BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN PESURUNGAN KIDUL KOTA TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

KUESIONER PENELITIAN

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

1. Apakah anda mengetahui tentang imunisasi? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda mengetahui tentang tujuan imunisasi? a. Ya b. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK DENGAN KECEMASAN IBU PASCA IMUNISASI DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

No. Dok UPT.PUSKESMAS RANGKASBITUNG. Revisi KERANGKA ACUAN IMUNISASI. Tanggal Halaman A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan. memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. (Informed Consent) Saya sebagai mahasiswa Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut ia tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2004). Imunisasi atau

UCI? TARGET: 139 desa minimal 80 % mencapai semua indikator Imunisasi ( HB-0, POL, DPT-KOMBO, DAN CAMPAK )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI USIA 0 6 BULAN DI BPS BAHAGIA SURAKARTA. Anna Uswatun Qoyyimah 1,Soetarmi 2

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM KIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS INDUSTRI GRESIK

: Tingkat pengetahuan, bayi, Kejadian Ikutan Pasca imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) sehingga menghasilkan pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Orang melakukan pengindraan meliputi penglihatan, pendengaran, raba, rasa, dan penciuman. 10 Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap suatu objek tertentu. 10

8 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoadmodjo, 11 secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat. a. Tahu (know); Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini hanya sebagai recall mengingat kembali memori yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension); Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek atau materi yang diketahui, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan. Orang yang telah paham objek atau materi dapat menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (aplication); Aplikasi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang telah memahami objek atau materi yang telah dipelajari, sehingga dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis); Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, serta mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Kemampuan analisis penggunaan kata kerja yang dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.

9 e. Sintesis (synthesis); Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau menghubungkan dalam satu hubungan komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation); Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi, ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.3 Proses Pengetahuan Menurut Rodgers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo, 12 proses untuk seseorang menjadi tahu, antara lain a) awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek); b) interest (merasa tertarik), yaitu individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus; c) evaluation (menimbang-nimbang), yaitu individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik; d) trial, individu mulai mencoba pengetahuan baru; e) adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.1.4 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran kesehatan dapat dilakukan dengan wawancara atau atau angket yang menyatakan isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Nursalam, 14 tingkat pengetahuan dapat dikategorikan menjadi

10 a. baik: apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 76 100%; b. cukup: apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 56 75%; c. kurang: apabila pertayaan dijawab dengan benar oleh responden kurang dari 55%. 2.1.5 Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak dan Iqbal, 15 faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu a. pendidikan: pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain mengenai suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan; b. pekerjaan: lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung; c. usia: usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap, pola berpikir, serta perubahan aspek psikis dan psikologis (mental) sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik;

11 d. minat: minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam; e. pengalaman: pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif; f. kebudayaan: kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, sehingga kebudayaan akan memengaruhi pengetahuan. 2.2 Imunisasi 2.2.1 Definisi Imunisasi Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah penyakit tertentu, sedangkan yang dimaksud vaksin adalah suatu produk yang menghasilkan kekebalan sehingga melindungi tubuh dari suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang berfungsi melindungi terhadap penyakit. 15 2.2.2 Prinsip Imunisasi Kekebalan aktif yaitu memberikan perlindungan jangka panjang dengan cara imunisasi dan murah. Kekebalan pasif yaitu memberikan perlindungan jangka pendek tetapi mahal. 15

12 2.2.3 Syarat-syarat Imunisasi Menurut Departemen kesehatan RI (2005), dalam penelitian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan, yaitu diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat usia dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi, serta minta persetujuan (informed consent) dari orangtua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orangtuanya tentang manfaat dan efek samping atau kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi. 15 2.2.4 Program Imunisasi 2.2.4.1 Imunisasi Rutin Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan yang secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditetapkan. Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi a. imunisasi rutin pada bayi; b. imunisasi rutin pada wanita usia subur; dan c. imuniasasi rutin pada anak sekolah. Pada kegiatan imunisasi rutin terdapat kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi rutin pada bayi dan wanita usia subur (WUS) seperti kegiatan sweeping pada bayi dan kegiatan akselarasi maternal neonatal tetanus ellimination (MNTE) pada wanita usia subur (WUS).

13 Berdasarkan tempat pelayan imunisasi rutin dibagi menjadi 15 a) pelayanan imunisasi di dalam gedung (komponen statis) dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, atau rumah bersalin; b) pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu, sekolah, atau melalui kunjungan rumah; c) pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh swasta (seperti rumah sakit swasta, dokter praktik, dan bidan praktik). 2.2.4.2 Imunisasi Tambahan Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini sifatnya tidak rutin, membutuhkan biaya khusus, dan kegiatan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu. 15 Termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan ini adalah a. blocking fighting: blocking fighting adalah upaya aktif yang melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berusia di bawah 3 tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 tahun berturutturut tidak mencapai target Universal Child Immunization (UCI); b. crash program: kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah kejadian luar biasa (KLB). Kriteria pemilihan lokasi berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1. angka kematian bayi tinggi; 2. infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; 3. desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target UCI.

14 2.2.4.3 Imunisasi dalam Penanganan KLB Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologi penyakit masing-masing. 15 2.2.4.4 Kegiatan Imunisasi Tambahan untuk Penyakit Tertentu dalam Wilayah yang Luas dan Waktu yang Tertentu a. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Pekan Imunisasi Nasional merupakan sesuatu upaya yang dilaksanakan serentak secara nasional untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus polio dengan cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita termasuk bayi baru lahir tanpa memperhatikan status imunisasi sebelumnya, pemberian imunisasi dilakukan 2 (dua) kali masing-masing 2 (dua) tetes dengan selang waktu 1 (satu) bulan. Pemberian imunisasi polio pada waktu PIN di samping untuk memutuskan rantai penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan polio. 15 b. Sub-PIN Sub-PIN merupakan sesuatu upaya untuk memutuskan rantai penularan polio bila ditemukan satu kasus polio dalam wilayah terbatas (beberapa provinsi) dengan pemberian dua kali imunisasi polio dalam interval satu bulan secara serentak pada seluruh sasaran berusia kurang dari satu tahun. 15 c. Catch up Campaign Campak Catch up Campaign campak merupakan sesuatu upaya untuk memutuskan transmisi penularan virus campak pada anak sekolah dan balita. Kegiatan ini

15 dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas satu hingga kelas enam, tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu Catch up Campaign campak di samping untuk memutuskan rantai penularan juga berguna sebagai booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua). 15 2.2.5 Keberhasilan Imunisasi adalah 15 Beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian imunisasi 1. status imun penjamu; 2. genetik; 3. kualitas vaksin, di antaranya: a) cara pemberian; b) dosis vaksin; c) frekuensi pemberian; d) adjuvan: zat yang meningkatkan respons imun terhadap antigen; dan e) jenis vaksin. 2.2.6 Hal-hal yang Perlu Diingat Hal-hal dibawah ini perlu diingat saat imunisasi. a) Demam yang tidak terlalu tinggi bukan merupakan penghalang bagi anak untuk mendapatkan imunisasi. b) Diare ringan bukan merupakan halangan untuk mendapatkan imunisasi.

16 c) Imunisasi ulangan (DPT4, DT5, TT, polio5, polio6, campak2, dll.) harus dilakukan untuk memperkuat kekebalan yang sudah didapatkan pada waktu bayi. 2.2.7 Efek Samping Imunisasi Hal-hal berikut walaupun sangat jarang terjadi dapat merupakan efek samping penyuntikan imunisasi. 16 1. Demam Atasi segera demam dengan memberikan kepada anak obat penurun panas. Bila demam tidak turun, segera membawa anak ke puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan terdekat. 2. Ruam kulit Ruam sekitar tempat penyuntikan membengkak dan merah, biasanya efek ini akan menghilang setelah beberapa hari. 3. Hepatitis Dapat terjadi bila jarum yang digunakan tidak steril atau telah digunakan berkali-kali, karena itu jangan dilupakan untuk meminta petugas kesehatan menggunakan jarum suntik yang baru dan steril. 2.2.8 Tujuan Imunisasi Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi antara lain 17 1. melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular; 2. imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular;

17 3. imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. 2.3 Kerangka Pemikiran Pengetahuan yang dimiliki oleh orangtua ada yang baik dan ada yang kurang. Biasanya jika orangtua berpengetahuan baik akan melaksanakan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal. Imunisasi yang dilaksanakan adalah vaksin hepatitis B pada saat lahir biasanya diberikan 3 kali dalam rentan waktu 6 bulan dengan cara disuntikkan di paha anak, kemudian diberikan vaksin polio diberikan 3 kali dalam rentang waktu 6 bulan dengan cara diteteskan, vaksin BCG diberikan 1 kali pada usia 2 3 bulan, vaksin DPT diberikan 3 kali dalam rentang waktu 6 bulan. Orangtua yang baik tidak akan mengabaikan imunisasi bagi anaknya sehingga anak sehat terbebas dari penyakit. Orangtua yang pengetahuannya kurang tidak akan melaksanakan imunisasi dasar tanpa pertimbangan akan pentingnya arti imunisasi bagi anak.

18 Pengetahuan orangtua yang kurang atau baik memberikan imunisasi pada anaknya Tahu Tidak tahu Patuh Tidak Patuh Imunisasi dasar lengkap meliputi BCG (1x), DPT (3x), Hepatitis B (3x), Polio (4x), Campak (1x) Imunisasi dasar tidak lengkap Anak sehat Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran