Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains (JEPS) Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains, 1(1), 2017,86-95 Meningkatkan Hasil Belajar Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia Melalui Metode Belajar Kelompok Siswa Kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang 1 ZURAIDAH, 2 SYARIFUDDIN, 3 MUNAWIR 1 Guru Kelas Pada SD Negeri 2 Sabang 2 Guru Kelas SD Negeri 22 Sabang 3 AMIK Indonesia Abstrak. Penelitian yang berjudul Meningkatkan hasil belajar Indonesia melalui metode belajar kelompok siswa kelas ini mengangkat masalah apakah melalui metode belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI/A semester I tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan secara teknik tes dan obsevasi untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa, kemampuan rata-rata atau nilai rata-rata siswa dalam memahami Indonesia adalah 88. Berdasarkan kategori nilai yang menjadi acuan peneliti, nilai rata-rata 88 berada pada kategori baik. Dengan demikian, kemampuan rata-rata berdasarkan hasil penelitian ini tergolong baik. Disarankan penelitian yang berhubungan dengan hasil belajar Indonesia pada jenjang SD/MI dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat terungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini, misalnya benua-benua. Kata kunci: Metoe belajar kelompok, Indonesia. Received: 01 September 2016, Revision: 04 Oktober 2016, Accepted: 11 Desember 2016 Print ISSN: 2549-7189 Copyright@2017. Published by Yayasan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Lestari Jaya. 86 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Pendahuluan Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan mas dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengambil akan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air (GBPP Kurikulum Pendidikan Dasar, 1999). Pencapaian fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah menjadi penting untuk dapat dilaksankan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran fungsi dan tujuan tadi sebagaimana dijelaskan dalam GBPP IPS Sekolah Dasar Tahun 1999 sebagai berikut: Bahan kajian IPS SD diorganisasikan mulai dari bagian pelajaran yang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas dan kompleks. Tujuannya merupakan menjadi tolak ukur pengalaman belajar yang harus dicapai oleh siswa setelah mempelajari satu atau beberapa pokok bahasan. Akan tetapi karena bahan belajar IPS yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampaikan kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas, guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik, menarik, dan menantang minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran IPS yang dilaksanakan di Kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang adalah dengan melakukan pembelajaran untuk dapat mengejar target. Tuntutan kurikulum dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPS Kelas VI yang tersedia. Metode mengajar yang selama ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS masih kurang. Perhatian orang tua siswa terhadap sekolah khususnya orang tua siswa Kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang dirasakan kurang. Akibat kurang perhatian orang tua siswa ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah" (PR) dari mata pelajaran yang ada, lebih-lebih terhadap mata pelajaran IPS yang memang "budaya belajar" siswa terhadap mata pelajaran ini sangat rendah. "Sering terdengar pengajaran IPS merupakan pelajaran yang kurang populer dl kalangan anak-anak" (Djoko Suradisastra, 2003:63). Kekurang populeran pelajaran IPS di kalangan siswa antara lain disebabkan (1) hampir sebagian besar orang tua lebih mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran IPS dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua seperti ini akan mempengaruhi pelajaran minat siswa terhadap mata pelajaran ini., (2) sifat dari mata pelajaran baca, tulis dan hitung lebih bersifat tegas dan pasti sementara mata pelajaran IPS tidaklah demikian, (3) banyak bahan pelajarannya telah diketahui oleh para siswa di luar buku pelajaran. Sementara itu alat tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap mata-mata pelajaran yang diajarkan sering kali hanya mengukur kemampuan pengetahuan siswa. Demikian pula mata pelajaran IPS alat tes yang digunakan hanya melulu menekankan kepada kemampuan siswa sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang yang dilakukan oleh guru berusaha untuk membekali siswa-siswanya dengan bekal pengetahuan yang berupaya untuk bisa menjawab soal tes. Akibat dari semua fenomena tersebut dari 21 siswa yang ada di kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang, hanya 6 orang siswa (28,6%) menguasai secara tuntas pembelajaran IPS materi perkembangan sistem administrasi 87 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
wilayah Indonesia, sedangkan 6 orang siswa lagi (28,6%) agak menguasai dan 9 orang siswa (42,9%) kurang menguasai materi yang disampaikan. Jadi berdasarkan pencapaian hasil ujian formatof II siswa kelas IV/A SD Negeri 2 Sabang tergolong kategori belum tuntas. Dengan permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu metode belajar mengajar yang dianggap dapat hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS di antaranya adalah metode belajar secara berkelompok. Sebab dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus dapat mendorong siswa belajar lebih lanjut, melalui belajar secara berkelompok siswa dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah secara bergotong royong bahu membahu dalam mencapai tujuan. Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalam pengembangannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru harus menjadi mediator dan fasilitator yang baik sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dalam belajar secara berkelompok siswa diarahkan agar mengembangkan sikap-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan. pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif. mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong saling menghargai satu sama lain. Berdasarkan uraian diatas serta pengalaman menjalankan tugas mendorong penulis selaku guru kelas VI/A pada SD Negeri 2 Sabang untuk membuat sedikit perubahan mengenai penerapan strategi pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan hasil belajar Indonesia melalui metode belajar kelompok siswa kelas. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang pada pembelajaran IPS. Alasan peneliti melakukan penelitian di kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang di karenakan sekolah tersebut belum pernah melaksanakan penelitian sejenis sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2013/2014, mengacu pada kelender akademik sekolah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 21 orang siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 di kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014, untuk mata pelajaran IPS pada materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan tes. a. Observasi, diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian Suharsimi Arikunto (2001:128). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat atau berlangsungnya peristiwa. Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi 88 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list). b. Tes, dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif terdiri atas keaktifan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk tes yang diberikan adalah tes praktek (objektif) yang hasilnya akan dilaksanakan dalam bentuk skor Teknik analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip observasi, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan Nana Sudjana, (2005;76). Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif (tes praktek) Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata, tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan : X = Nilai rata-rata (mean) Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 89 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017 (Sumber: Nana Sudjana, 2005;76) Pembelajaran IPS materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa rata-rata hasil hitungan > 71, dan siswa dianggap tuntas bila memiliki pemahaman Indonesia memperoleh nilai baik yaitu > 71. Keterangan : A. 90-100 = sangat baik. B. 71-89 = baik C. 60-70 = cukup D. 50-59 = kurang E. 0-49 = kurang sekali 2. Untuk Ketuntasan Belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 71, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P Siswa. yang. tuntas Siswa. belajar x100 % (Sumber: Kurikulum Depdiknas, 2006) 3. Untuk Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Untuk menghitung lembar observasi pembelajaran melalui implementasi pendekatan taktis digunakan rumus sebagai berikut: P 1 _ P X 2 2 Dimana : P 1 =pengamatan 1 dan P 2=pengamat2 X = x % = x 100 % dengan x Jumlah. hasil. pengama tan Jumlah. pengama tan = P1 P2 2
Dimana : %= Presentase pengamatan X= Rata-rata x = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 (Sumber: Suharsimi Arikunto, 2001: 208) Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah bilamana siswa memiliki pemahaman perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia mencapai tingkat keberhasilan 85% secara klasikal dan induvidual 65%, dan aktivitas guru dan siswa mencapai 85%. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani I.G.A.K. 2005; 88). Penelitian Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Yatim Riyanto, 2001;121) yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi (planning) perencanaan, (action) tindakan, (observation) observasi, dan (reflection) refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam siklus, tiap-tiap siklus di kenai perlakuan yang sama. Penelitian tindakan ini dapat dimulai darimana saja dari keempat fase yaitu; perencanaan (pleaning) dalam mempersiapkan perencanaan guru harus serius dan tidak memberikan kesan keasalan sehingga dalam pelaksanaan tidak menemukan hambatan yang berarti, tindakan (action) pada kegiatan ini guru harus benar-benar jeli dalam bersikap dan memperhatikan setiap tindakan yang diambil baik oleh siswa maupun guru, observasi (observation), guru harus benar-benar mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang tampak dan refleksi (reflection) guru harus benar-benar jeli dalam mengkaji dan mempertimbangkan atau dampak yang ditimbulkan. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah peneliti melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian pada mata pelajaran IPS di kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia melalui belajar kelompok dapat dilihat pada analisis data persiklus berikut : A. Siklus I Siklus I terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, seperti berikut ini : 1. Perencanaan a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan di sampaikan kepada siswa. b. Membuat rencana pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Novembber 2013 di kelas VI/A semester I dengan jumlah siswa 21 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: 90 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
1) Altivitas Guru Berdasarkan hasil anialisis data dapat dijelaskan bahwa aktivitas guru pada aspekaspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah, membentuk kelompok, mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau langsung kepada semua siswa, dan melakukan evaluasi hasil dan proses. Ketiga aspek tersebut diatas merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan direvisi pada siklus berikutnya. Hasil observasi perolehan skor rata-rata persentase aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I masih tergolang rendah yaitu 2,9 atau 72,2%. Skor 72,2 dinyatakan belum berhasil, karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 2) Aktivitas Siswa Berdasarkan analisis data dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa pada aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah; mengikuti peraturan dan tata tertib saat memulai dan mengakhiri kegiatan kerja kelompok, dan melakukan evaluasi hasil dan proses. Kedua aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hasil observasi perolehan skor rata-rata aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I adalah 3,1 atau 77,8%. Skor 77,8% dinyatakan belum berhasil karena skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 3) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Berdasarkan analisis data dapat dijelaskan bahwa melalui metode belajar kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Indonesia siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 dengan peroleh nilai rata-rata pada siklus I adalah 77. dan tingkat ketuntasan adalah 61,9% atau ada 13 siswa dari 21 siswa sudah tuntas belajar dan masih ada 38,1% atau ada 8 siswa lagi yang belum tuntas belajar. Melalui belajar kelompok pembelajaran IPS pada siklus I sudah ada peningkatan ketuntasan belajar sebesar 33,3% bila dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan tindakan. Namun demikian pada siklus I secara klasikal siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 belum tuntas belajar, karena idealnya seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 71, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. 3. Tahap Refleksi Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan pada hasil belajar Indonesia, peneliti mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta bantuan kepada kolaborasi/teman sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut : 1) Guru kurang maksimal dalam membentuk kelompok sehingga banyak waktu yang terbuang percuma, 2) Guru kurang maksimal dalam mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau langsung kepada semua siswa. 3) Guru kurang maksimal dalam melakukan evaluasi hasil dan proses dari kegiatan yang telah dilakukan. 4) Siswa maksimal dalam mengikuti peraturan dan tata tertib saat memulai dan mengakhiri kegiatan kerja kelompok, dan 5) Siswa kurang maksimal dalam melakukan evaluasi hasil dan proses. 4. Tahap Revisi Rancangan Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan, peneliti merasa tidak puas dengan hasil yang 91 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
diperoleh, maka penelitian ini harus dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II peneliti akan memperbaiki kesalahankesalahan pada siklus I, sehingga kesalahankesalahan pada siklus I tidak terulang pada siklus II. B. Siklus II Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. 1. Perencanaan Pada siklus II ini dilakukan perencanaan yang lebih baik dari pada siklus I, agar kesalahan-kesalahan pada siklus I tidak terjadi pada siklus II ini. Perencanaan yang dipersiapkan adalah : a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan di sampaikan kepada siswa. b. Membuat rencana pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 08 Novembber 2013 di kelas VI/A semester I dengan jumlah siswa 21 siswa. Adapun proses pembelajaran mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses pembelajaran siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas Guru Berdasarkan analisis data dapat dijelaskan bahwa aktivitas guru dalam proses belajar mengajar IPS melalui metode belajar kelompok sudah menunjukkan hasil yang positif. Hasil observasi perolehan skor ratarata aspek aktivitas guru dalam proses belajar mengajar siklus II sudah banyak mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria skor rata-rata pencapaian pada siklus II adalah 3,4 atau 86,1%. Skor 86,1% dapat dikatakan berhasil karena kriteria skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 2) Aktivitas Siswa Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar IPS melalui metode belajar kelompok dapat sudah menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Hasil observasi perolehan skor rata-rata aspek aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar siklus II sudah menunjukkan banyak kemajuan, hal ini dapat dilihat dari kriteria skor rata-rata pencapaian adalah 3,4 atau 86,1%. Skor 86,1% dapat dikatakan berhasil karena kriteria skor dikatakan berhasil harus mencapai lebih atau sama dengan 85%. 3) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa melalui metode belajar kelompok diperoleh nilai rata-rata siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 secara klasikal pada siklus II adalah 88, dan ketuntasan mencapai 95,2%. 3. Tahap Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar melalui implementasi pendekatan taktis siswa kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 pada pembelajaran IPS materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagi berikut : a) Selama proses belajar mengajar guru telah mekasanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase 92 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
pelaksanaanya untuk masing-masing aspek cukup besar. b) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung. c) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. d) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. 4. Tahap Revisi Rancangan Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran IPS siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang pada materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia melalui metode belajar kelompok guru telah menerapkannya dengan sangat baik dan dilihat dari aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pada pembelajaran IPS melalui metode belajar kelompok tetap dapat dipertahankan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan Penelitiann ini berangkat dari permasalah hasil belajar IPS materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia siswa kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014, dari 21 siswa yang ada di kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang, hanya 6 orang siswa (28,6%) menguasai secara tuntas pembelajaran IPS materi Indonesia, sedangkan 6 orang siswa lagi (28,6%) agak menguasai dan 9 orang siswa (42,9%) kurang menguasai materi yang disampaikan. Jadi pembahasan dari penelian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketuntasan hasil belajar siswa Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran IPS Materi Indonesia melalui metode belajar kelompok adanya peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin membaiknya hasil belajar siswa pada materi yang disampaikan guru (nilai rata-rata siswa meningkat dari siklus I ke II,) yaitu masingmasing pada siklus I 77 dan pada siklus II 88. Nilai ketuntasan belajar pada siklus II telah mencapi 95,2%, dan secara klasikal siswa kelas VI/A SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran IPS khususnya materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. 2. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Berdasarkan analisis data, aktifitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru yang muncul. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan kriteria skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 2,9 atau 72,2% dan pada siklus II 3,4 atau 86,1%. Skor 86,1% sudah dapat dikatakan berhasil karena skor dikatakan berhasil adalah skor sama atau lebih besar dari 85%. Dengan pencapaian tersebut aktivitas guru dikategorikan aktif dan penuh semangat. 3. Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Sedangkan untuk aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS melalui metode belajar kelompok materi Indonesia menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata pencapaian yaitu pada siklus I 3,1 atau 77,8%, dan pada siklus II 3,4 atau 86,1%. Skor 86,1% sudah dapat dikatakan berhasil karena skor dikatakan berhasil adalah sama atau lebih besar dari 85%. Dengan pencapaian tersebut maka dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa dikategorikan aktif dan bersemangat. 93 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Melalui metode belajar kelompok memiliki dampak yang sangat positif dalam meningkatkan hasil belajar perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia siswa kelas VI/A semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2013/2014 yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, yaitu siklus I (61,9%), dan siklus II (95,2%), sedangkan untuk nilai rata-rata yaitu siklus I (77), dan siklus II (88). 2. Melalui metode belajar kelompok juga berdampak sangat positif pada aktifitas guru dalam proses pembelajaran dengan rata-rata persentase pencapaian adalah pada siklus I 2,9 atau 72,2% dan pada siklus II menjadi 3,4 atau 86,1%. 3. Melalui metode belajar kelompok juga berdampak sangat positif pada aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan rata-rata persentase pencapaian adalah pada siklus I 3,1 atau 77,8% dan pada siklus II menjadi 3,4 atau 86,1%. 4. Melalui metode belajar kelompok menciptakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan ada beberapa saran yang ingin disampaikan antara : 1. Untuk melaksanakan proses pembelajaran melalui metode belajar kelompok memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar sesuai dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Untuk mata pelajaran IPS materi perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia sudah sangat baik menggunakan metode belajar kelompok, karena cakupan dan dalamnya materi sesuai dengan taraf berfikir siswa. 4. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri 2 Sabang kelas VI/A semester I tahun pelajaran 2013/2014. 5. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Daftar Pustaka Arikunto Suharsimi, 2001. Dasar-dasar evaluasi pendidikan, prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1999), Penyempurnaan Penyesuaian Kurikulum1999, Jakarta, Depdikbud Depdiknas, 2006, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT. Remaja Rasda Karya, Bandung. Djoko Suradisastra, 2003. Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta, PT Gramedia Hunkin et al, 1992. Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1: Untuk Sekolah Dasar Kelas 6 Bandung, PT Sarana Panca Karya Nusa. 94 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017
Kemmis, Mc Taggart (Terjemahan Yatim Riyanto), 2001. Prosedur penelitia Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Reneksa Cipta. Marker dan Mehlinger, 2002. Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta: PT Gramedia. Moedjiono (Terjemahan oleh Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 2000) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Ditjen Dikti, Depdikbud Jonson dan Jonson, 2000. Theories of Learning: Konsepsi, Komparasi, dan Signifikansi. Bandung: Nusa Media. Sudjana, N. 2005. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-undang Nomor 20, 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Fokusmedia Welton dan Millan, 1999 Children and Their World, Strategic for Teaching Social Studies, Boston Houston: Mifflin Company 95 Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 No.1 2017