kredit untuk keperluan konsumsi berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain. D. Perhitungan Angsuran Kredit Perhitungan bunga kredit yang digunakan lembaga pembiayaan akan menentukan besar kecilnya angsuran pokok dan bunga yang harus dibayar debitur atas kredit yang diterima dari lembaga keuangan [4]. 1. Flat Rate Perhitungan bunga didasarkan pada plafond kredit dan besarnya bunga yang dibebankan dialokasikan secara proporsional sesuai dengan jangka waktu kredit sehingga jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit setiap bulan sama besarnya. Rumus : Total Bunga = Pl x i x n (II.1) Bunga per bulan = Pl x i 12 (II.2) Dimana : Pl = Plafond kredit (jumlah pinjaman) i = Suku bunga per tahun n = jangka waktu kredit (tahun) 2. Efektif rate Perhitungan bunga dilakukan setiap akhir periode pembayaran angsuran. Pada perhitungan ini, bunga kredit dihitung dari saldo akhir setiap bulannya sehingga bunga yang dibayar debitur semakin menurun dan jumlah angsuran yang dibayar debitur setiap bulannya akan semakin mengecil. Rumus : Bunga per bulan = SA x i 12 (II.3) Angsuran pokok per bulan = p n (II.4) Dimana : SA = Saldo akhir periode i = suku bunga per tahun p = pokok pinjaman/plafond kredit n = jangka waktu kredit/jumlah periode pembayaran 3. Anuitas Jumlah angsuran bulanan yang dibayar debitur tidak berubah selama jangka waktu kredit. Namun komposisi besarnya angsuran pokok maupun angsuran bunga setiap bulannya akan berubah dimana angsuran bunga akan semakin mengecil sedangkan angsuran pokok akan semakin membesar. Rumus : Angsuran Bulanan = Pl x i 12 x Dimana: Pl = plafond kredit i = suku bunga kredit n = jumlah periode pembayaran i 12 n (II.5)

3 3 E. Expected Opportunity Loss Suatu kriteria alternatif untuk mengevaluasi keputusan dalam suasan risk dinamakan Expected Opportunity Loss (EOL). Prinsip dasar EOL adalah meminimumkan kerugian yang disebabkan karena pemilihan alternatif keputusan tertentu [9]. Investasi Tabel II.1 Kondisi Investasi Kondisi 1 Peristiwa Kondisi 2 A 50,000-10,000 B 15,000 60,000 C 100,000 10,000 Opportunity loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan pertama kali mengidentifikasikan tindakan terbaik untuk setiap peristiwa. Bagi kondisi pasar 1, investasi C adalah keputusan terbaik. Tabel II.2 Selisih Opportunity Loss Investasi Kondisi 1 Peristiwa Kondisi 2 A 50,000 70,000 B 85,000 0 C 0 50,000 EOL, yang memasukkan probabilitas masing-masing kondisi pasar, dihitung dengan menetukan nilai harapan untuk setiap tindakan, Sehingga: EOLa = 0.4 (50,000) (70,000) = 62,000 EOLb = 0.4 (85,000) (0) = 34,000 EOLc = 0.4 (0) (50,000) = 30,000 Dapat dilihat bahwa alternatif terbaik adalah investasi C, karena minimumkan EOL atau memberikan nilai EOL paling kecil sehingga direkomendasikan untuk dipilih. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Masalah Dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari tugas akhir ini. Permasalahan yang timbul adalah dalam pengadaan kapal atau peremajaan kapal kayu tradisional oleh para pelaku usaha pelayaran rakyat masih menggunakan dana pribadi sehingga memerlukan waktu yang lama dalam hal pembangunan kapal kayu. B. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam tugas ini adalah metode pengumpulan data secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui interview dengan pihak lembaga keuangan, pelaku bisnis pelayaran rakyat dan data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti PT. Pelindo III maupun literature yang berkaitan. Adapun datadata yang diperoleh antara lain berupa system pembiayaan masing-masing lembaga keuangan dan ukuran kapal kayu di Pelabuhan Kalimas. C. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian diawali dengan identifikasi permasalahan bahwa belum adanya lembaga keuangan yang bergerak di bidang pembiayaan dalam pengadaan kapal kayu tradisional baru dan lamanya pembangunan kapal kayu baru dengan menggunakan uang pribadi. Literatur yang digunakan, yaitu mengenai macam-macam lembaga keuangan, metode perhitungan angsuran, suku bunga, jenis kredit yang digunakan, dsb. Dilakukan analisis dengan menghitung perbandingan angsuran dari masing-masing lembaga keuangan yang digunakan dengan menggunakan metode anuitas, bagi hasil, dan suku bunga fixed. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa pemilihan lembaga keuangan dalam pembiayaan kapal kayu berdasarkan pada ukuran GT kapal. Didapatkan bahwa kapal dengan ukuran GT kecil, menengah, dan besar dapat menggunakan lembaga keuangan yang berbeda dalam pembiayaannya. Lalu dilakukan perhitungan opportunity loss dari masing-masing lembaga keuangan. Selanjutnya dilakukan sensitifitas perubahan capital cost (angsuran) terhadap tenor dan rate, didapatkan hasil bahwa tenorlah yang mempengaruhi besarnya jumlah angsuran. IV. GAMBARAN UMUM PELRA DAN SISTEM DI LEMBAGA KEUANGAN A. Kapal Pelra di Kalimas Surabaya PT. Pelindo III Cabang Tanjung Perak Surabaya selaku Badan Usaha Pelabuhan mengelompokkan kapal di Pelabuhan Kalimas berdasarkan ukuran GT kapal. Hal ini mempermudah kerja operator pelabuhan dalam menentukan tarif pelabuhan kapal pelra. Tabel IV.1 Pengelompokkan Kapal Pelra di Kalimas Berdasarkan pengelompokkan kapal pelra di Kalimas tersebut maka Penentuan ukuran GT kapal dalam penelitian ini mengikuti pengelompokkan ukuran GT kapal pelra yang berlaku di Pelabuhan Kalimas Surabaya. Tabel IV.2 Ukuran Kapal Kayu yang Digunakan [8] GT GT Kapal Payload (ton) Harga/Nilai Kapal (Rp)Harga Kapal Bekas (Rp) < ,300,000, ,000, ,550,000,000 1,150,000, ,800,000,000 1,400,000, ,050,000,000 1,650,000, ,300,000,000 1,900,000, ,550,000,000 2,150,000, ,800,000,000 2,400,000, ,050,000,000 2,650,000,000 B. Sistem Pembiayaan di Lembaga Keuangan Dari hasil survey di masing-masing Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, dapat dilihat dalam tabel berikut [1][2][3][6][7] :

4 4 Tabel IV.3 Sistem Pembiayaan Lembaga Keuangan Gambar V.1 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Baru Kredit investasi, rata-rata lama pinjaman (tenor) maksimum 5 tahun. Tenor pinjaman dan suku bunga dapat berubah karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti besarnya pinjaman yang diajukan, bentuk jaminan, kemampuan bayar, usaha, dsb dimana sesuai hasil penilaian tim penilai (appraiser). V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Jaminan yang digunakan berupa aset usaha (kantor) (barang tidak bergerak) dan kapal kayu yang telah ada dan beroperasi (barang bergerak). Ukuran dan nilai kapal kayu yang dijadikan jaminan disesuaikan dengan ukuran dan nilai kapal kayu yang akan dibangun. Jaminan diasumsikan berupa kapal kayu dan asset usaha (kantor) kemudian dinilai/ditaksir menurut harga umum pasaran masingmasing jaminan. Lalu kemudian dihitung total nilai taksiran umum barang/asset dari kedua jaminan yang digunakan. B. Plafond Kredit dari Lembaga Keuangan Berdasarkan Tabel IV.3 Plafond kredit bank sebesar 70% dari Total Project Cost, Leasing sebesar 75% dari Total Project Cost, dan Bank Syariah sebesar 80% dari Total Project Cost sedangkan plafond kredit Koperasi sebesar 60% dari total nilai taksiran asset/barang jaminan, BPR sebesar 65% dari total nilai taksiran asset/barang jaminan, dan Ventura sebesar 80% dari total nilai taksiran asset/barang jaminan. (Nilai plafond kredit yang digunakan merupakan nilai maksimum yang dapat diberikan oleh lembaga keuangan dan besarnya nilai plafond kredit tersebut berbeda-beda di setiap lembaga keuangan) C. Perhitungan Angsuran/Cicilan Kapal Kayu Tradisional Dengan menerapkan system dan metode perhitungan angsuran yang berlaku di masing-masing lembaga keuangan maka dapat dilihat rekapitulasi hasil perhitungan sebagai berikut. Gambar V.2 Perbandingan Angsuran Kapal Kayu Bekas Dari Gambar V.1 dan Gambar V.2 dapat dilihat bahwa kapal kayu baru dan bekas ukuran 50 GT 150 GT dapat menggunakan Koperasi dalam hal pendanaan/pembiayaannya. Kapal kayu ukuran 200 GT 300 GT dapat menggunakan BPR dalam hal pendanaan/pembiayaannya dan Kapal kayu ukuran 350 GT 400 GT dapat menggunakan Bank umum dalam hal pendanaan/pembiayaannya. Lembaga keuangan lainnya seperti Leasing, Ventura, Bank Syariah tidak termasuk atau tidak terpilih dikarenakan total nilai angsuran yang terbilang tinggi. D. Analisis Lembaga Keuangan Terpilih Analisis kriteria lembaga keuangan yang terpilih ditinjau dari beberapa sisi, yaitu sebagai berikut: 1. Kondisi Usaha Pelayaran Rakyat Pelaku usaha pelra lingkup pasar kecil dominan berada di wilayah terpencil sehingga lebih mengenal koperasi karena jangkauan koperasi yang lebih luas dan merakyat, untuk administrasi pinjaman bersifat mudah. Pelaku usaha pelra lingkup pasar besar yang berada di kota-kota besar dapat menggunakan BPR dan Bank karena usaha pelayaran rakyat lingkup pasar besar secara administrasi untuk pinjaman di lembaga keuangan tersebut, mereka telah memenuhi persyaratan. 2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Pelayaran Rakyat Beberapa Usaha Pelayaran Rakyat di daerah masih bersifat tradisional sehingga koperasi dan BPR masih dapat memberikan pinjaman dana, berbeda dengan pinjaman pada Bank minimal usaha pelayaran rakyat sudah bankable atau sudah memenuhi prasyarat yang dapat diterima oleh bank bila perusahaan ingin berbisnis dengan bank.

5 5 E. Skenario Variasi Jumlah Kapal Kayu Lembaga keuangan yang terpilih berdasarkan nilai angsuran terendah per 1 kapal yaitu Koperasi, BPR, Bank. Maka dilakukan skenario variasi ukuran kapal kayu menggunakan lembaga keuangan yang terpilih tersebut. Skenario digunakan untuk mengambil keputusan penggunaan lembaga keuangan yang mana yang harus dipilih ketika dihadapkan pada suatu pilihan variasi ukuran kapal berdasarkan GT nya. Skenario ini dilakukan dengan asumsi bahwa: 1. Ukuran yang digunakan yaitu GT Kapal Kayu. (Perbandingan dilakukan dengan menyamakan GT kapal kayu). 2. Mengabaikan proses produksi kapal maupun biaya operasional kapal. 1. Koperasi dan BPR Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 200 koperasi untuk pembuatan 4 kapal 50 GT dengan pinjaman BPR untuk pembuatan 1 kapal 200 GT, maka didapatkan total angsuran sebesar Rp. 4,881,858,644 untuk Koperasi dan Rp. 1,963,396,350 untuk BPR. Dapat diketahui bahwa penggunaan BPR relatif lebih rendah nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran GT yang sama. 2. Koperasi dan Bank Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350 koperasi untuk pembuatan 7 kapal 50 GT dengan pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 350 GT, maka didapatkan total angsuran sebesar Rp. 8,543,252,627 untuk Koperasi dan Rp. 2,705,957,892 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya daripada koperasi untuk setiap ukuran GT yang sama. 3. BPR dan Bank Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 350 BPR untuk pembuatan 7 kapal 200 GT dengan pinjaman Bank untuk pembuatan 4 kapal 350 GT, maka didapatkan total angsuran sebesar Rp. 13,743,774,447 untuk BPR dan Rp. 10,823,831,566 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya daripada BPR untuk setiap ukuran GT yang sama. 4. Koperasi, BPR, dan Bank Untuk pembangunan sebuah kapal kayu ukuran 400 Koperasi untuk pembuatan 4 kapal 100 GT, dengan pinjaman BPR untuk pembuatan 2 kapal 200 GT, dengan pinjaman Bank untuk pembuatan 1 kapal 400 GT maka didapatkan total angsuran sebesar Rp. 5,851,510,603 Koperasi dan Rp. 3,926,792,699 untuk BPR, dan Rp. 2,931,088,785 untuk Bank. Dapat diketahui bahwa penggunaan Bank relatif lebih rendah nilai angsurannya daripada BPR dan Koperasi untuk setiap ukuran GT yang sama. dilakukan perhitungan Opportunity Loss-nya. Masingmasing ditentukan nilai jaminan terendah hingga tertinggi jika melakukan pinjaman dari masing-masing lembaga keuangan. Tabel V.1 Perhitungan Opportunity Loss Jaminan Keputusan Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) Koperasi 1,800,000,000 1,300,000,000 BPR 2,550,000,000 2,050,000,000 Bank 3,050,000,000 2,800,000,000 Opportunity Loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan mengidentifikasikan alternatif terbaik. Kondisi Bank memberikan persyaratan yang relatif ringan (jaminan berupa kapal yang dibangun, bukan kapal yang sudah beroperasi dan usaha yang ada) Tabel V.2 Perhitungan Opportunity Loss Jaminan Keputusan Tertinggi (Rp) Terendah (Rp) Koperasi 1,250,000,000 1,500,000,000 BPR 500,000, ,000,000 Bank - - EOL Koperasi = 0.6 (Rp. 1,250,000,000) (Rp. 1,500,000,000) = Rp. 1,350,000,000,- EOL BPR = 0.6 (Rp. 500,000,000) (Rp. Rp. 750,000,000) = Rp. 600,000,000,- EOL Bank = 0.6 ( Rp. 0) (Rp. 0) = Rp. 0,- terbaik adalah Bank, dimana Bank memberikan nilai Expected Opportunity Loss (EOL) paling kecil (Rp. 0) sehingga direkomendasikan untuk dipilih. G. Analisis Sensitivitas Analisis dilakukan dengan melihat dipengaruhi apakah perubahan nilai angsuran, apakah masa pinjaman (tenor) ataukah suku bunga (rate). Sehingga dilakukan variasi masa pinjaman (tenor) dan suku bunga (rate) untuk ke 8 kapal kayu pada masing-masing lembaga keuangan yang digunakan. 1. Sensitivitas Angsuran Terhadap Tenor Tabel V.3 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan Terhadap Tenor (Kapal 1-50 GT) Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara tenor 1 tahun dengan tenor 2 tahun sebesar 46%. Selisih nilai angsuran/bulan di Koperasi antara tenor 1 tahun dengan tenor 2 tahun sebesar 45%, dst. F. Opportunity Loss Jaminan masing-masing Lembaga Keuangan keputusan berdasarkan Lembaga Keuangan yang terpilih, yaitu Koperasi, BPR dan Bank, kemudian

6 6 Tabel V.4 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Tahun Terhadap Tenor (Kapal 1-50 GT) Ventura Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 tenor 1 tahun dengan tahun ke 1 tenor 2 tahun sebesar 49.69%. Selisih nilai angsuran/tahun antara tahun ke 1 tenor 2 tahun dengan tahun ke 1 tenor 3 tahun sebesar 32.38%, dst. 2. Sensitivitas Angsuran Terhadap Rate Tabel V.5 Persentase Perubahan Nilai Angsuran/Bulan Terhadap Rate (Kapal 1-50 GT) Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara rate 12% dengan rate 13% sebesar 2.29%. Selisih nilai angsuran/bulan di Bank antara rate 13% dengan rate 14% sebesar 2.26%, dst. Tabel V.6 Persentase Perubahan Nilai Angsuran /Tahun Terhadap Rate (Kapal 1-50 GT) Ventura Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 1 rate 18% dengan tahun ke 1 rate 19% sebesar 1.31%. Selisih nilai angsuran/tahun pada tahun ke 2 rate 18% dengan tahun ke 2 rate 19% sebesar 1.60%,dst. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nilai Angsuran sensitif terhadap perubahan masa pinjaman (tenor) dan tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga (rate). VI. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil survey, lembaga keuangan bank dan non bank yang dapat menjadi sumber pembiayaan dalam armada kapal tradisional. yaitu: Bank, Koperasi, BPR, Leasing, Ventura, Bank Syariah. 2. Berdasarkan perhitungan pengembalian angsuran atau cicilan dari ke 6 Lembaga Keuangan, maka Lembaga Keuangan Bank, Koperasi, dan BPR lah yang dapat dipilih karena memiliki total nilai angsuran yang paling rendah. a. Kapal kayu berukuran GT dapat menggunakan Koperasi dengan EOL Rp. 1,350,000,000,- b. Kapal kayu berukuran GT dapat menggunakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan EOL Rp. 600,000,000,- c. Kapal kayu berukuran > 350 GT dapat menggunakan Bank dengan EOL Rp. 0,- 3. Berdasarkan analisis pada lembaga keuangan pada poin 2, bila dilihat/ditinjau dari sisi : a) Kondisi usaha Pelayaran Rakyat, b) Bentuk badan hukum Perusahaan Pelayaran Rakyat, Menunjukkan koperasi sesuai untuk pembiayaan kapalkapal kayu berukuran kecil ( GT), BPR sesuai untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran menengah/sedang ( GT) dan Bank sesuai untuk pembiayaan kapal-kapal kayu berukuran besar (>300 GT). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri Achmadi, Ph.D.selaku dosen pembimbing, kedua orangtua yang telah memberikan dukungan dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]Ani. (2013, Februari 15). Pembiayaan Pada Bank Perkreditan Rakyat. (K. Zakky, Interviewer) [2]Ardianto, H. (2014, Mei 12). Pembiayaan pada Bank Syariah. (K. Zakky, Interviewer) [3]Darmawan, T. A. (2014, Februari 20). Pembiayaan pada Ventura. (K. Zakky, Interviewer) [4]Indonesia, B. (2009, Mei 23). Cara Menghitung Angsuran. Jakarta, Jakarta, Indonesia: Bank Indonesia. [5]Kuncoro, M., & Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE. [6]Nungky. (2012, Desember 20). Pembiayaan Pada Koperasi. (K. Zakky, Interviewer) [7]Prisdianto, A. (2013, September 22). Pembiayaan Pada Bank. (K. Zakky, Interviewer) [8]Rozak, T. (2014, Januari 10). Harga Kapal Kayu Tradisional. (K. Zakky, Interviewer) [9]Santoso, T. B., & Triandana, S. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. [10]Siamat, D. (2001). Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ke 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Eknomi Universitas Indonesia.

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA)

ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA) ANALISIS PEMBIAYAAN ARMADA KAPAL TRADISIONAL PELAYARAN RAKYAT (STUDI KASUS KALIMAS SURABAYA) Oleh : M. Khairan Zakky Alfarizi - 4108 100 028 Dosen Pembimbing : Ir. Tri Achmadi, Ph.D Program Studi Transportasi

Lebih terperinci

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 14&15 POKOK BAHASAN : MODUL (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH Oleh : DESKRIPSI Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhitungan Kredit dengan / Mengapa Perhitungan Kredit Perlu Diketahui? Perhitungan bunga kredit yang digunakan bank akan menentukan besar kecilnya angsuran pokok dan bunga yang harus dibayar Debitur atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta

C I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan

Lebih terperinci

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK () Definisi Bank Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002: 68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Dewasa

Lebih terperinci

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut: BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, selain berfungsi sebagai penampung dana masyarakat, juga berfungsi sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Bank 2.1.1.1 pengertian Bank Bank lebih dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku PENGENALAN BANK DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku Menurut UU no. 10 th 1998 Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan akan jasajasa perbankan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian saat ini perbankan merupakan industri yang bergerak di bidang jasa, yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian diasuatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BANK 1. Pengertian Bank Pengertian Lembaga keuangan menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 menurut Martono, 2002:2 menyatakan bahwa Semua badan melalui kegiatan-kegiatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan adanya faktor keanekaragaman masyarakat. Target utama dari kegiatan perbankan adalah

Lebih terperinci

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) 1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Seiring dengan era globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, telah membawa dampak positif terhadap kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998. 1 PENDAHULUAN 1. PENGERTIAN BANK Bank berasal dari bahasa Italia BANCO yang kartinya Bangku. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dari pihak yang surplus dan menyalurkan dana kepada pihak yang defisit. Bank yang menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai perantara keuangan dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya: 1) Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso (2010), permasalahan yang diangkat pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan nasional adalah membentuk masyarakat adil dan makmur dan meningkatkan stabilitas masyarakat indonesia, perekonomian indonesia yang saat ini bertumpu

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional, semakin banyak industri industri yang didirikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, yang telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, yang telah diubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, yang telah diubah menjadi Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sektor usaha perbankan. Pembangunan di berbagai bidang usaha dan industri tentunya memerlukan dana

Lebih terperinci

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan

Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan KPR Keluarga Bersama Jadi Ringan Dengan Bersama, Cicilan KPR Jadi Ringan Semua tabungan anggota keluarga Anda bisa membantu meringankan bunga KPR. Jutaan Keluarga. Satu Bank. PERMATAKPR KELUARGA Beban

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Pinjaman Yang Diberikan 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Bank Secara Umum Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholders Perusahaan merupakan entitas yang harus memberikan manfaat kepada stakeholders tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I Lembaga Keuangan BAB I Lembaga Keuangan Sejak dahulu kegiatan perekonomian telah berjalan, bahkan sebelum ditemukannya sebuah alat ukur, alat tukar. Perekonomian tradisional dilakukan dengan sistem barter, yaitu sistem

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK 2.1. Pengertian dan Fungsi Bank Bank adalah "suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial

Lebih terperinci

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Hedy Kuswanto & M. Taufiq *)

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Hedy Kuswanto & M. Taufiq *) PENGARUH DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Hedy Kuswanto & M. Taufiq *) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang mempunyai kegiatan pokok menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Huruf a Perhitungan pemenuhan GWM Primer secara harian dilakukan berdasarkan posisi s

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Huruf a Perhitungan pemenuhan GWM Primer secara harian dilakukan berdasarkan posisi s TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 87) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukan bank yang menawarkan berbagai jenis kredit kepada. Upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf perekenomiannya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukan bank yang menawarkan berbagai jenis kredit kepada. Upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf perekenomiannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini tidak sedikit masyarakat yang masih mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Banyak sekali lembaga keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.

I. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkontribusi cukup tinggi dalam perekonomian nasional, khususnya dalam membantu masyarakat membiayai usaha yang dijalankan.

Lebih terperinci

BAB II PEMBIAYAAN MODAL KERJA DAN SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL

BAB II PEMBIAYAAN MODAL KERJA DAN SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL BAB II PEMBIAYAAN MODAL KERJA DAN SISTEM PERHITUNGAN BUNGA PADA PERBANKAN KONVENSIONAL A. Bank Konvensional dan Pembiayaan Modal Kerja 1. Pengertian Bank Konvensional dan produk-produknya Kata bank secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Sedangkan bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan segala rintangan dan tantangannya. Sehingga pemerintah merasa perlu untuk menyusun

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak terlepas kaitannya dengan uang, sebab untuk menjalankan perekonomian, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju seperti negaranegara di eropa, Amerika, dan Jepang, kata bank sudah bukan kata yang asing. Bank sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara, khususnya dalam bidang pembiayaan perekonomian. Menurut UU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN SUKU BUNGA EFEKTIF UNTUK PENENTUAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN KENDARAAN MOTOR PADA LEASING DAN BANK DENGAN METODE INTERPOLASI LINIER

PERHITUNGAN SUKU BUNGA EFEKTIF UNTUK PENENTUAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN KENDARAAN MOTOR PADA LEASING DAN BANK DENGAN METODE INTERPOLASI LINIER PERHITUNGAN SUKU BUNGA EFEKTIF UNTUK PENENTUAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN KENDARAAN MOTOR PADA LEASING DAN BANK DENGAN METODE INTERPOLASI LINIER (Studi Kasus Harga Sepeda Motor Honda Beat Injeksi Terdaftar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis. BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini menjelaskan mengenai dasar pemilihan topik, masalah yang diangkat, tujuan melakukan penulisan, serta kerangka pikir penulisan secara umum yang akan ditulis. 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia telah memberikan peranan penting yang sangat berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pinjaman bank atau kredit di Indonesia senantiasa mengalami

I. PENDAHULUAN. Permintaan pinjaman bank atau kredit di Indonesia senantiasa mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan pinjaman bank atau kredit di Indonesia senantiasa mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal itu sangat wajar mengingat Indonesia sebagai Negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan sebuah kredit bersifat konsumtif yang diberikan oleh pihak bank kepada masyarakat untuk memiliki rumah dengan jaminan atau agunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan mempunyai peranan sentral dalam memajukan taraf hidup rakyat banyak sejalan dengan pengertian Bank dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun1998 yaitu Badan Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha lembaga pembiayaan nonbank ini amat beragam dan sesuai dengan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. usaha lembaga pembiayaan nonbank ini amat beragam dan sesuai dengan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia, perusahaan pembiayaan sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan nonbank makin dikenal luas oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham di pasar modal berhubungan erat dengan informasi yang berkembang disekitarnya. Seringkali sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) Dian Aulia Ulhusna Jurusan Akuntansi, Fakulktas Ekonomi dan Bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA

V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA V. MODEL PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA 5.1 Tipe Pembiayaan Berdasarkan kebutuhan biaya dalam kegiatan pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar kelompok Tani Hurip termasuk ke dalam pembiayaan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya berubahnya waktu dan situasi yang terjadi saat ini, serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis perbankan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah. dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya (Kasmir, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah. dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya (Kasmir, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi telah berkembang sedemikian pesat dan sungguh sungguh mempengaruhi kehidupan masyarakat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN FEE HASANAH CARD DENGAN BUNGA KARTU KREDIT KONVENSIONAL PADA BANK NEGARA INDONESIA PERIODE JANUARI 2012- JANUARI 2013 NAMA : KAMMILAH KELAS : 3EB08 NPM : 23210831 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan industri dapat dilihat tolak ukur keberhasilannya dari beberapa faktor, antara lain ditandai dengan banyaknya produk dan ragam yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan 14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan kemudahan untuk mendirikan bank, cukup dengan setor modal

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan kemudahan untuk mendirikan bank, cukup dengan setor modal 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami pasang surut, dimulai dari adanya ketentuan deregulasi di bidang perbankan tahun 1988. Pemerintah memberikan

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS

RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS TUJUAN MATA KULIAH Mahasiswa paham dan menguasai teori perbankan. Mahasiswa dapat menerangkan konsep-konsep utama bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara yang. lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.

BAB I PENDAHULUAN. disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara yang. lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perbankan adalah salah satu bidang usaha yang menunjukkan persaingan ketat. Peranan bank sangat penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan hal penting yang disiapkan untuk menghadapi masa yang akan datang. Investasi merupakan suatu kegiatan menabung dalam berbagai bentuk untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu dari jenis lembaga keuangan. Lembaga keuangan itu sendiri merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sangat berperan strategis sebagai pendorong kemajuan perekonomian nasional serta membantu memperlancar arus lalu lintas keuangan ekonomi dan moneter. Tanpa

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tahun 1998 tentang perbankan. bentuk simpanan. berharga, transfer, dan sebagainya.

BAB II LANDASAN TEORI. tahun 1998 tentang perbankan. bentuk simpanan. berharga, transfer, dan sebagainya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian, Fungsi, dan Jenis Bank 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut pasal 1 Undang Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan Bank adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan perekonomian tidak akan pernah

Lebih terperinci