PEMBINAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNGGAL DI SMPN 3 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN. Oleh: Silva Lestari. Asmaiwaty Arief Nofrita ABSTRACT

Transkripsi

1 PEMBINAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNGGAL DI SMPN 3 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Silva Lestari Asmaiwaty Arief Nofrita Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Problems studied is coaching parents of an only child who does not give the opportunity to attend social events, do not give freedom of action. It is not appropriate to the circumstances which ought to give the child the opportunity for social activities, and providing freedom of action. The research was conducted in SMPN 3 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. The research objective is to describe: 1) Development of parents of only child in social skills. 2) Development of parents of children in the freedom of action. This research is a qualitative case study. Key informants in this study were 2 people which only child SMPN 3 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. Additional informants were parents. The instruments used were interviews, observation, document study. Data analysis is data reduction, data display, conclusion. The result: 1) Development of parents of the only children in social skills has not been right, 2) Development of parents of the only children in the freedom of action is not yet right. Based on the results of the study suggested: the only begotten son, may respond with positive coaching parents. Parents, in order to provide appropriate guidance to the child. Keyword: Coaching, parents, the only child. PENDAHULUAN Pada perkembangan remaja orang tua dituntut untuk memberikan perlakuan yang bijaksana, seperti menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh anak, memilah kegiatan apa saja yang hendaknya diikuti oleh anak, melihat dari dua sisi apa yang dilakukan oleh anak, memberikan perhatian, memberikan perlakuan tegas yang mendidik, menyayangi, membantu, membimbing, merawat, meyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh remaja, mengajar anak akan hal-hal yang seharusnya. Menurut Ellen G. White (Henry Siahaan

2 1992:14) adalah sebagai berikut: Anakanak perlu diajar bahwa manusia hidup berarti untuk bekerja sungguhsungguh, bertanggung jawab, dan waspada. Mereka harus diajar bahwa disiplin yang sistematis, pekerjaan yang diatur dengan cara yang baik adalah sangat perlu. Anak idealnya adalah titipan Tuhan kepada orang tuanya, kemudian orang tua tersebut harus menjaga, merawat, menafkahi dan menyayangi serta mencintainya. Sebagai orang tua yang hanya memiliki anak satusatunya, tentunya menggantungkan harapan setinggi-tingginya kepada anak tersebut, oleh karena itu, orang tua sangat menyayangi anaknya. Kebanyakan yang ditemui di masyarakat, orang tua tidak membina hubungan hangat dengan anak tunggal, orang tua terlalu mengkhawatirkan keadaan anak tunggal, orang tua selalu cemas apakah anak tunggalnya bisa menjadi manusia yang berguna atau tidak, orang tua takut terjadi apa-apa dengan anak tunggal secara berlebihan, orang tua terlalu membatasi pergaulan anak tunggal, orang tua sering terkesan memaksakan suatu pekerjaan kepada anak yang menurut anak itu bukanlah pekerjaannya. Anak tunggal merasa terbebani dengan peraturan yang ada di keluaraga. Orang tua selalu mencemaskan keadaan anak tunggal dalam semua hal, sehingga orang tua terkesan mengatur dan memerintah. Seperti yang dikatakan oleh Agus Sujanto, dkk (1997 :51) bahwa: Kedua orang tuanya tidak ada tempat yang lain, kecuali kepadanya. Karena itu kedua orang tuanya sangat khawatir, sangat ketakutan untuk kehilangan diri anak itu. Karena itu mereka berusaha melindungi dengan seaman-amannya, memenuhi segala keinginannya, membiarkan dilakukan semua kehendaknya, menuruti semua keinginannya tetapi melarang anaknya berbuat sesuatu yang berat, yang mengkhawatirkan, yang membahayakan dan bahkan semua perbuatan dipandang sebagai membahayakan jiwa anaknya. Sama hal nya dengan remajaremaja yang lain, anak tunggal yang telah menginjak remaja juga melaksanakan tugas-tugas perkembangan serta kebutuhankebutuhan dalam masa perkembangannya tersebut, maka dari hal itu orang tua seharusnya memberikan pembinaan yang tepat

3 untuk anak tunggal. Untuk itu Michele Borba (2010:31) menyatakan ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak tunggal: 1. Turunkan tahta anak tunggal 2. Bantu anak peduli pada yang lain 3. Turunkan pengharapan satu derajat 4. Beri kesempatan untuk keterampilan sosial 5. Beri anak menyelesaikan konflik 6. Biarkan anak menempa jalannya sendiri Sependapat dengan itu Alex Sobur (1997:9) menyatakan orang tua seyogyanya dapat memberi keleluasaan kepada anak untuk bergaul dengan anak-anak lain, juga di luar jam sekolah. Orang tua yang bijaksana akan membina hubungan hangat dan penuh pengertian dengan anak tunggal, menyempatkan diri untuk bertukar pikiran maupun perasaan, memberikan pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupana anak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus, Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan. Di SMPN 3 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan terdapat beberapa anak tunggal yang memiliki orang tua yang terlalu mengkhawatirkan segala sesuatu tentang dirinya, orang tua yang tidak membina hubungan hangat dengannya, orang tua yang memaksakan suatu pekerjaan kepada anak, yang anak rasa bukan pekerjaan untuk dirinya. Pada penelitian ini yang ditetapkan menjadi informan kunci adalah anak tunggal yang berumur 13 tahun yang berada di kelas II di SMPN 3 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan yang berjumlah 2 orang. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua. Pada penelitian ini wawancara dilakukan terhadap anak tunggal, orang tua, teman anak tunggal serta kerabat anak tunggal. Pada penelitian ini ada beberapa hal yang diwawancarai yaitu mengenai bagaimana pembinaan orang tua terhadap anak tunggal dalam hal keterampilan sosial serta bagaimana pembinaan orang tua terhadap anak tunggal dalam hal kebebasan beretindak.

4 Pada penelitian ini yang diobservasi adalah bagaimana bentuk pembinaan orang tua terhadap anak tunggal dalam hal keterampilan sosial dan bagaiman pembinaan orang tua terhadap anak tunggal dalam hal kebebasan bertindak, observasi dilakukan di rumah informan, dengan memperhatikan keseharian anak tunggal dan orang tuanya. Pada penelitian ini dokumen yang berhasil dikumpulkan berupa foto wawancara dengan anak tunggal, foto wawancara dengan orang tua anak tunggal, video wawancara dengan anak tunggal, video wawancara dengan orag tua anak tunggal. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini adalah: 1. Kepercayaan ( Credibility): Perpanjangan pengamatan, Meningkatkan ketekunan pengamatan, Melakukan triangulasi, Menggunakan bahan referensi, Mengadakan membercheck. 2. Keteralihan (Transferability). 3. Dapat dipercaya (Depenability). 4. Penegasan atau kepastian (Conformability). Data dalam penelitian yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan teknik: Reduksi data (Data Reduction), Penyajian data (Display Data), Penarikan kesimpulan (Verivikasi), HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa perbedaan pembinaan yang dilakukan oleh orang tua dalam hal keterampilan sosial, yaitu pembinaan orang tua subjek I lebih tepat dalam membantu anak untuk peduli kepada orang lain, sementara pembinaan orang tua Subjek II tidak tepat dan teresan acuh tak acuh mengenai hal membantu anak peduli kepada orang lain. Namun dalam beberapa hal juga terdapat kesamaan pembinaan yang dilakukan, yaitu orang tua Subjek I dan Subjek II sama-sama tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengikuti kegiatankegiatan sosial, tidak membantu anak untuk menyelesaikan konflik, orang tua mengajarkan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun tidak memperbanyak komunikasi dengan anak di rumah, tidak membina hubungan hangat dengan anak, tidak bertukar pikiran dan perasaan dengan anak, serta tidak berbagi pengalaman yang bermanfaat dengan anak.

5 Pada penelitian ini semua pembinaan yang diberikan oleh orang tua Subjek I dengan orang tua Subjek II sama, yaitu orang tua menaruh harapan setinggi-tingginya terhadap anak tunggal, orang tua memaksakan kehendak kepada anak tunggal, orang tua otoriter serta keputusan untuk karir berada di tangan orang tua. Setelah penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pembinaan orang tua dalam keterampilan sosial kurang tepat karena tidak terlalu menganjurkan anak tunggal untuk bergaul dengan banyak orang dikarenakan orang tua terlalu khawatir tehadap anak tunggal, orang tua juga tidak pernah membantu anak menyelesaikan masalah, tidak membina hubungan hangat, bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dengan anak tunggal. Setelah melakukan penelitian ini peneliti menyarankan kepada orang tua agar menyediakan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anak tunggal untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan seperti kesalahpahaman antara orang tua dengan anak, untuk menghilangkan prasangka buruk anak terhadap orang tua, untuk membina hubungan hangat antara anak dengan orang tua, sehingga anak bisa memahami maksud orang tua dengan pembinaan-pembinaan yang diberikan. Kepada anak tunggal peneliti menyarankan untuk lebih mendekatkan diri kepada orang tua, dan berusaha memahami maksud dari orang tua. Pada penelitian ini disarankan kepada orang tua agar tidak memaksakan kehendak kepada anak agar anak tidak memikirkan hal-hal yang tidak baik terhadap orang tua. Orang tua hendaknya bisa mengerti bagaimana situasi anak pada saai ini agar anak bberkembang sebagaimana mestinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pembinaan orang tua terhadap anak tunggal kurang tepat karena harapan orang tua terlalu tinggi kepada anak tunggal, dan sikap otoriter orang tua yang tidak disukai anak tunggal. KESIMPULAN 1. Pembinaan orang tua terhadap anak tunggal dalam keterampilan sosial kurang tepat karena orang tua sedikit memberikan bahkan tidak sama sekali untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial, orang tua terlalu membatasi pergaulan anak tunggal. Orang tua tidak

6 membina hubungan hangat dengan anak tunggal, tidak menyempatkan diri bertukar pikiran dan tidak berbagi pengalaman-pengalaman yang bermanfaat untuk anak tunggal. Orang tua tidak mengajarkan bagaimana cara mennyelesaikan masalah yang baik, orang tua hanya menjadi pendengar yang baik. 2. Pembinaan orang tua dalam kebebasan bertindak kurang tepat karena pengharapan orang tua yang terlalu tinggi terhadap anak tunggal, kekhawatiran yang berlebihan terhadap anak tunggal serta memaksakan kehendak terhadap anak tunggal. SARAN 1. Anak tunggal Diharapkan anak tunggal menanggapi dengan positif pembinaan orang tuanya, karena apa yang dilakukan oleh orang tua semata-mata untuk kebaikan anak tunggal sendiri. 2. Orang tua Diharapkan orang tua mampu membina anak tunggal dengan baik, sesuai dengan tugas perkembangan dan kebutuhan perkembangan anak tunggal sebagai remaja serta mampu membina anak tunggal dengan bijaksana sesuai dengan minat, bakat dan kodratnya. KEPUSTAKAAN Siahaan, Henry N. (1992). Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung : Angkasa. Sujanto, Agus dkk. (1997). PsikologiKepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. Balson,Maurice. (1996). Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik. Jakarta: Bumi Aksara. Borba, Michele. (2010). The Big Book Of Parenting Solutions. Jakarta: PT. Elex MediaKomputindo. obur, Alex. (1991). Anak Masa Depan. Bandung: Angkasa.