PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Zulbaida * Fitria Kasih ** Ahmad Zaini ** * Mahasiswa program studi BK STKIP PGRI Sumatera Barat ** Dosen Pembimbing program studi BK STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This research was motivated by utilization of facilities and infrastructure guidance and counseling are not effective by counselor at school. This study aimed to look at how utilize of facilities and infrastructure were done by counselor to make effective service activities at SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. The research objectives are: 1) Describe the form of utilization of facilities guidance and counseling by counselor at SMP Negeri se- Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan, 2) Describe form of infrastructure utilization by counselor at SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. This research was qualitative research. This research took six existing counselor at SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan, as research informants they were: SMP N 1, 2, 3 and 4. Data were collected through interviews and observation and documentation of the utilization of counseling and guidance facilities and infrastructure by counselor. From the analysis of interviews and observations revealed that counselor difficulty carrying out activities with utilization guidance and counseling facilities and infrastructure. The existing facilities: data collection tool, tool storage, administrative supplies and complete support was not complete while infrastructure that provide there like: workspace counselor, living and individual counseling. Keywords: utilization, facilities, infrastructure, guidance and counseling PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Upaya pendidikan secara menyeluruh meliputi tiga kawasan kegiatan, yaitu kawasan bimbingan, kawasan pengajaran dan kawasan latihan. Adapun pada kawasan
bimbingan tersebut yang bertanggung jawab adalah seorang guru BK yang profesional dalam bimbingan dan konseling. Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2009: 30) bahwa guru BK adalah guru yang memiliki kemampuan dan kualitas kepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan keahlian profesional tentang pelayanan bimbingan dan konseling, serta pendidikan psikologi yang sesuai dengan tugas dan profesinya. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab seorang guru BK memerlukan sarana dan prasarana untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan layanan seperti yang dijelaskan Dewa Ketut Sukardi (2008:98) guru BK atau konselor sekolah akan dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan berhasil dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak akan mungkin bisa terwujud apabila tidak disediakan sarana dan prasarana yang memadai. Adapun sarana yang diperlukan seperti yang dijelaskan Dewa Ketut Sukardi (2008:110-111) bahwa sarana yang dibutuhkan untuk perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling berupa rak majalah, filling cabinets, almari, meja dan kursi, kotak masalah, papan media bimbingan, lockers, papan statistik, papan jadwal kegiatan BK, papan jadwal pelaksanaan program BK, papan pengumuman, tempat sampah, Rak buku dan perlengkapan lainnya. Sedangkan prasarana yang dibutuhkan yaitu ruangan dan lokasi ruang bimbingan dan konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati (2008:39) bahwa ruang bimbingan dan konseling yaitu: ruang kerja konselor, ruang pertemuan, ruang administrasi/tata usaha bimbingan dan konseling, ruang penyimpanan data/catatancatatan ( locker, lemari, rak dan sebagainya), dan ruang tunggu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 12 Februari 2013 dengan tiga orang guru BK yang berasal dari empat sekolah terungkap bahwa sarana dan prasarana BK belum memadai, seperti ruangan BK dan kelengkapan yang ada dalam ruangan BK tersebut, kadang ada di salah satu sekolah ruangan BK bergabung dengan ruang UKS dan bahkan ada juga ruang BK yang bergabung dengan ruang OSIS. Perlengkapan
yang ada dalam ruangan BK tersebut hanya kursi dan meja tempat guru BK bekerja, sementara ruangan yang lain belum ada. Dari hasil wawancara dengan guru BK dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan konseling perorangan yang dilaksanakan di ruangan BK tersebut tidak efektif karena asas kerahasiaan kurang terjaga yang disebabkan belum adanya ruangan konseling perorangan. Sedangkan dari hasil wawancara dengan peserta didik dapat diketahui bahwa peserta didik masih kurang antusias untuk mengikuti kegiatan karena tempat melakukan kegiatan kurang nyaman. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: pemanfaatan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling oleh guru BK. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: mendeskripsikan pemanfaatan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling oleh guru BK. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan yang terdiri dari empat sekolah yaitu: NO Nama Sekolah 1 SMPN 1 2 SMPN 2 3 SMPN 3. 4 SMPN 4 Guru BK L P Jlm 1 1 1 1 2 2 2 1 1 Jumlah 2 4 6 Sumber Data: Dinas Pendidikan Pesisir SelatanTahun 2013 Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam orang guru BK yang ada di SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir, Kepala sekolah dan peserta didik sebagai informan tambahan. Agar memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan
beberapa alat pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara yaitu; kepercayaan keteralihan dan dapat dipercaya. Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terungkap bahwa: 1. Pemanfaatan Sarana Adapun pemanfaatn yang dilakukan belum optimal untuk melakukan kegiatan di SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan sarana belum lengkap. Dari empet sekolah yang ada hanya satu sekolah yang sudah mendekati lengkap yaitu SMP Negeri 3. Belum lengkapnya sarana tersebut dapat diketahui seperti alat pengumpul data yang berbentuk tes belum ada dan bahkan belum ada melakukan seperti tes IQ, tes kepribadian, tes minat dan lainnya. sarana atau alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling menurut Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati (2008:39) yaitu: meja dan kursi, tempat penyimpanan catatan-catatan (locker, lemari, rak dan sebagainya), papan tulis dan papan pengumuman dan alat-alat penghimpun data seperti angket, tes, inventory, daftar cek. 2. Pemanfaatan Prasarana Adapun pemanfaatan prasarana belum optimal untuk melakukan kegiatan di SMP Negeri se- Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan dan dalam pemberian layanan konseling perorangan peserta didik cenderung tertutup karena peserta didik merasa kurang nyaman dengan tempat ruangan BK yang kebanyakan sekolah masih belum memiliki ruang konseling perorangan dan adapun sekolah yang memiliki ruang konseling perorangan yang berdindingkan tirai
sehingga asas kerahasiaan kurang terjaga. Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak terlepas dari prasarana yang diperlukan agar guru BK dapat melaksanakannya dengan seoptimal mungkin. Menurut Elfi Mu awanah dan Rifa Hidayah (2009:100) bahwa prasarana yang digunakan untuk kelancaran kegiatan bimbingan dan konseling yaitu: ruang kerja guru BK, ruang konseling, ruang konsultasi dan ruang pertemuan. Sedangkan menurut WS. Winkel (2004:131) prasarana bimbingan dan konseling yaitu ruang kerja tenaga bimbingan dan ruang tata usaha serta administratif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian studi tentang pemanfaatan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan sarana BK sudah dilakukan, namun belum optimal hal ini dilihat dari belum lengkapnya sarana yang ada di sekolah seperti tidak adanya alat pengumpul data yang berbentuk tes serta belum adanya alat pengunpul data seperti AUM, majalah dinding dan perpustakaan BK juga belum ada. 2. Pemanfaatan prasarana BK yang ada di sekolah sudah dilakukan, namun prasarana yang ada kurang memadai hal ini dapat dilihat dari prasarana yang ada di sekolah. Seperti adanya beberapa sekolah yang ruang BK masih bergabung dengan ruang lain seperti ruang UKS dan OSIS serta adanya ruang konseling perorangan yang berbataskan tirai. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru BK lebih memahami dan mengoptimalkan pelaksanaan tugastugasnya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. 2. Kepala Sekolah, diharapkan dapat memahami dan menyediakan sarana dan prasarana BK di sekolah. 3. Dinas Pendidikan Pesisir Selatan agar dapat melakukan pengawasan
dan memahami sarana dan prasarana yang diperlukan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Mu awanah, Elfi & Rifa Hidayah. 2009. Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurihsan, Achmad Juntika. 2009. Bimbingan dan Konseling (Dalam Berbagai Latar Kehidupan). Bandung: PT Refika Aditama. Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukardi, Dewa Ketut & Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi.